YOGA NIDRA

riwancack

New member
Mandukya Upanishad dan Yoga Vasistha menyebutkan ada empat avastha [keadaan sadar], yaitu jagrut [terjaga], svapna [mimpi], sushupti [tidur lelap tanpa mimpi] dan turiya [keadaan sadar ke-empat].

Dalam keadaan terjaga [avastha], disebut vaisvanara, yang berarti berinteraksi dengan "obyek-obyek luar" atau merasakan obyek-obyek material yang kasar. Dalam keadaan bermimpi [svapna], disebut taijasa, yang berinteraksi dengan "obyek-obyek dalam" atau merasakan obyek-obyek halus dari alam pikiran. Dalam keadaan tidur lelap tanpa mimpi [sushupti], disebut prajna, yang penuh ketenangan-kedamaian. Ketiga keadaan sadar ini adalah penyebab dari keberadaan kita di dunia, dalam roda samsara maupun di salah satu Tri Loka. Sedangkan Turiya atau keadaan sadar ke-empat, adalah ketiga-tiganya sekaligus bukan ketiga-tiganya [supta prajnaatmika turya sarvavastha vivarjita]. Semua keadaan sadar dan semua fenomena lebur ke dalamnya. Inilah Brahman, realitas absolut.

Ajaran tentang Yoga Nidra ini bersumber dari Upanishad, Yoga Vasistha dan Shiva Tantra. Yoga Nidra berarti ”yoga ketika tidur” atau bisa juga “cara tidur seorang yogi”. Yoga Nidra adalah tetap menjaga kesadaran dan melaksanakan dharma, walaupun dalam keadaan tidur.

Yoga Nidra diperuntukkan bagi sadhaka yang serius. Yang dalam keseharian melaksanakan disiplin spiritual. Pengendalian dirinya sudah mulai bagus, bathinnya cukup tenang-seimbang dan welas asih.

Yoga Nidra berarti tidak hanya dalam keadaan terjaga [jagrut] saja kita menjaga kesadaran, tapi dalam keadaan tidur kita juga menjaga kesadaran. Biasanya kita hanya dalam keadaan terjaga saja menjaga kesadaran bathin kita. Tapi dalam Yoga Nidra, kita meninggalkan keadaan terjaga [jagrut] ini dan memasuki keadaan mimpi [svapna] ataupun tidur lelap tanpa mimpi [sushupti], tapi tetap menjaga kesadaran seperti halnya ketika kita terjaga.

METODE YOGA NIDRA

Ada berbagai metode Yoga Nidra yang dapat digunakan sesuai dengan kecocokan kita masing-masing. Yang intinya adalah yang paling dapat membantu kita menjaga ketenangan dan kesadaran kita sendiri di alam mimpi. Diantaranya metode seperti ini :

1. Menjelang tidur.

Kita perlu memiliki simbol AUM. Bagi para bhakta yang kesehariannya baik hati, suka menolong, kasih sayang, sedikit menyakiti dan sabar, simbol Aum ini kita letakkan tepat di ulu hati. Bagi para yogi serius yang bathinnya tenang-seimbang, huruf Aum ini kita letakkan di ubun-ubun atau dahi [posisi mata ketiga]. Lalu berdoalah kepada salah satu yang entitas suci [bisa Paramatman, Dewa atau Dewi, guru spiritual, dll] yang kita pilih sendiri : “mohon saya dijaga dengan pranawa Aum ini, bimbing saya agar dalam tidur dan mimpi saya tidak melanggar ajaran dharma”.

Lalu berbaring dalam shavasana [asana atau posisi mayat] dan buat diri kita serileks mungkin, kalau udara dingin pakailah selimut. Atur nafas perlahan dan teratur. Sadari kelima indriya kita yaitu penglihatan, pendengaran, pengecapan lidah, bau dan sentuhan pada kulit.

Sadari setiap bagian tubuh kita, mulai dari jempol tangan kanan, lalu bergerak ke jari-jari lainnya sampai kelingking. Lalu telapak tangan dan bergerak menuju seluruh bagian tangan. Ulangi hal yang sama dengan tangan kiri. Sadari bagian ubun-ubun kepala kita, lalu bergerak menuju dahi, kuping, mata, hidung, mulut, dst-nya. Sadari badan kita, mulai dari dada, jantung, paru-paru, ginjal, kelamin, dubur, dst-nya. Ulangi hal yang sama dengan kaki kanan dan kaki kiri. Sadari seluruh bagian tubuh kita.

Intinya adalah sentuh dengan welas asih setiap bagian tubuh kita dengan pikiran. Hal ini menghubungkan seluruh bagian tubuh kita dengan pikiran, yang mana akan membuat badan kita lebih rileks dan alami secara menyeluruh.

Dengan pikiran dan badan yang sudah rileks, kesadaran kita membuka diri kepada Sankalpa [bibit kejadian yang positif]. Ketika badan dan pikiran kita sudah rileks, mulailah memvisualisasikan kejadian positif tersebut, seperti misalnya cahaya mahasuci. Kalau kita mau, bisa juga sambil melantunkan Gayatri Mantra dalam hati [gayatri mantra adalah mantra yang paling cocok untuk ini, yaitu memanggil cahaya mahasuci]. Sambil mengucapkan Gayatri mantra, kita visualisasikan [bayangkan] cahaya mahasuci tersebut, dengan rileks dan tenang, sampai kita tertidur.

Ketika kita tekun melatih Yoga Nidra ini selama jangka waktu yang panjang dan kita sudah bisa melaksanakan dengan baik, maka kita bisa merasakan fenomena ”realitas pikiran yang bermimpi”. Mimpi kita akan terasa seolah hampir nyata, seperti keadaan terjaga.

Yoga Nidra berarti ”yoga ketika tidur” atau bisa juga “cara tidur seorang yogi”.

Yoga Nidra adalah sebuah bentuk latihan untuk tetap menjaga kesadaran selama dalam keadaan tidur dan bermimpi. Sadhaka harus melaksanakan latihan Yoga Nidra sampai sadhaka menghasilkan sebuah mimpi yang jelas dan yang paling penting dapat mengontrol mimpi-mimpi tersebut.

YOGA MIMPI DALAM TRADISI TIBETAN

Yoga Mimpi atau Milam[1] (Bhs. Tibet: rmi-lam atau nyilam; Bhs. Sansekerta: svapnadarśana)[2] – Yoga Dalam Kondisi Bermimpi adalah sekumpulan sadhana tantra tingkat lanjut dari silsilah Dzogchen Mantrayana yang saling berhubungan (Nyingmapa, Ngagpa, Mahasiddha, Kagyu dan Bönpo). Yoga Mimpi adalah sebuah proses dan teknik tantra dalam kondisi trans Bardo Mimpi dan Tidur (Bhs. Tibet: mi-lam bardo) dan merupakan sadhana tingkat lanjut dalam Yoga Nidra. Berbagai aspek dalam sadhana Yoga Mimpi masuk dalam golongan sadhana Enam Yoga Naropa.

Catatan kaki untuk ‘Zhitro’ (Bhs. Tibet: zhi khro) Namdan & Dixey, dkk. (2002: hal.124) menunjukkan bahwa ‘tubuh mimpi’ dan ‘tubuh bardo’ merupakan ‘tubuh bayangan/penampakan’ (Bhs. Tibet: yid lus):

Di dalam alam bardo, seseorang memiliki yilu (yid lus), tubuh bayangan (yid: kesadaran; lus: tubuh). Ia sama halnya dengan tubuh yang berada di dalam berbagai mimpi, merupakan tubuh pikiran.

PADMASAMBHAVA MENERIMA TRANSMISI PIKIRAN DAN MENYUSUN MENJADI YOGA MIMPI

Padmasambhava (sekitar abad ke-8) menerima transimisi yang berasal dari aliran pikirian seorang siddha-yogi yang misterius, bernama Lawapa (sekitar abad ke-10). Beliau kemudian menyusunnya menjadi Yoga Kondisi Mimpi

Menurut Silsilah Nyingma, ada ‘Tujuh Transmisi’ (Bhs. Tibet: bka’ babs bdun[9]), atau ‘aliran pemberkatan dan abhiseka yang sakral’ (Bhs. Tibet: dam pa’i byin rlabs) yang mampu mengulangi aliran pikiran seorang tantrika. Transmisi adalah sebuah penggabungan dari berbagai aliran pikiran meski pada bagian paling dasarnya ada sebuah aliran pikiran yang merupakan ‘satu kesatuan’ atau ‘singularitas’ (transliterasi Wulie: gcig). Meski pemunculannya yang tak disengaja dari tujuh modalitas (pengandaian) atau kanal transmisi ini bisa terjadi pada kondisi terjaga (tidak tidur) bila waktu, ruang, kondisi dan hubungan karma bertemu dengan tepat; dengan cara yang sama mereka juga bisa dilakukan dalam kondisi yoga mimpi yang jelas (terkendali). Sebuah jenis transmisi yang secara khusus ditekankan dalam hubungannya dengan Yoga Mimpi, simbolisme dan ikonografi, dan kondisi trans, adalah transmisi ‘penglihatan suci’ (Bhs. Tibet: dag snang[10]) dan persepsi bentuk pikiran Sambhogakaya dan representasi yidam.

Supaya kita dapat menggunakan waktu bermimpi kita dengan lebih bermakna, pertama-tama kita harus menyadari bahwa kita sedang bermimpi. Itu adalah latihan awalnya. Langkah selanjutnya dinamakan mentransformasikan mimpi; langkah ke-tiga adalah melipatgandakan. Dan latihan yang ke-empat adalah menyatukan mimpi dengan cahaya cemerlang. Menyadari, mentransformasikan, melipatgandakan, dan menyatukan mimpi dengan sifat sejati yang cemerlang; merupakan empat garis besar aplikasi Yoga Mimpi yang sungguh penting.

Yoga Mimpi sebagai salah satu dari enam sub jenis yoga yang dijelaskan lebih lanjut oleh seorang guru Tibet bernama Marpa dan diturunkan kepada muridnya – Milarepa. Si penulis menggambarkan enam tahap yoga mimpi. Pada tahap pertama, si pemimpi diminta agar dirinya menjadi jelas di dalam mimpinya. Pada tahap kedua, si pemimpi diinstruksikan untuk mengatasi semua ketakutan atas isi mimpinya sehingga muncul realisasi bahwa tidak ada satu hal pun di dalam mimpi yang dapat mencelakainya. Sebagai contoh, ia yang sudah dapat bermimpi dengan jelas perlu memadamkan api dengan tangannya dan menyadari bahwa api tidak dapat membakarnya di dalam mimpi. Kemudian si pemimpi harus merenung bagaimana semua fenomena baik di dalam mimpi maupun dalam keadaan terjaga (tidak tidur) ternyata mirip karena mereka semua juga mengalami perubahan, dan seperti dari kedua pernyataan tadi – kehidupan juga bagaikan ilusi karena selalu terjadi perubahan di dalamnya. Baik obyek-obyek di dalam mimpi maupun obyek-obyek di dunia dalam perspektif dunia Buddhis oleh karenanya bersifat kosong (sunya) dan tidak punya sifat sejati yang substantif. Ini adalah tahap merenungi mimpi sebagai maya, dan menyamakan sensasi maya ini dengan pengalaman sehari-hari di dalam dunia eksternal. Selanjutnya, si pemimpi harus menyadari bahwa dia punya kendali atas mimpinya dengan mampu mengubah obyek-obyek yang besar menjadi kecil, yang berat menjadi ringan, dan yang banyak menjadi satu obyek.

MENERIMA TRANSMISI DI DALAM MIMPI

Setelah mampu mengendalikan berbagai obyek dan transformasinya, pada tahap ke-lima, si pemimpi harus menyadari bahwa tubuh mimpi si pemimpi juga tidak punya substansi, sama halnya seperti obyek-obyek lain di dalam mimpi. Si pemimpi harus menyadari bahwa dirinya bukanlah tubuh mimpi. Si pemimpi yang telah mendapatkan kendali penuh atas obyek-obyek mimpi dapat, sebagai contoh, merubah bentuk tubuh atau membuat tubuh mimpi tersebut menghilang sama sekali. Dan pada akhirnya, di tahap ke-enam, citra (gambar) para dewata (Buddha, Bodhisattva, atau Dakini) harus bisa divisualisasikan dalam kondisi mimpi yang jernih. Figur-figur ini sering terlihat dalam seni religi Tibet (thangka) dan digunakan di dalam meditasi. Mereka ini dikatakan terhubung atau beresonansi dengan sinar terang Kekosongan (Sunyata) dan oleh karenanya dapat menjadi pintu simbolis untuk masuk ke dalam kondisi mistis ini (Kekosongan atau sinar terang). Si pemimpi diinstruksikan untuk berkonsentrasi pada gambar-gambar simbolis tersebut dengan penuh konsentrasi atau berpikir mengenai hal-hal lain sehingga sisi wahyu ilahi dari simbol-simbol tersebut akan termanifestasi.

Mereka yang telah melatih yoga mimpi akan mampu mengunjungi para guru yang mereka rindukan dan bepergian ke tempat yang tidak dapat dikunjunginya sewaktu dalam kondisi terjaga. Kondisi mimpi adalah kondisi pikiran yang sangat murni

Di dalam Yoga Mimpi, yang nyata bisa menjadi mimpi, dan mimpi menjadi yang nyata. Kemajuan pelatihan dalam sadhana ini bisa diumpamakan seperti membuktikan hipotesis ilmiah mengenai superposisi yang terpecahkan. Superposisi yang terpecahkan tersebut adalah penggabungan aliran pikiran Dharmakaya dengan Shunyata dan Jala Indra. Silsilah Mantrayana Nyingmapa, Bonpo, Ngagpa dan Mahashiddha yang saling bertalian ini berisi penuh dengan trans dan transmisi ajaran, doktrin dan lainnya yang disampaikan lewat mimpi yang melampaui konstruksi waktu, lokasi dan ruang; dan ini sering disebut sebagai “tradisi yang dibisikkan”

Tujuan utama dan fondasi dari sadhana mimpi ini adalah untuk menyadari di dalam kondisi mimpi bahwa si pemimpi memang sedang bermimpi. Saat jernihnya mimpi (mimpi yang jelas) telah bisa diraih lewat pelatihan, maka aplikasinya bisa tak terbatas. Si praktisi kemudian dapat bermimpi dengan jelas dan melakukan berbagai macam hal, seperti: melakukan sadhana; menerima abhiseka inisiasi, pemberkatan dan transmisi; pergi ke berbagai macam tempat, dimensi dan loka, berkomunikasi dengan yidam; berdialog dengan para insan, mahluk dan orang-orang seperti guru; terbang; berubah bentuk, dll.

Namaste.
Kriya Yoga Nusantara
 
Harfiah arti kata memang demikian.
Maksud yg sebenarnya gimana? ini yg sulit dimengertin setiap yogis yg ada.
Yoga nendra.
menidurkan harfiah sukma yg ada.
(memang dlm setiap manusia bisa punya berapa?)
Pahami dulu raga-fana dan raga-baka.
Raga-fana adalah jiwa yg ada saat mengerti dunia(bisa mengingat apa2 yg terjadi, ini bisa diingat sampai tua. Kira2 usia TK kecil) sampai manusia mengenal jati-diri jiwanya siapa.
Raga-baka, penjelasannya bisa didapat setelah menjalankan kundalini.(aura-dasar lahir, jati dirinya ketemu).
Maksud yoga-nendra adalah menidurkan jiwa-fana itu. yg ada selanjutnya dlm kehidupannya jiwa-baka yg akan ditampakkan dalam keseharian/hidup sehari-harinya.
Bagaimana belajar kundalini dg benar?
(pernah tak share dlm tridku teknik-meditasi)
Lalu apa hasil/buah dari kundalini kalau berhasil?
Yg tak dapat cuma ke"tidak mampuan" saja.
(gak bisa jadi orang/dukun sakti! mungkin aku belum berhasil yg bener2 berhasil)
Tapi gak akan kuatir ttg apapun yg ada
(sukma-sejati yg ngarahin duluan).
Rasa sakit? masih juga punya.
Mati? ini yg jadi pertanyaan berikut... cxixixixi katanya sih aku gak akan mati!
(ini yg membuat aku ragu! kayak rahwana saja.. padahal hanuman bisa mati meskipun usianya hampir 500th.)

- n1 -
 
sekalian nyelamatin!
Hari agung "Nyepi" (kebetulan pas hari ini) kepada semua umat hindu-bali khususnya. Dengan harapan bebas dari kegiatan narkoba. Maklum turis LN banyak yg datang.
(tapi kalo dibakar buat makanan ogok-ogok sih silahkan saja)

- n1 -
 
Back
Top