Puisi-puisi Kalina Maryadi

TUK LELAKI BERNAFSU, DARI WANITA KORBANNYA..

kau mau marah?
silahkan..
Mau caci maki dirku?
ayo, silahkan..
Ada banyak waktu yang tersedia
Belum puas?

Ludahi saja wajahku ini
Dari pada kau renggut harta termuliaku ini
Kenapa tidak kau cincang saja sekalian tubuhku ini?
Dari pada kau rampas kehormatanku
Yang selalu ingin ku pertahankan

Aku memang wanita lemah
Tak punya rudal tuk hancurkan nafsu iblismu
Tak punya geranat tuk ledakkan kegilaanmu
Juga tak punya lemari es untuk bekukan tingkah liarmu

Hanya satu yang ku punya
Yaitu pendirianku
Ingatlah selalu bahwa..
"AKU MENCINTAIMU TUK BAHAGIAKANMU. AKU MENYAYANGIMU TUK TENTRAMKAN HATIMU. DAN, BILA SUATU SAAT NANTI AKU MEMBENCIMU, ITU BUKAN BERARTI AKU INGIN MENYAKITI HATIMU.."

love you.. my babe..
 
Dari Ian Tuk Rea

INGAT KAU LAGI

T'lah ku coba tuk melupakanmu
Namun akhirnya ku ingat lagi
Mungkin Tuhan tak berkenan memisahkan kita
Walau pun kau masih tak bisa mencintaiku

Andrea..
Cinta ini begitu luar biasa mengikat hatiku
Untuk selalu adakan tempat bagimu
Tiada cinta yang lain
Yang mampu merasuki jiwaku

Ketika ku coba tuk hapus dirimu
Aku tak mampu lakukan itu
Sungguh ku selalu ingat kau
Bila ku sedang sendiri
Bayangan dirimu buat ku rindu

Andrea.. cintailah aku..
Seperti diriku yang mencintaimu
Aku tau ku t'lah berdua
Namun hanya kau yang ku cinta
Hanya kau yang mampu
Membuatku jatuh cinta seperti ini

Andrea..
Tak mampu ku lupakan dirimu
Kenangan indah kita berdua
Tak kan pernah terhapus
Sampai.. ku.. mati.

I love you, Re..
 
Last edited:
CINTA TAK HARUS MEMILIKI

Aku mencintaimu
Dengan seluruh cinta yang ku punya
Tanpa ku lihat siaba dirimu sebenarnya
Ku mencintaimu apa adanya

Bila memang perbedaan tak mampu menyatukan
Dan kau tak bisa bahagia denganku
Aku rela kau bersamanya
Karena cinta tak harus memiliki

Ku sadar betul siapa diriku
Tak pantas bersanding denganmu hanya karena cinta
Bahkan mungkin cintanya lebih besar dariku
Aku rela, aku ikhlas melepasmu untuknya

Ku yakin kau pasti bahagia dengannya
Karena kau mencintainya
Aku kan bahagia, kan merasa bangga
Bila kau bahagia
 
PANDANGAN PERTAMA

Malam itu bulan bersinar terang
Bintang-bintang pun tak mau kalah kemilau
Walau pun dingin dan mau hujan
Mereka tak menyerah...

Payung cintamu siap menanungiku
Melindungiku dari derasnya hujan
Mantel kasihmu menghangatkan aku
Sentuhan sayangmu tak ingin aku basah kuyup

Ingatkah kau saat pertama kita bertemu
Memang benar, dari mata pasti turun ke hati
Pandangan pertamamu memanah hatiku
Dengan panah asmara...
 
BUATLAH AKU TERTAWA

Ku tau driku lemah
Tak mampu melawan duka
Hanyalah air mata
Menghiasi wajahku...

Masa lalu itu membunuh mentalku
Mengubur semua harapanku
Memutuskan jalanku menuju masa depan

Kehadiranmu mengubah hidupku
Di tengah badai kau nyalakan lilin harapan
Cahaya cinta bersinar bagai bulan

Buatlah aku tersenyum
Buatlah aku tertawa
Terimakasih atas segala ketulusanmu
Membuatku bahagia

Buatlah aku tersenyum
Buatlah aku tertawa
Bahagiakanlah diriku
Terimakasih, kan ku balas dengan cinta sejatiku...
 
TAK SABAR MENUNGGU

Dalam sibuk ku ingat janjimu
Buru-buru ku selesaikan urusanku
Segera mandi dan mempercantik diri
Hanyalah untuk dirimu

Pukul tujuh ku sudah menunggu
Ku abaikan malu di depan temanku
Berdiri sendirian di tepi jalan
Dinginnya.. ku tahan saja..

Sungguh, aku tak sabar menunggu
Kau datang tepati janjimu
Ingin mengajakku pergi berdua
Menikmati malam bermandi cahaya bulan

Sudah pukul delapan
Namun kau tak kunjung datang
Ku coba sabar tetap menunggu
Akhirnya sampai pukul sembilan
Kau tak datang juga
Aku memilih pulang saja karena kedinginan...
 
AKU BENCI KAMU

Kau pikir, kau ini siapa?
Kau tak punya hak permainkan aku seperti ini
Ini diriku, milik diriku, bukan untuk kau hina
Kau pun tak punya alasan `tuk membenciku begini

Seharusnya yang marah itu aku
Karena kau permainkan aku
Seharusnya yang minta maaf itu kamu
Karena yang salah itu kamu

Kenapa harus aku yang mengalah?
Padahal sudah sering kau menang
Kenapa harus aku yang menurut?
Padahal setiap hari kau selalu berkuasa

Aku benci kamu
Ingin ku caci dirimu
Namun ku tak berdaya
Karena aku pun mencintaimu

Aku benci kamu
Ingin ku maki dirimu
Namun aku tak mampu
Karena aku takut kehilanganmu...
 
HUJAN DI SORE HARI

Ketika debu itu mulai meliputi dedaunan hijau
maka kesegaran tidak tampak yang ada kotor dan tak ada asa
Begitupun ketika angin mengehembus perlahan tak kuasa menghapus
Ia masih tampak dengan jelas...debu-debu yang tak berpengharapan

Aku menatapnya dalam keseharian
Debu-debu itu semakin lama semakin menebal
Hampir semua kesegaran daun itu sirna
Tak ada kehijauan yang mengundang kicau burung
Bahkan sepoi angin pun tak lagi menyegarkan

Aku ingin meraih dengan kekuatanku
Aku ingin melompat dengan segenap jiwa
Tapi tetap tak dapat kuraih daun itu bahkan hanya sekedar memberi angin barang sedikit untuk mengusir debu, aku tak mampu


Sampai akhirnya aku menengadah....
Kubuka kedua telapak tanganku....
Dalam pengharapan yang diselingi keputusasaan
Aku kirim setitik air, air murni dari jiwaku yang menjerit
Air yang meleleh dari mata batinku, menitik membasahi pipi hingga kuseka dengan telapak tanganku.....

Kudendangkan lagu-lagu yang menyebut Keesaan-Nya
Kuserahkan jiwa, batin, pengharapaan dan kuadukan keletihan jiwa
Dan....ketika jiwaku menyatu dalam air mata
Iapun bersuara.....membahana memecah keheningan alam

Dia mendengar jeritan jiwaku....dan diapun menangis seperti diriku
Dia menjerit menyatu dengan jeritanku.....
Seketika air matanya tumpah membasuh bumi yang kupijak
Dan seketika itu pula debu-debu sirna....hilang dan musnah

Selamat tinggal debu penutup kesucian batin
Selamat datang air mata pembasuh jiwa....
 
Waktu itu pagi yang ditemani cahya mentari
Menembus pepohonan hijau di beranda rumah kita
Agak silau kutatap wajahmu nan ayu...
Cahaya itu berjalan menghampiri mata dan relung jiwa dari sela-sela helai rambutmu
Engkau tersenyum, cerah, secerah pancaran sinar yang semburat dari tetes embun di dedaunan...

Aku masih belia untuk mengerti gelap malam tanpa rembulan ataupun gemintang yang kadang terlalu malas untuk tersenyum.
Aku hanya mengerti bahasa kalbu dari senyum mu.
Senyuman bak siloka yang tak pernah berakhir...

Kau ajarkan aku menatap kerasnya terik sang surya
Melalui lelehan keringat yang terseka telapak tanganmu nan lembut

Bunda...tak perlu engkau berjalan terlalu jauh hanya untuk senandungkan nada cinta untukku
Sudahlah....bahkan samudra itu takkan pernah bisa berangkuh diri dengan kedalamannya dibandingkan cintamu...
Seribu bintang takkan bisa melukiskan warna cintamu untukku

Aku tahu bunda....
Aku mengerti...telah lama kisah cinta yang kudengar dari burung-burung bernyanyi tentang bagaimana engkau menimangku dengan nada-nada surgawi dari bibirmu

Katakanlah bunda....
Apakah engkau marah ketika kuletakkan debu-debu ditelapak kakimu?
Aku tak mampu bunda...samudera cintamu yang tak bertepi itu takkan pernah bisa kutebus hanya dengan titik air mataku...
Tapi setidaknya bunda....aku harapkan air mataku akan menari hingga membuatmu tersenyum dan memaafkan segala kesalahanku...

Katakanlah bunda....
Maukah engkau memaafkanku?


........
Buat Ibu
Cinta seluas samudra
 
JATUH CINTA

Coba nyanyikan lagu termerdu yang kau bisa..
Bacakanlah syair termashyur yang pernah ada...
Atau mungkin jarimu bisa menari-nari memainkan harpa...
Untuk bisa menyentuh keindahannya...
Keindahan cinta...

Seutas senyum dari seorang belia...
Matanya berlinang oleh air surga dari jembangan hati yang tumbuh bunga
Mayang rambutnya berkelok ikut bicara..
Tak ada yang lebih ingin dia ungkapkan, selain cinta yang ia rasakan

Masih terpaku tubuhnya di atas rerumputan
Memandang savanna yang seolah tak berbatas
Menitipkan kabar pada angin yang menderu
Kabar bahwa ia merindu...

Bisakah kau bawa aku kesana...
Terbang bersama suara hatiku...
Terbang bersama mega yang berarak
Dan hinggap di atas hati yang kudambakan...

Seketika mendung memayungi jiwanya...
Dan deru angin semakin kuat menghempas tubuhnya...
Tapi ia tetap bertahan....
Untuk seseorang yang didambakan...

Mengertilah angin...
Pahamilah diriku wahai mendung...
Aku tak kan mundur barang sejengkal...
Untuk bernyanyi...
Memainkan harpa dari dawai hatiku...
Hanya untuk cintaku...
 
ArtI cINTa
mErentas pusar pandang,beserta gu2rnya Hati.........
Dalam kehaRuan besaR ialah KEhARUAN DiRiku.......
sAmpai terasa betapa arti cinta.........
YanG menyelinaP di antarA hati.....


Aku yg menemui diri dalam keharuan masa kecil......
dAlaM keharuan masa kecil,dalam kerinduan dewaSa....
KU pulang hampir malam,tapi cintaku mulai berpAncar...
ku puLang hampir malam jiwaku tak mau pudar...

CinTa seJAti ialah..........
cinta yang panas seperti api....
Yang sekali-kali membakar hati...
yang sEkalI-kALi meNYelimuTI HaTi....


puisi ini ku buat untk se2orang yg jauh di sana,,,,,,,,
walaupun jauh tp slu dkt di hati.....
i miss u....
 
YANG DATANG DAN YANG PERGI


Seperti malam dan siang
Seperti mentari dan rembulan
Bagai hari pengisi waktu
Layaknya Bunga bersemi lalu gugur

Dia datang...kemudian pergi
Kamu dan juga aku.....
Kita datang....dan kita pergi...
Dalam sebuah perjalanan waktu

Dari tiada menjadi ada
Dari ada menjadi tiada
Senyuman lalu tangisan...
Datang dan pergi....

Jiwa-jiwa kita terlahir dan menatap dunia
Kita menangis sementara semua orang tersenyum
Akan kah apabila kita pergi dengan senyum
Sementara orang-orang menangis?

Berbahagialah....
Ketika kita di atas punggung waktu
Mengarungi semuanya selaksa makna
Ada arti yang kita bagi
untuk semua...untuk yang kita cinta

Yang Datang dan Yang pergi
Semua ada saatnya....
Semua atas Kehendak-Nya
 
Nada-nada Cinta


Musik ini mengalun...
Berbisik lembut...
Membawa ke dalam sebuah kerinduan
Menghadirkan angan-angan indah...
Akan sesuatu...
Yang kadang sulit untuk diraih...

Musik ini...
Menghadirkan nada-nada cinta...
Suara flute lembut beriring biola...
Melengking... Menyayat....Memecah Sunyi
Bagai hati yang menjerit meraih cinta

Denting gitar....
Lantang diantara himpitan piano yang bersahutan...
Menyuarakan keindahan berbalut nestapa
Dalam cinta yang tak berbalas...

Musik ini akan berakhir....
Seiring mata yang kian mengatup...
Meninggalkan senyum di bibir....
Mengguratkan takdir

Nada-nada ini....
Adalah nada...
Tentang cinta yang tak berbalas....
Ada keindahan dalam liputan kesedihan....
 
Gema takbir yg bersenandung
Mengundang tangis sendu dlm kesendirianku
Gemuruh beduk yg bersahutan
Mengundang tangisdlm kerinduaanku

Lagi lagi dan lagi
Hari itu tiba
Hari yg suci penuh berkah
Rahmah dan kemulyaan

Sendiri dan masih aku sendiri
Jauh dan masih aku jauh dr ada kalian
Tgn yg aku ulur tak mampu kalian jabat
Peluk mesra drmu yg kusayangi tak mampu ku raih
Hanya tngisdan kenangan itu yg temani dirayaku ini

Dalam resah pilu
KU terdiam terpaku dan men coba
mengingat dan mengenang
Betapa byk kilaf dan salahku selama ini

Ayah ,Bunda dan semua yg kusayangi
Dengan niatan hati yg tulus
Mohonkan ampun atas sgala
Salah dan khilafku selama ini

Jika da kata atau tindakanku
Yg buati hati kalian teriris

Dan dengan mata terpejam
Ku bersimpuh dan bersujud
Ya Allah Ampunkalah dosa dosa hambamu ini

Hambamu ini hanyalah insan biasa
Letak dimana dosa dan kilaf tercipta
Ampunkanlah hambamu ya Allah
Dan senantiasa bimbing lah hambamu ini
Untuk kau tuntun ke arah jalan mu
Amien...

"robbanna atina fiddunya khasana wafil akhirhoti khasana wakhina ngada bannar"
 
Kerinduan

Aku masih termangu saat orang-orang mengucap sebuah kata
Himpitan hari dan detik yang memburu
Membuat semuanya seakan terabaikan
Bisikan-bisikan sampai teriakan yang menggema
Tak jua membuatku tersadar
Mereka berkata "Marhabban Yaa...Ramadhan..."

Oh, rupanya ia telah datang...
Aku kembali berjumpa...
Dan serta merta hatiku gundah...
Gerangan apa yang bisa kuperbuat?
Akankah kulewati begitu saja
Hanya bertemankan lapar dan dahaga?

Ia begitu menggoda...
Dengan malam-malam syahdu yang dihadirkan
Dengan magrib-nya yang begitu mempesona
Dan ia giring jiwa-jiwa ke rumah-rumah Sang Khalik

Ia begitu anggun...
Membuat hati nestapa terhibur
Membuat jiwa kering menjadi basah
Oleh air mata pengampunan...

Kecantikannya, keanggunannya dan keelokan yang menggoda
Tak jua membuatku mau...
Sekedar menyapa...
Tapi ia masih tersenyum...
Ia bisikan waktunya hampir tiba...
Untuk kembali meninggalkanku...

Sampai dalam kesempitan waktu...
Ketika nyanyiannya mulai sayup terdengar...
Suaranya yang syahdu lambat laun menghilang...
Aku tergopoh-gopoh...
Aku mengejarnya...
Ia masih saja tersenyum tapi sosoknya mulai menjauh...
Sampai kudengar sayup-sayup:
"Allahuakbar walila hilham...."
Dan air bening dari pintu jiwaku berderai....
Ia telah pergi....
Akankah aku diberi kesempatan...
Untuk kembali menjumpainya...
Dan bernyanyi dalam malam yang syahdu bersamanya....
 
Ku tatap ....
langit masih juga mendung
Namun hujan tak kunjung tiba

Ku lihat...
Hari belum juga malam
Namun sang mentari masih enggan
Berbagi sinarnya

Kurasakan ...
Angin yg berhembus begitu kencangnya
Serasa beku sekujur tubuh ini
Namun tak jua sejuk kan hati
Yang tandus dan kehausan

Kudengar ...
Kau kan meminangnya 4 th lagi
Namun mengapa kau tabur cinta
Diladang hati yg lama
Terdiam dalam kedamaiannya


Salah kah aku?
Atau salahkah dirimu?
Atau mungkinkah aku salahkan
Sang keadaan dan waktu?

Mengapa semua ini terjadi
Tahukah engkau betapa hancur hati ini
Belum juga luka yg dulu itu
Terobati?

Balutan dan jahitan itu
Masih tersisa
Bukankah kau tau itu

Tak perlu kau tangisi semua itu
Tak sepaturtnya kau menangis
Wahai shobatku...
Takpernah terlintas dlm benakku
Jika kau setega itu
Shobat? inikah persahaban itu


Ada baiknya jika kita akhiri
Akhiri saja sandiwara cintamu ini
Tak perlu kau peduliin akan
Hati yg merintih pilu ini

Biarkan semua itu jadi
Kengan yg terindah
Diantara kau dan aku
 
Tarian Abadi


Kau himpun selaksa duka
Dengan bantuan angin yang diiringi awan
Ketika mega tak lagi membiru
Untuk sekedar mengusir segumpal gundah
Dan menghardik seonggok nestapa

Kau coba menari dengan selendang air mata
Kemudian beningnya semburat diterpa mentari petang
Kaucoba bakar obor untuk menyalakan malam-malam ditemani rembulan memucat...
Lolongan hati yang menyendiri...

Tapi tahukah kamu?
Esok itu masih ada...
Seperti janji-janji penghuni langit...
Ia tak mungkin berdusta

Akan datang kepadamu
Sebuah malam yang benderang
Dimana semua nestapa akan sirna
Dan mentari pagi kan menyambut
Dengan semburat sinarnya yang cerah...
 
Kekasihku

Dalam pekat malam yang dingin
Ketika dewi bulan tengah di peraduannya
Aku di sana bersamamu

Kuhentikan malam-malam sepi di hatimu
Menjadi nada-nada cinta yang bingar
Bagai pesta para raja...
Kamu tersenyum
Seindah lembayung senja
Sebening embun pagi
Aku menyayangimu...

Kupeluk hatimu
Kuberi kehangatan bagai selimut mentari pagi
Kubisikan suara
Tentang esok yang penuh harapan
Aku tak bisa berjanji
Aku tak bisa berkata-kata

Aku hanya bisa menatap
Bola matamu yang indah
Dan kamu bisa merasakan
Segenap jiwaku mencintaimu
Karena Kamu dan Aku tahu
Kamu adalah kekasihku....
 
Puisi Cinta


Aku meradang tatkala ia menyentuhku
Kuusir dia dengan segenap kekuatan
Kubawa badai untuk menghempaskannya
Kubelokkan aliran sungai dari muaranya
Kusengat ia agar menggosong dengan terik surya

Aku melolong bak serigala malam yang kesepian
Dia begitu mendera, jiwaku sakit
Dadaku berdegup...
Lebih keras dari debur ombak di lautan sana

Kuhunus pisau dan kucabik
Kuinjak dan kuhapus dengan telapak kakiku yang perih
Jejak-jejak itu masih tampak dengan jelas

Bahkan dengan nanar pandanganku
Ia masih tampak nyata...senyata kehidupan
Tapi pengharapanku maya....
Semaya kegaiban

Hai Dewi Cinta....
Turunlah engkau dan ambillah ia dariku....
Ia datang bersama dengan sirnanya pengharapan
Hatiku mulai membusuk....
Pengharapan bagai onggok kayu kering...
Bergelimpangan dan bergesekan...
Lalu terbakar dan menjadi abu....
Sirna dan tak berbekas....

Aku lelah....
Asa tak lagi berkaki...
Lumpuh ditelan waktu...
Kerinduan tengah membeku...
Yang kuingin hanyalah Kamu.....
Bukan yang lain....
 
Back
Top