Berita dan Fundamental

GrandCapital

New member
60UgM7Z3rDGULhCOoV4gxQ3lw2Kmx27pwUMksu8MklkVaPLHtTR4W0vUxa7g0n5L4CgBCf638JM1wlI=w1842-h968


Recap Pasar Hari Jumat

Bursa Asia diperdagangkan menguat dipenghujung minggu ini karena pasar AS tutup memperingati hari Thanksgiving sehingga menahan laju penguatan dolar yang beberapa hari terakhir ini menyedot modal keluar dari emerging market.

Akan tetapi penguatan saham Asia diperkirakan berusia pendek karena setelah pasar AS kembali buka maka yield obligasi Amerika akan kembali naik dibumbui harapan-harapan akan kebijakan terbaru Donald Trump.

Indeks acuan Asia Pacific berhasil menguat 0,3% dan diperkirakan menutup perdagangan minggu ini naik 1,4%. Sementara itu saham-saham emerging market secara umum masih melemah dimana indeks acuan MSCI Emerging Markets turun 0,4% hari ini.

Indeks dolar diperdagangkan stabil pada 101,68. Kuatnya data manufaktur dan konsumen AS minggu ini memicu prospek naiknya suku bunga the Fed. Jika membaca tren, maka the Fed kemungkinan besar akan menaikkan suku bunga di Desember.

Dari Eropa dilaporkan euro mengalami pelemahan dipengaruhi oleh penguatan dolar dan kecemasan pasar akan referendum perundangan Italia. Euro terperosok ke level terendahnya sejak terakhir kali di Maret 2015 terhadap dolar kemarin dan hari ini berhasil memangkas penurunan sampai 0,2% menjadi $1,05685.

Harga minyak cenderung stabil karena pasar menunggu hasil rapat OPEC yang akan diselenggarakan minggu depan, untuk membahas besaran pemangkasan produksi.

Posisi terakhir, US crude diperdagangkan flat pada $47,92 sementara Brent crude tergelincir 0,1% menjadi $48,93. Emas masih tertekan turun 0,6% menjadi $1.176,06 per ounce.

https://id.grandcapital.net/trading/bonus/?utm_source=facebookind&utm_medium=post&utm_campaign=news
 
Dolar kehabisan daya gedor, mata uang Asia kembali menguat

Wall_Street_spadki_rosna_5534351.jpg

Dolar kehabisan daya gedor, mata uang Asia kembali menguat

Dolar diperdagangkan tergelincir terhadap yen dan mata uang Asia lainnya hari ini karena belum ada kejelasan tentang keputusan pemangkasan produksi oleh OPEC sehingga memicu gelombang ambil untung.


The Greenback turun lebih dari 1% terhadap yen setelah Saudi Arabia menyatakan mundur dari rapat yang rencananya mempertemukan anggota-anggota OPEC dengan produsen minyak non-OPEC termasuk Rusia.

Kecemasan pasar bahwa kata sepakat belum akan tercapat dalam waktu dekat membuat banyak investor melarikan investasinya ke aset-aset aman seperti yen.
https://id.grandcapital.net/trading/bonus/?utm_source=facebookind&utm_medium=post&utm_campaign=news

Serangkaian data ekonomi AS yang akan rilis minggu ini juga diperkirakan akan memperkuat aksi profit taking karena kemungkinan besar sentimen positif akan kemenangan Trump mulai kehabisan daya dorongnya.

Dolar berada pada posisi 111,91. Selain itu, dolar juga melemah terhadap yuan dan dolar Singapura. Sementara terhadap euro, mata uang uwak sam berada pada posisi $1,0651.

Beberapa analis mengingatkan bahwa kondisi akan berbalik pasca penguatan dolar dan Wall Street beberapa pekan yang lalu. Dolar akan kembali menunjukkan kerapuhannya dan akan ada tekanan-tekanan jual.

Beberapa minggu kedepan, pergerakan dolar akan ditentukan oleh hasil data manufaktur AS, rapat OPEC, laporan ketenagakerjaan dan referendum Italia.
 
Prospek Semu Dibawah Trump

donald_trump.jpg

Prospek Semu Dibawah Trump

Banyak investor masih bertanya-tanya apa yang bisa diharapkan dari pemerintahan AS yang baru, dibawah Donald Trump termasuk Kongres yang saat ini dikuasai oleh partai yang sama tempat Trump bernaung. Setidaknya sampai detik ini, kedua kelompok tersebut bersepakat untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, keuntungan dan penyesuaian inflasi.


Manifestasi kebijakan diatas diwujudkan dalam bentuk deregulasi (menghilangkan kontrol pemerintah dibeberapa industri) untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, pemangkasan pajak untuk meningkatkan keuntungan termasuk investasi disektor infrastruktur. Sementara kebijakan proteksi digunakan untuk menyesuaikan inflasi.

Tidak butuh waktu lama, saham AS pun serentak melonjak dan obligasi pemerintah tergeletak. Investor mulai cemas dalam mengalokasikan aset-asetnya. Apakah ingin ramai-ramai berinvestasi pada saham atau meninggalkan obligasi sebelum deflasi akibat penggelembungan obligasi masuk ke level kritis.
Meski aksi jual obligasi dan menguatnya beberapa aset beresiko masih akan terus terjadi, tapi para investor seperti berjalan tanpa arah karena banyak ekonom tidak mampu mengenali kekuatan apa yang ada dibelakang ini semua.

Kekuatan ini terbentuk akibat perubahan, diantaranya neraca sektor swasta yang terus membengkak (baik utang dan nilai aset) setimbang dengan pendapatan dan produksi ekonomi.
Disinilah masalah sesungguhnya, pada ekonomi manapun, arus kas bisnis atau pendapatan rumah tangga haruslah mencukupi untuk menutup utang dan memberikan persentase pengembalian aset yang dapat diterima. Akan tetapi menyesuaikan keduanya lebih sulit ketika neraca yang saat ini mengalami pembengkakan, dimana setiap dolar arus kas harus menutup utang yang jumlahnya lebih banyak dan nilai aset terlalu besar.

Ini artinya level suku bunga dan pengetatan standar pinjaman menjadi faktor kritis yang dapat membedakan antara resesi dan pertumbuhan. Jika Amerika hidup dalam situasi perekonomian global yang kuat secara finansial, maka kebijakan-kebijakan yang dilontarkan oleh Trump akan menuntun kepada pertumbuhan ekonomi yang cukup kuat, bisnis menjadi untung dan inflasi terkendali.

Sayangnya Amerika hidup didunia yang sebagian besar perekonomian terpengaruh oleh neraca swasta yang sangat tidak stabil atau timpang. Hutang lebih besar dari kas masuk termasuk aset-aset yang kemampuannya untuk menghasilkan pendapatan diragukan sehingga mempengaruhi nilai pasarnya saat ini.
Ancaman terhadap stabilitas keuangan sangatlah banyak, baik dari kenaikan suku bunga, menurunnya keinginan perbankan atau investor global untuk meminjamkan sampai ke pengembalian investasi yang mengecewakan. Krisis keuangan global dapat mengguncang pasar sebelum kebijakan fiskal pemerintahan Trump menunjukkan hasilnya.

Resiko-resiko diatas tidak boleh diremehkan dan harus diperhatikan secara seksama, karena kenyataannya banyak pihak yang tidak perduli akan dampak dari cepatnya pertumbuhan utang swasta dibanding pendapatan dan total nilai aset yang tumbuh cepat dari pada total pendapatan. (tulisan disadur dari marketwatch)
https://id.grandcapital.net/trading/bonus/?utm_source=facebookind&utm_medium=post&utm_campaign=news
 
Dolar menguat, Indonesia dan Malaysia panas dingin

1007841249-520x245.jpg

Dolar menguat, Indonesia dan Malaysia panas dingin

Menguatnya nilai tukar dolar telah mendesak beberapa bank sentral di Asia menempuh cara-cara yang berbeda. Ada diantaranya yang menyuntikkan likuditas sampai dengan menunggu harap cemas.


Bagi negara-negara maju termasuk Jepang dan Australia, kondisi terkini di Amerika termasuk prospek kenaikan suku bunga the Fed justru membawa angin segar. Tapi bagi negara-negara berkembang seperti Indonesia dan Malaysia, merosotnya nilai tukar secara dratis menimbulkan ketidakseimbangan pada perekonomian, termasuk menyebabkan naiknya hutang dan memicu resiko akibat naiknya harga-harga sampai terkurasnya cadangan devisa.

Dengan menangnya Donald Trump, kemungkinan suku bunga the Fed dinaikkan di Desember meningkat menjadi 100 persen. Ini artinya tekanan terhadap bank-bank sentral di Asia masih akan terus terjadi.

Seyogyanya, bank-bank sentral Asia akan terpisah dalam dua kubu ketika dolar menguat, dimana kelompok terbesar cenderung lebih memilih mata uang yang lebih lemah karena dapat membantu ekspor. Negara-negara yang memiliki tingkat hutang rendah, tentu saja akan senang dengan pelemahan mata uang karena mereka akan mendapat untung lebih.

Diantara negara yang senang dengan pelemahan mata uangnya adalah New Zealand. Negara ini sudah lama cemas akan penguatan nilai tukarnya yang dinilai sudah berlebihan. Masalah ini meningkatkan tekanan deflasi. Selain itu Australia juga termasuk negara yang senang jika dolar menguat karena negara ini sedang dalam masa transisi merubah ketergantungannya akan sektor tambang ke sektor jasa. Anjloknya aussie tentu membantu upaya ini. Kemudian adalah Jepang, kita tahu bahwa negeri sakura ini sedang berjuang keras melawan inflasi dengan cara memborong aset-aset. Bank sentral Jepang tentu saja gembira dengan penguatan dolar ini dan merasa kebijakan the Fed terkait suku bunga justru secara otomatis membantu mereka.

Kuatnya nilai tukar juga memukul sektor otomotif dan elektronik Korsel. Melihat kenyataan ini jelas Korsel lebih senang jika mata uangnya lebih lemah terhadap dolar untuk menjaga daya saing. Terakhir adalah Thailand, lemahnya nilai tukar Baht justru dapat membantu sektor ekspor. Thailand sangat bergantung kepada ekspor, dimana saat ini konsumsi dalam negeri termasuk perekonomian masih belum baik.

Bagi Malaysia, menguatnya dolar justru merugikan karena dapat memicu naiknya inflasi. Sejauh ini, bank sentral sudah mengurangi perdagangan ringgit dipasar luar negeri untuk menekan penurunan ringgit. Ketika negara-negara asteng lainnya menikmati rendahnya suku bunga AS untuk menumpuk cadang devisa, maka Malaysia cenderung stagnan dalam hal peningkatan devisi menjadikan negara ini dalam posisi rapuh.

Bank sentral Indonesia lebih cemas lagi akan pelemahan rupiah jika dibandingkan Thailand meski tidak dalam level separah Malaysia. Pemangku kebijakan di Indonesia sudah mengambil banyak langkah untuk memacu ekonomi termasuk memangkas suku bunga enam kali, namun dapat memicu naiknya inflasi. Minggu lalu BI merilis statemen bahwa rupiah dalam kondisi sekarang dianggap undervalued.

Selain itu ada India yang selama ini cukup vokal mengkritik kebijakan bank sentral lainnya dengan menyebut bank sentral tersebut mencuri keuntungan dari perdagangan yang dilakukan, dari negara lain dengan mematok mata uangnya lemah. Bank bank sentral India, menguatnya dolar bukanlah isu utama tapi dampak dari penguatan itu adalah menaikkan inflasi. Ketika rupee diperdagangkan mendekati rekor terendahnya diminggu lalu, maka ada resiko akan kenaikan biaya impor minyak.

Sementara China berada ditengah-tengah dimana lemahnya nilai tukar yuan dapat membantu ekspor tapi disaat yang sama ada resiko depresiasi dan memicu aliran modal keluar. Deputi Gubernur Bank Sentral China sempat mengatakan bahwa China memiliki cadangan devisa lebih dari cukup dan yuan dianggap masih cukup kuat dibandingkan negara-negara lainnya. Modal akan kembali mengalir ke China karena ekonomi pulih dan kondisi usaha membaik.

https://id.grandcapital.net/trading/bonus/?utm_source=facebookind&utm_medium=post&utm_campaign=news
 
OPEC sepakat pangkas produksi, keanggotaan Indonesia dibekukan

OPEC.jpg

OPEC sepakat pangkas produksi, keanggotaan Indonesia dibekukan

Organisasi negara-negara pengekspor minyak atau dikenal dengan OPEC akhirnya mencapai kesepatakan berkaitan dengan pemangkasan produksi pada rapat yang diselenggarakan pada hari Rabu kemarin.


Tidak lama setelah pengumuman itu, kontrak minyak West Texas naik $4,21 dan ditutup pada posisi $49,44 per barrel di NYME sementara minyak Brent ditutup menguat $4,52 menjadi $51,84 per barrel.

Presiden OPEC sekaligus menteri energi Qatar Mohammed Saleh al-sada mengatakan bahwa mereka telah mempertimbangkan semua aspek dan tercapai satu kesepahaman bahwa pasar perlu diseimbangkan kembali

"Dibutuhkan keputusan yang berani dari OPEC untuk menyeimbangkan pasar dengan dukungan dari beberapa negara yang bukan merupakan anggota OPEC." tambahnya.

Rapat itu membuahkan keputusan dimana 14 anggota OPEC sepakat mengurangi produksi bersama (kolektif) sampai 1,2 juta barrel per hari menjadi 32,5 juta barrel per hari. Keputusah pemangkasan ini dianggap cukup besar dibandingkan perkiraan banyak pihak dan berpotensi mengirim minyak naik antara $56-$60 per barrel.

Arab Saudi sebagai produsen terbesar akan mengambil porsi pemotongan produksi terbesar yaitu 486.000 barrel. Keputusan diatas cukup mengejutkan pasar karena beberapa negara anggota tampak tidak akur, sehingga ada yang berkesimpulan akan sulit mencapai suatu keputusan bulat.

Ketika pemangkasan produksi yang dilakukan OPEC gagal menstabilkan pasar, maka negara-negara produsen minyak utama yang bukan anggota OPEC setuju untuk ikut mengurangi produksi mereka 600.000 barrel per hari dimana Rusia sebagai yang terbesar akan mengambil porsi terbesar, yaitu setengah dari nilai pemangkasan yang telah ditentukan tersebut.

OPEC juga akan membentuk komite pengawasan ketat yang akan membantuk sekretariat OPEC, termasuk didalamnya grup sekretaris jendral dan staff lainnya dalam mengawasi penerapan butir-butir kesepakatan.

Selain itu diputuskan juga, Indonesia yang kembali bergabung dengan OPEC kurang dari satu tahun lalu setelah dibekukan pada 2009, kembali meminta pembekuan keanggotaannya. Indonesia mengalami kesulitan dalam ikut serta dalam kesepakatan itu karena sekarang bertindak sebagai importir minyak.

Indonesia selaku importir tentu saja menginginkan harga minyak tetap rendah dan itu bukan kepentingan OPEC.
 
Indonesia sasar perusahaan teknologi internasional

pajak.jpg

Indonesia sasar perusahaan teknologi internasional

Dalam rangka menggenjot pendapatan pajak, pemerintah Indonesia memperlebar cakupan kebijakannya sampai ke raksasa teknologi internasional seperti Google dan Facebook Inc. Langkah ini dinilai beberapa pihak dapat menghambat investasi asing.


Kebijakan yang ditempuh oleh menteri keuangan Sri Mulyani tersebut untuk mengantisipasi menurunnya pendapatan negara akibat lemahnya harga komoditas dan menurunnya permintaan dari China, yang merupakan mitra dagang terbesar Indonesia.

Sepanjang melaksanakan kebijakan tax amnesty, pemerintah berhasil meraih pendapatan hampir 100 triliun rupiah yang berasal dari penalti para penunggak pajak. Selain kedua raksasa teknologi diatas, Indonesia juga mengincar perusahaan seperti Apple Inc., Twitter Inc. dan Yahoo Inc.
Dana-dana yang berhasil dihimpun oleh pemerintah tersebut, sejatinya akan digunakan untuk membiayai pembangunan infrastruktur.

Menanggapi hal tersebut managing director kamar dagang Amerika Lin Neumann mengatakan: "Kami menginginkan perlakukan yang adil, kami cemas, jika perusahaan-perusahaan itu merasa menghabiskan waktu untuk melakukan negosiasi penyesuaian pajak yang melebihi apa yang telah disepakati dalam kontrak sebelumnya dan terikat hukum maka hal itu dapat menciderai investasi asing."

Saat ini pemerintah Indonesia mengenakan pajak dan penalti senilai 5 triliun rupiah dan bisa diturunkan sampai 1 triliun rupiah dalam penyelesaian yang akan dilakukan pada minggu ini. Sementara Facebook sendiri berhutang sekitar 3 triliun rupiah.

Baik Facebook, Twitter, Apple dan Yahoo menolak memberikan komentar. Meski Kepala komunikasi politik Google Taj Meadows juga tidak memberikan komentar apa-apa, tapi dia mengatakan bahwa perusahaan telah membayar semua pajak dan akan sepenuhnya bekerjasama dengan pemerintah Indonesia.

Menteri Srimulyani memiliki tugas untuk membenahi sistem perpajakan Indonesia dan harus menjaga defisit anggaran dibawah batas legal 3 persen dari PDB. Namun target itu cukup sulit mengingat ditahun lalu perekonomian nasional tumbuh lambat dan diperkirakan hanya tumbuh sedikit lebih baik sekitar 5 persen ditahun ini. Sementara Bank Sentral Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi di 2017 antara 5 sampai 5,4 persen.

Permasalahan pajak perusahaan teknologi tersebut tidak hanya terjadi di Indonesia. Google sendiri juga mengalami penyelidikan pajak dibeberapa wilayah didunia termasuk di Inggris dimana nilai penyelesaian pajak mencapai 130 juta pound.

Saat ini sebagian besar perusahaan multinasional tidak menerbitkan informasi memadai tentang operasi mereka di Indonesia bahkan operasi di negara-negara lainnya dalam rangka membuat perhitungan yang seimbang. Penolakan perusahaan tersebut menunjukkan kecemasan mereka seandainya publik melihat skala ketidaksesuaian antara keuntungan dengan lokasi aktivitas ekonomi yang sesungguhnya.

https://grandcapital.id/promo/perso...facebookind&utm_medium=post&utm_campaign=news
 
Euro tergelincir, Zona Euro dalam ujian



Mata uang euro terjerembab setelah warga Italia menolak reformasi konstitusi dalam sebuah referendum yang diselenggarakan pada hari minggu lalu.


Disaat hasil voting masih dihitung, euro melemah menjadi $1,0564 melemah 0,9% terhadap dolar. Sementara terhadap yen, euro terperosok 0,7%.
Pagi ini dari bursa saham dilaporkan indeks Nikkei 225 melemah 0,5% dan indeks Australia S&P/ASX 200 melemah 0,7% sementara Kospi Korsel sepenuhnya flat.

Setelah penghitungan selesai perdana menteri Renzi mengakui kekalahannya dan mengumumkan akan mundur dari pemerintahan. Dari total 90% pemilih, 59,9% menentang reformasi. Situasi ini memicu kecemasan pasar skenario perpecahan zona euro terus meningkat.

Seperti kita ketahui, perdana mentri Renzi adalah sosok yang condong kepada pemerintahan Eropa oleh karena itu kebijakan reformasinya mudah ditebak. Disaat popularitasnya menurun, kelompok 5 Star Movement, yang merupakan partai oposisi terbesar di Italia meraih popularitas. Banyak yang yakin ketika Renzi mundur, koalisi beberapa partai oposisi akan menggantikannya.

Belanda, Perancis dan Jepang semuanya juga akan menghadapi pemilu dimana ada banyak partai yang menunjukkan sikap skeptis terhadap kesatuan euro.

https://id.grandcapital.net/managed...facebookind&utm_medium=post&utm_campaign=news
 
OPEC tuntut negara non OPEC pangkas produksi



Setelah dirapat sebelumnya OPEC sepakat memangkas produksi minyaknya, sekarang giliran OPEC menuntut produsen minyak diluar organisasi tersebut agar memenuhi komitmennya untuk ikut memangkas agar harga minyak bisa kembali stabil.


Organisasi negara-negara pengekspor minyak atau lebih dikenal dengan OPEC telah mengirimkan undangan kepada 14 perwakilan negara untuk bertemu di Vienna Sabtu ini untuk mendiskusikan aksi selanjutnya setelah minggu lalu disepakati pemangkasan sebesar 1,2 juta barrel per hari, lebih dari 1% produksi global. OPEC sendiri menginginkan negara-negara non OPEC agar memangkas produksi minyak sampai 600.000 barrel per hari.

Empat negara sudah menyatakan kesediaan untuk datang rapat tersebut, diantaranya Rusia, Oman, Bahrain dan Azerbaijan, sementara Mexico dan Kazakhstan juga diperkirakan akan datang.

Salah seorang pejabat OPEC mengatakan, keikutsertaan negara-negara tersebut penting, karena tanpa komitmen bersama kenaikan harga di minggu lalu akan sia-sia dan kesepakatan pemangkasan OPEC sendiri bisa saja dibatalkan.

https://id.grandcapital.net/trading...facebookind&utm_medium=post&utm_campaign=news
 
BoJ dan BoE Kaji Mata Uang Digital



Bank sentral Jepang dan Bank Sentral Eropa sepakat meluncurkan proyek bersama dalam rangka mempelajari kemungkinan penggunaan teknologi untuk menopang mata uang digital sebagai infrastruktur pasar.


Proyek ini akan berupaya menggali "distributed ledger" sebuah teknologi yang terkenal dalam menopang mata uang digital bitcoin. Kedua bank sentral diperkirakan akan merilis hasil temuan masing-masing ditahun depan, ungkap BOJ.

Langkah ini diambil sebagai upaya untuk menguji berbagai inovasi terkait dengan mata uang digital sekaligus sebagai sebuah pengakuan dari pihak otoritas akan potensi yang dapat mempengaruhi pasar keuangan dan gaya hidup secara luas.
 
Rupiah Menguat, Dolar Terdepresiasi Di 2017



Penguatan mata uang seperti real Brazil, rand Afsel dan lira Turki berhasil mengangkat indeks mata uang emerging market capai hari keempat. Saham juga menguat karena optimisme pemangku kebijakan Eropa akan memperpanjang program stimulus sehingga mendongkrak permintaan akan barang-barang ekspor.


Lira menguat 1,7% menjadi 3,3897 per dolar karena spekulasi kebijakan PM Yildirim positif bagi mata uang nasional. Sementara itu rupiah berhasil menguat setelah menteri keuangan mengatakan investor asing memborong obligasi sampai 6,4 triliun rupiah selama lima hari.

Dolar diperkirakan akan terdepresiasi di tahun depan karena presiden terpilih Donald Trump cenderung ingin melemahkan mata uang nasional agar industri dalam negeri lebih bersaing.

Menurut Mark Mobius, executive chairman Templeton Emerging Markets Group, negara yang menjadi ladang potensial untuk investasi di 2017 adalah Thailand, Vietnam termasuk Brazil dan India.

Sementara negara-negara barat masih dianggap belum ideal karena neraca mereka cenderung timpang, banyak hutan tak terbayar dan jika berinvestasi kesana maka anda akan kehilangan uang. India masih dianggap tempat paling potensial untuk berinvestasi dalam 10 tahun mendatang.

https://id.grandcapital.net/my/acco...facebookind&utm_medium=post&utm_campaign=news
 
Upaya Keras Euro Pasca Anjlok Efek Rencana ECB



Euro perlahan memulih di sesi Jumat setelah kelanjutan program cetak uang Bank sentral Eropa hingga akhir tahun depan menyebabkan mata uang uni eropa tersebut catat penurunan terbesar hanya dalam sehari terhadap dollar bahkan lebih buruk dari penurunan efek dari keputusan Inggris Raya yang memutuskan keluar dari Uni Eropa pada Juni silam.


Bank sentral mengatakan akan mengurangi angka pembelian bulanan mereka akan meneruskannya lebih lama lagi dari yang diperkirakan pasar dan disertai dengan sejumlah langkah lainnya yang dinilai negatif bagi mata uang tunggal tersebut untuk kedepannya.

Kenaikan suku bunga Federal Reserve pada pekan depan tampaknya sangat mempengaruhi pasar, dan mungkin akan menjadi sinyal yang lebih bullish atas kenaikan suku bunga selanjutnya di tahun depan setelah Presiden Fed Janet Yellen memprovokasi kenaikan lanjutan tersebut.

Ada argumen yang cukup kuat bagi dolar untuk terus meningkat bahkan hingga tahun depan. Suku bunga AS saat ini sudah jauh lebih tinggi dari Jepang dan Eropa yang setara dan ekonomi lebih luas serta proyeksi kebijakan masih juga menunjukkan arah yang berlawanan.

Sementara itu Presiden ECB Mario Draghi menekankan keraguan yang masih terjadi atas peningkatan inflasi dan pertumbuhan di Eropa dan bank sentral menurunkan perkiraan inflasi untuk tahun 2018 dan menyatakan akan tetap di bawah targetnya sebesar 2 persen di tahun selanjutnya.

Meski pada sesi kamis turun lebih dari 2 sen, nilai tukar euro terhadap dollar sempat berada di level $1.0612 dan euro berada 1 sen di atas level terendah di November.

https://id.grandcapital.net/partnership/?utm_source=facebookind&utm_medium=post&utm_campaign=news
 
Mata Uang Asia Melemah, Efek Pertemuan Fed?



Pada perdagangan di sesi awal pekan ini, mata uang Asia melemah terhadap dolar. Penurunan ini diyakini karena investor menantikan pertemuan kebijakan Federal Reserve dalam pekan inggu ini sebagai petunjuk kemungkinan pengetatan moneter AS di tahun depan.


Won Korea Selatan dan yuan China melemah karena greenback bertahan menguat menjelang pertemuan Fed yang dilangsungkan selama dua hari yang dimulai besok.

Sementara Dolar Singapura sempat berada di level bawah satu setengah pekan di level 1,4334 dolar AS pada satu titik meski berhasil naik dari level tersebut, didukung oleh aksi jual dolar oleh korporasi. Pasar keuangan di India, Indonesia, Malaysia dan Thailand tutup pada hari ini sehubungan dengan hari libur umum.

Indeks dolar terakhir berada di level 101,57 setelah menyentuh kenaikan di satu setengah pekan 101,78. Kenaikan di awal sesi hari ini membawa indeks dolar kembali berpeluang ke level atas 13 setengah tahun di 102,05 yang sempat di sentuh pada akhir November, ketika greenback menguat karena imbal hasil obligasi AS melonjak atas ekspektasi pengeluaran fiskal yang tinggi dan langkah yang lebih cepat dari Fed atas pengetatan moneter saat Donald Trump terpilih menjadi presiden.

Para pelaku pasar meyakini, mata uang Asia diperkirakan cenderung masih lemah menjelang pertemuan Fed dan dapat mengalami tekanan baru jika imbal hasil obligasi AS lebih tinggi.
https://id.grandcapital.net/trading/cfd//?utm_source=facebookind&utm_medium=post&utm_campaign=news
 
Bursa Asia Flat Jelang Rapat The Fed


Bursa Asia diperdagangkan sepi pada Selasa ini karena investor ambil posisi waspada jelang rapat the Fed minggu ini.

Indeks acuan Jepang, Nikkei diperdagangkan flat, setelah sempat dibuka melemah. Indeks Australia S&P/ASX 200 menguat 0,1%, Kospi menguat 0,2% dan indeks Hang Seng melemah 0,4%.

Rapat the Fed akan berlangsung selama dua hari di minggu ini dan merupakan pertemuan terakhir di tahun 2016. Dalam rapat ini the Fed akan menentukan apakah akan menaikkan suku bunga atau tidak. Kecenderungan the Fed menaikkan suku bunga adalah 95,4%.

Isu kenaikan suku bunga the Fed telah mengguncang pasar negara berkembang karena investor menarik modalnya keluar dan mengembalikan investas ke Amerika untuk mendapatkan imbal balik yang lebih tinggi.

Sementara itu dari China beberapa data yang rilis menunjukkan hasil positif, diantaranya produksi industri China berakselerasi 6,2% di November. Penjualan ritel China juga meningkat 10,8% di November. Investor memilih wait and see mengantisipasi terulangnya penurunan tajam saham-saham China, menyebabkan indeks Shanghai Composite Index turun 0,5%.

https://id.grandcapital.net/my/accounts/register/?utm_medium=post&utm_campaign=news
 
Last edited:
Rapat penentuan suku bunga the Fed akan dilangsungkan 3 hari lagi


Jika the Fed jadi menaikkan suku bunga, maka dolar akan melonjak dan menggoyang mata uang dan bursa saham negara-negara emerging market.

Sebaliknya, jika the Fed memutuskan tidak jadi menaikkan suku bunga, maka dolar akan kembali terkoreksi dan sinyal positif bagi emerging market.

Siapkan diri anda untuk take profit di momen penting ini. Jangan lupa manfaatkan bonus yang Grand Capital sediakan untuk memperkuat posisi anda.

Selamat trading dan "may profit will always be with you"
 
Prospek pasar Asia di 2017



Ketidakjelasan situasi makroekonomi akan menjadi faktor penggerak pasar Asia ditahun depan. Bursa saham Asia memang mengalami kenaikan bersamaan dengan saham AS menyusul akan berkantornya Donald Trump di Gedung Putih.


Tapi banyak analis memperkirakan inflasi akan melonjak dan kebijakan pengetatan akan semakin intensif ketika Donald Trump resmi berkantor dan aktif bekerja. Disamping itu pasar Asia juga harus menghadapi prospek menguatnya dolar dan kebijakan proteksi perdagangan oleh Amerika.

Sementara China berhasil menstabilkan pertumbuhan ekonominya dengan menggenjot investasi disektor infrastruktur dan akan terus dilakukan meski yuan terus melonjak.

Berikut analisa performa ekonomi negara-negara Asia lainnya.

Jepang memiliki kebijakan yang sejalan dengan Amerika, oleh karena itu selagi optimisme masih kuat terhadap perekonomian AS maka semuanya akan baik-baik saja. Satu hal yang perlu diwaspadai Jepang adalah ketika pasar harus menguji efek dari janji-janji yang dilontarkan Trump ketika kampanye. Konsep yang digulirkan Trump bagus diatas tertas, namun harus dibuktikan dengan implementasi nyata.

Diawal tahun 2016, China seperti tertatih-tatih namun serangkaian data yang rilis mendekati akhir tahun ini menunjukkan perkembangan positif. Perekonomian akan pulih bertahap. Sektor yang diperkirakan akan bersinar adalah perbankan, asuransi dan yang berkaitan dengan konsumen seperti pakaian, makanan, hiburan dll.

Seperti sudah digadang-gadang sebelumnya, di tahun 2017 ini India akan bersinar dan pertumbuhan ekonominya akan mencapai dua digit. Sektor yang akan bersinar diantaranya keuangan, teknologi dan yang berkaitan dengan konsumen. Disamping itu kebijakan pemerintah menerapkan pajak penjualan nasional akan memberi manfaat di jangka panjang bagi pertumbuhan ekonomi.

Potensi ekonomi Korea Selatan akan tersendat sampai negara tersebut dapat menemukan pengganti presiden yang kini terancam dimakzulkan. Selain itu, rencana proteksi perdagangan oleh Amerika atas ekspor Korsel tentu akan membawa dampak tersendiri bagi saham-saham nasional.

Secara keseluruhan, Asia tenggara terancam kebijakan suku bunga the Fed. Ekonomi Indonesia diperkirakan tumbuh ditopang oleh komoditas. Namun lemahnya belanja negara dan rendahnya pertumbuhan investasi masih menjadi masalah.

Malaysia juga termasuk negara yang terancam oleh kebijakan proteksi Trump karena pangsa pasar dalam negerinya kecil. Peran serta Filipina di kancah internasional akan sedikit terbatas namun konsumsi nasional dan investasi swasta tetap menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi.

Pelemahan ekonomi Singapura akan berlanjut di 2017, dalam jangka menengah pendapatan perusahaan diperkirakan capai level terlemahnya. Sementara Thailand akan dipusingkan oleh meningkatnya hutang rumah tangga dan rendahnya kapasitas utilitas. Perubahan konstituasi akan membawa dampak positif pada stabilitas politik dinegara gajah putih tersebut.

Australia masih menunjukkan kondisi yang stabil dimana keuntungan perusahaan meningkat untuk pertama kalinya dalam 3 tahun terakhir dan kontribusi rumah tangga terhadap pertumbuhan ekonomi sudah mencapai puncaknya dan akan turun di 2018.

https://id.grandcapital.net/trading...facebookind&utm_medium=post&utm_campaign=news
 
The Fed Naikkan Suku Bunga, Pasar Masih Gamang



Bank sentral Amerika atau populer dengan the Federal Reserve pada hari Rabu waktu setempat akhirnya menaikkan suku bunga untuk pertama kalinya dalam satu tahun terakhir.


Kejutan the Fed tidak berakhir disitu, karena otoritas keuangan paling berkuasa di AS ini memberi sinyal akan ada langkah agresif di tahun depan, ketika pemerintahan Donald Trump resmi melangkahkan kakinya di Gedung Putih. The Fed menaikkan suku bunga jangka pendek pada rentang 0,5%-0,75% dari sebelumnya direntang 0,25%-0,5%. Keputusan menaikkan suku bunga diraih secara bulat.

Disamping itu di tahun 2017 nanti akan ada rencana tiga kali kenaikan suku bunga. Presiden the Fed, Janet Yellen mengakui bahwa mereka turut memasukkan faktor rencana ekonomi presiden terpilih ke dalam proyeksi ekonomi. Dia juga menambahkan bahwa tingginya inflasi dan rendahnya tingkat pengangguran dibanding prediksi the Fed juga merupakan faktor terbesar dinaikkannya suku bunga.

Yellen juga menegaskan akan mengambil sikap "wait and see" mulai saat ini karena penjabaran rencana-rencana Trump dianggap masih abu-abu. "Saya tidak mau berspekulasi sampai yakin betul akan detail kebijakan dan bagaimana kebijakan tersebut mempengaruhi arah perekonomian," ungkapnya.

Setelah keputusan suku bunga, saham AS langsung melejit meski akhirnya ditutup merosot. Beberapa analis berfikir rencana pemangkasan pajak dan menaikkan belanja akan memicu tingginya inflasi dan memaksa bank sentral menaikkan suku bunga lebih agresif.

Pejabat the Fed hanya memberi sedikit petunjuk berkaitan dengan prediksi ekonomi terbaru mereka. The Fed masih memperkirakan pertumbuhan PDB rata-rata 2% dalam kurun 3 tahun kedepan. Tingkat pengangguran masih dikisaran 4,6%.

Secara tersirat, the Fed tidak memperkirakan pasar ketenagakerjaan menunjukkan perbaikan drastis oleh karena itu penjejalan stimulus dari pemerintah tidaklah penting, ungkap Yellen.

https://id.grandcapital.net/trading...facebookind&utm_medium=post&utm_campaign=news
 
Emas Menuju Penurunan Mingguan Keenam

15542058_1832660300283493_2190516962112435305_n.jpg


Emas Menuju Penurunan Mingguan Keenam

Meski stabil pada sesi perdagangan Jumat namun perdagangan emas masih berada di harga terendahnya dalam kurun waktu 10 bulan setengah terakhir karena dolar yang masih menguat pasca Federal Reserve pada pekan ini mengisyaratkan bahwa suku bunga berpeluang dinaikkan sebanyak tiga kali pada tahun depan.


Emas spot sempat mencatat kenaikan naik 0,5 persen di harga $1.134,46 per on. Logam mulia ini mencapai harga $1.122,35 pada sesi perdagangan Kamis, terlemah sejak 2 Februari dan turun lebih dari dua persen sepanjang pekan ini, dan membuat emas berada di jalur penurunan mingguan keenam berturut-turut. Sementara emas berjangka AS naik 0,6 persen di harga $1.136,40 per ons.

"Kenaikan suku bunga oleh The Fed pekan ini dan prospek hawkish untuk tahun depan menghasilkan gambaran yang cukup negatif bagi emas," ungkap pengamat dan ahli strategi komoditas.

Semenrar aitu, dolar bertahan di dekat level tertingginya dalam 14 tahun terhadap euro dan sejumlah mata uang mayoritas lainnya karena pasar mereposisi untuk bank sentral AS yang lebih hawkish. Suku bunga yang lebih tinggi pada tahun depan bisa mendorong mata uang AS ke level yang lebih tinggi lagi, alhasil ketika dolar mencatat kenaikan maka akan membuat emas lebih mahal untuk.

Pada perdagangan logam lainnya, perak naik 0,8 persen di harga $16,08 per ons, setelah jatuh lebih dari 5 persen pada sesi Kamis. Platinum naik 1,3 persen menjadi $905,1 setelah turun ke level terendah sejak awal Februari di sesi sebelumnya. Paladium turun 1,2 persen menjadi $692,00, dan berpeluang mengakhiri pekan ini dengan penurunan lebih dari lima persen.
https://id.grandcapital.net/trading...facebookind&utm_medium=post&utm_campaign=news
 
Pasar Berhati-hati, Bursa Asia Tergelincir



Indeks saham Asia lepas hasil positif di awal perdagangan hari ini dan sebagian besar berakhir melemah karena para pelaku pasar ragu atas meningkatnya ketegangan diplomatik antara dua kekuatan ekonomi terbesar di dunia, AS dan China.


Indeks komposit Shanghai turun tipis 4,90 poin atau 0,16 persen ke level 3.118,08, dengan ketegangan geopolitik yang semakin tinggi dan data yang menunjukkan perlambatan pertumbuhan di pasar properti di China juga membebani pasar.

Indeks Hang Seng Hong Kong turun 188 poin atau 0,85 persen pada level 21.832 setelah peneliti pemerintah China memperkirakan pertumbuhan GDP China akan melambat pada 2017 dan yuan akan terdepresiasi sebesar 3 persen menjadi 5 persen.

Bursa Saham Jepang sedikit melemah setelah melaju dalam sembilan hari, setelah yen menguat dan data menunjukkan surplus perdagangan lebih kecil dari perkiraan pada bulan November. Indeks Nikkei turun 9,55 poin atau 0,05 persen ke level 19.391,60 dengan perdagangan yang tipis karena investor mengunci beberapa keuntungan dari hasil positif terbaru seperti bank dan eksportir. Indeks Topix ditutup turun 0,10 persen pada level 1.549,06.

Bursa saham Australia ditutup di wilayah positif setelah Bendahara Scott Morrison memberi pembaruan pertengahan tahun dan ke-tiga lembaga pemeringkat besar mengindikasikan tidak akan ada downgrade untuk saat ini. Indeks acuan S&P/ASX 200 naik 29,20 poin atau 0,53 persen ke level 5.562,10. Indeks All Ordinaries ditutup naik 23,10 poin atau 0,41 persen pada level 5.612,80.

Smenetara bursa saham Seoul beringsut melemah akibat penjualan institusional bahkan setelah saham Samsung Electronics mencapai rekor tinggi di tengah prospek bullish pendapatan kuartal keempat. Indeks Kospi tergelincir 3,85 poin atau 0,19 persen ke level 2.038,39.

Di tempat lain, indeks acuan India, Indonesia, Malaysia, Singapura dan Taiwan turun antara 0,2 persen hingga 0,9 persen.
 
Dollar Menguat, Yen Tergelincir Pasca BOJ



Dolar kembali ke arah level atas 14 tahun terhadap pasangan mata uang utama pada perdagangan sesi Selasa di saat yen harus melepas penguatan pasca pertemuan BOJ dan sebelumnya insiden mematikan di Turki dan Jerman.


AS dolar masih menjadi incaran terhadap mata uang lainnya, dengan indeks dolarn naik kembali ke level 103,36 dari level bawah sesi Senin 102,52, dan mendekati level puncak dalam 14 tahun 103,56 yang dicapai pada sesi Kamis pekan lalu. Dolar juga terbantu oleh komentar optimis dari Ketua Federal Reserve Janet Yellen mengenai pasar pekerjaan AS.

Ekspektasi terhadap rencana pemotongan pajak dan belanja fiskal Administrasi Trump yang akan datang dapat mempengaruhi pertumbuhan AS yang lebih tinggi dan inflasi telah mengangkat imbal hasil obligasi AS dan dolar sejak bulan lalu.

Dolar juga naik ke level ¥117,75, pulih dari level penurunan sesi Senin ¥116,55 setelah terjadi aksi beli pasca pertemuan Bank of Japan yang mempertahankan kebijakan moneter pada hari Selasa.

BOJ menegaskan target kembarannya suku bunga minus 0,10 persen akibat beberapa kelebihan cadangan dan imbal hasil obligasi 10 tahun pemerintah nol persen. Meskipun hasil itu sudah diperkirakan, langkah itu terlihat menjadi pembeda dari bank sentral utama lainnya yang kembali memperimbangkan stimulus.
https://id.grandcapital.net/forum/topic/9804/?page=2#post-54642
 
Dollar Turun dari Level Atas 14 tahun

15665603_1834587686757421_7530606822940780505_n.jpg

Dollar Turun dari Level Atas 14 tahun

Dolar kembali turun dari level tertinggi 14 tahun setelah imbal hasil obligasi pada hari Rabu jatuh sementara kekhawatiran atas sektor perbankan sebabkan saham Eropa melemah, karena momentum dari Asia dan Wall Street memudar.


Sebuah keyakinan luas bahwa kebijakan presiden terpilih AS Donald Trump akan meningkatkan ekonomi AS telah mendorong kenaikan dolar dan yield Treasury sejak pemilihannya pada awal November dan mendorong saham AS ke rekor tertinggi.

Namun, beberapa investor tampaknya siap untuk mengambil keuntungan pada Rabu di perdagangan pra-Natal yg tipis.

Indeks dolar turun 0,1 persen, setelah naik 5 persen tahun ini mencapai puncak 14 tahun pada hari Selasa. Euro, yang menyentuh level terendah 14 tahun pada hari Selasa, naik 0,2 persen menjadi $1,0403 sementara yen menguat 0,2 persen menjadi 117,62.

Saham Eropa sedikit melemah. Indeks STOXX 600-Eropa pan turun 0,1 persen, setelah mencapai 11 bulan tinggi pada hari Selasa, dipimpin oleh penurunan saham perbankan.

Saham Monte dei Paschi di Siena Italia, yang harus meningkatkan € 5 miliar pada akhir bulan untuk menghindari intervensi negara, kembali menjadi fokus, dengan sahamnya turun 17 persen.

Imbal hasil 10 tahun Treasury AS turun 1 basis poin menjadi 2,56 persen, setelah sempat mencapai angka tertinggi di lebih dari dua tahun pada minggu lalu pasca Federal Reserve menaikkan suku bunga dan memperkirakan kenaikan lanjutan melampaui perkiraan pasar.
https://id.grandcapital.net/investm...facebookind&utm_medium=post&utm_campaign=news
 
Back
Top