JNANA YOGA

riwancack

New member
SADHANA I : ADVAITACITTA
(Pikiran yang bebas dari dualitas)

Advaitacitta atau pikiran yang bebas dari dualitas adalah jnana yoga yang tertinggi dan sempurna. Orang yang sudah dapat melampaui dualitas pikiran [advaitacitta] tidak saja pikirannya akan tenang-seimbang [upeksha], tapi juga menghasilkan pengetahuan tertinggi yaitu prajna [kesempurnaan kebijaksaan].

Kebijaksanaan, wawasan serta pemahaman akan diri dan kehidupan yang luas dan mendalam. Inilah ciri orang yang akar kesadarannya sudah sangat kuat, sudah siap untuk memasukkan gerbang pertumbuhan di jalan dharma.

Aum parama santhi ..
maxresdefault.jpg
 
Re: BHAKTI YOGA

SADHANA II : DAYADVHAM
(Hati penuh belas kasih kepada semua mahluk)

Dayadvham atau hati yang penuh belas kasih kepada semua mahluk adalah bhakti yoga yang tertinggi dan sempurna. Dalam bhakti yoga yang tertinggi dan sempurna, yang ada hanya belas kasih dan kebaikan yang mendalam dan rasa hormat yang tulus kepada semua mahluk.

Baik ke Svah Loka [Brahman dan Dewa-Dewi], ke Bvah Loka [sesama mahluk dan alam semesta] dan ke Bhur Loka [mahluk-mahluk alam bawah]. Karena Sanghyang Acintya adalah segala keberadaan atau Om bhur bvah svah.

Aum parama santhi..

Menaklukkan-Gajah-Nalagiri-Cinta-Kasih-sesuai-ajaran-Budha.jpg
 
ATMASHATKAM

Atmashatkam (आत्मषट्कम्, ātmaṣaṭkam), juga dikenal sebagai Nirvanashatkam (निर्वाणषट्कम्, Nirvāṇaṣaṭkam), adalah komposisi yang terdiri dari 6 sloka (dan karenanya nama SAT-ka berarti enam kali lipat) yang ditulis oleh filsuf Hindu Adi Shankara untuk meringkas dasar ajaran Advaita Vedanta, atau ajaran Hindu non-dualisme. Ini ditulis sekitar 788-820 CE.

Dikisahkan bahwa ketika Adi Shankara seorang anak muda yang berusia delapan tahun sedang berada di dekat Sungai Narmada, berusaha mencari untuk menemukan gurunya, kemudia ia bertemu dengan Gaudapada yang bertanya, “Siapa kau?”. Anak itu menjawab dengan bait ini, yang dikenal sebagai “Nirvana Ṣaṭkam” atau “Atma Ṣaṭkam “. Kemudian Gaudapada menerima Adi Shankara sebagai muridnya. Ayat-ayat ini dikatakan bernilai untuk kemajuan dalam praktek kontemplasi yang mengarah ke Realisasi Diri.

Nirwana” adalah ketenangan yang utuh, kedamaian, kebebasan, kebahgiaan dan sukacita. “Atma” adalah Sang Diri Sejati.

  1. 1
Manobuddhyahaṃkāra chittāni nāhaṃna cha śrotrajihve na cha ghrāṇanetrena cha vyoma bhūmir na tejo na vāyuḥchidānandarūpaḥ śivo’ham śivo’ham.

"Bukan pikiran, bukan pula intelek; Bukan ego, bukan pula yang menyebabkan ego; Bukan panca indra; Bukan langit dan bukan bumi; Bukan cahaya dan bukan angin – Aku adalah Kesadaran Murni, Kebahagiaan Yang Kekal Abadi – Itulah Aku…"

  1. 2
Na ca praṇasajño na vai paṃcavāyuḥ na vā saptadhātur na vā paṃcakośaḥ na vākpāṇipādaṃ na copasthapāyucidānandarūpaḥ śivo’ham śivo’ham.

"Apa yang disebut prana, energy, bukanlah Aku; Bukan elemen-elemen alami, bukan pula lapisan-lapisan kesadaran dalam diri manusia; Bukan badan kasat ini – Aku Adalah Kesadaran Murni, Kebahagiaan Yang Kekal Abadi – Itulah Aku…"

  1. 3
Na me dveşarāgau na me lobhamohau mado naiva me naiva mātsaryabhāvaḥ na dharmo na cārtho na kāmo na mokşaḥ cidānandarūpaḥ śivo’ham śivo’ham.

"Tidak ada yang Kusukai, dan tidak ada yang tidak Kusukai; Tidak serakah, tidak pula bimbang; Tidak angkuh, tidak iri; Tidak ada keinginan apapun dalam diriKu – sekalipun untuk kebebasan itu sendiri – karena Aku Adalah Kesadaran Murni, Kebahagiaan Yang Kekal Abadi – Itulah Aku…"

  1. 4
Na puṇyaṃ na pāpaṃ na saukhyaṃ na dukhyaṃ na mantro na tīrthaṃ na vedā na yajñaahaṃ bhojanaṃ naiva bhojyaṃ na bhoktā cidānandarūpaḥ śivo’ham śivo’ham.

"Amal saleh dan dosa – dua-duanya telah Kulampaui; Suka dan duka tidak lagi
mempengaruhi Aku; Ritual dan perjalanan suci, kenikmatan dan rasa nikmat itu sendiri – semuanya sudah Kulampaui - Aku Adalah Kesadaran Murni, Kebahagiaan Yang Kekal Abadi – Itulah Aku…"


  1. 5
Na me mṛtyuśaṃkā na me jātibhedaḥ pitā naiva me naiva mātā na janmaḥna bandhur na mitraṃ gurunaiva śişyaḥ cidānandarūpaḥ śivo’ham śivo’ham.

"Tidak ada lagi rasa takut akan kematian; Tidak Kukenali lagi perbedaan antara kelompok; Ayah, ibu, sahabat, saudara, guru, murid – tak sesuatu pun yang Kumiliki; Kelahiran dan kematian tidak Kukenali lagi – Aku adalah Kesadaran Murni, Kebahagiaan Yang Kekal
Abadi – Itulah Aku…"

  1. 6
Ahaṃ nirvikalpo nirākāra rūpo vibhutvāca sarvatra sarveṃdriyāṇaṃ na cāsangata naiva muktir na meyaḥcidānandarūpaḥ śivo’ham śivo’ham.

"Pikiran telah Kulampaui; Tak berwujud, namun berada di mana-mana; Tidak terikat, tidak mengenal kebebasan dan tidak bisa diukur – Aku adalah Kesadaran Murni, Kebahagiaan Yang Kekal Abadi – Itulah Aku…"
 
minat belajar yoga praktis?
baca dan ikuti tautanku.
ini pelajaran bawaan kakek buyutku Sidharta yg belum disampaikan. kalo berhasil... misal yg kok sembah/jadikan panutan kakek buyutku Sidarta gautama kamu akan menjadi eksistensi keberadaan beliau saat ini, mampu menerangi apapun yg masih gelap.
kalo berhasil juga mampu mau hidup sendiri(moksa) atau mati sebagai manusia biasa pada umumnya (ini kalo ilmu yg tak ulas kok sebarkan dan mampu mendapat eksistensi yg lebih dariku/yg belajar+berhasil).
Lagi mumet aku gara2 ilmu ini. moga2 ada yg lebih dari aku.(kenyataan sampai saat ini masih belom dpt laporanada yg berhasil) knapa? mungkin dunia cuma seumurku kalo gak ada yg nyambung/lebih tinggi dari yg tak terima.

- n1 -
 
kenapa gak belajr yoga nidra aja ?!
jangan belajar kesempurnaan dari ketidak sempurnaan.
yoga nendra,tantra,asana dll disampaikan lewat "manusia" yg jauh dari sempurna. pelajaran apapun menjadi semakin jauh dari sempurna kalo pengajar mau/mengharap imbalan (duit,harta benda misal) meskipun pengajar tidak minta, kalo menerima ya sama saja.
lalu siapa pengajar yg sempurna?
di trid yg tak lansir semua tak perjelas agar mudah diterima dan dikaji.
 
Back
Top