Bahaya Popok Sekali Pakai Bagi Bayi

Kalina

Moderator
Pampers atau popok sekali pakai merupakan salah satu kebutuhan penting bagi bayi. Utamanya, untuk menampung kotoran dari sisa metabolisme sang buah hati. Dengan adanya pampers, orang tua bisa lebih tenang saat mengurus anak karena tak perlu repot membersihkan kotoran bayi setiap saat.

Menurut Dokter Spesialis Anak, dr. Bernie Endyarni Medise, SpA(K), MPH, popok sekali pakai memang mempunyai kelebihan khusus. Yakni, permukaannya cepat kering setelah sang anak buang air kecil ataupun besar. Dengan begitu, bayi bisa tetap beraktivitas meski baru saja mengeluarkan kotoran.

Namun, kata dia, kenyamanan anak untuk tetap menggunakan pampers yang mengandung kotoran, justru merupakan kelemahan dari pampers itu sendiri. Sebab, jika dibiarkan dalam waktu yang lama dapat berisiko bagi kesehatan sang bayi.

"Pemakaian popok mengandung kotoran dalam waktu lama dapat menyebabkan iritasi dan infeksi bila terdapat luka pada daerah tersebut, " jelas dokter Bernie saat diwawancarai Plasadana.com untuk Yahoo Indonesia.

Idealnya, kata dia, ketika anak baru saja membuang kotoran, maka popok yang dikenakannya langsung diganti. Di situlah, dibutuhkannya peran orang tua untuk jeli memperhatikan kondisi sang bayi. "Seharusnya popok itu diganti 5-6 kali per hari," ungkap dia.

Lebih lanjut, dokter dari Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM ini menerangkan, ada beberapa bahan pembuat popok sekali pakai yang diduga berbahaya bagi kesehatan. Di antaranya, sodium polyacrylat yang dapat menyebabkan iritasi kulit dan mata. Selain itu, ada dioxin yang biasanya dihubungkan dengan kanker.

Untuk risiko jangka panjang, kata dia, penelitian yang dilakukan pada bayi dan anak laki-laki usia di bawah tiga tahun menunjukkan bahwa temperatur di buah zakar bayi dan anak laki-laki yang menggunakan pampers lebih tinggi dari yang tidak menggunakan.

Padahal, lanjutnya, temperatur yang tepat bagi buah zakar buah sangat penting karena merupakan tempat testis yang akan menghasilkan sperma pada saat remaja dan dewasa. "Ada pula yang menghubungkan dengan kanker yang disebabkan paparan kandungan bahan popok. Namun, penelitian lanjutan masih diperlukan untuk memastikannya," paparnya.

Sedangkan untuk popok kain (diapers), kata dia, biasanya tidak mudah menyerap basah. Sehingga, bayi akan lebih mudah mengenalinya ketika mengeluarkan kotoran. Untuk itu, ada baiknya orang tua selalu mengecek dan mengganti diapers saat bayi menunjukan gejala tidak nyaman.

"Akan tetapi popok kain relatif (menggunakan bahan) lebih ramah lingkungan," ucap dia.

Meski diapers lebih ramah lingkungan, sambungnya, tetap saja orang tua harus memberikan waktu khusus bagi anak untuk bebas dari balutan popok. Tujuannya, untuk meminimalisir terjadi iritasi kulit atau biasa disebut diaper rash. "Bila terdapat diaper rash bawalah segera anak Anda ke dokter," saran dia.

Terkait kapan waktu yang tepat bagi anak untuk mulai meninggalkan popok, Dokter Spesialis Anak dari SOS Medika Klinik Cipete, dr Narain H. Punjabi, SpA mengatakan, sebaiknya mulai usia 2 tahun anak sudah diajarkan menggunakan toilet dan melepaskan popok. Cara pertama, kata dia, dengan mengajarkannya menggunakan celana kain sehingga dapat memudahkan proses pembelajaran.

Selain itu, orang tua juga harus aktif dan rajin mengajarkan anak untuk belajar buang air besar atau kecil di kamar mandi. "Itu pintar-pintarnya orang tua melatih anak menjadi mandiri untuk buang air di kamar mandi," tandasnya.

Yahoo! She
 
Back
Top