TV Satelit: Alternatif Solusi Sinetron yang membosankan

raafi07

New member
Beberapa tahun silam ketika ibu Megawati menjadi presiden RI, beliau pernah memberikan pernyataan yang cukup kontroversial tentang persinetronan Indonesia; ?sinetron kita hanya menjual mimpi?. Tentunya, banyak pihak (terutama yang memiliki keterikatan dengan rumah produksi yang memproduksi sinetron) beraksi keras terhadap pernyataan ibu Megawati tersebut.

Saya tidak memperdebatkan tentang sinetron kita yang walaupun pada kenyataannya lebih mengkonsumsi hal-hal materialistik dari pada segi pendidikan dan perkembangan psikologi penontonnya (tapi tentunya ada beberapa tayangan sinetron yang tidak demikian, biar tidak diprotes oleh pihak rumah produksi? he he he). Yang ingin saya jadikan topik pembicaraan adalah dominasi penayangan sinetron di setiap station tv. Ya?, tiap hari kita melihat dua tayangan utama; yaitu tanyangan sinetron dan tayangan berita (dengan kapasitas yang cuma 20% atau bahkan kurang). Padahal anak-anak kita sangat membutuhkan tayangan tv yang dapat dijadikan sarana pendidikan.

Walaupun memang, tidak bisa dipungkiri bahwa: 1) sebagian masyarakat kita masih belum mengerti dan memahami tentang pentingnya pendidikan melalui media tv, 2) masyarakat Indonesia lebih menyukai tayangan-tayangan yang lebih menghibur (ya mungkin karena, seringnya publikasi tayangan politik yang penuh dengan rekayasa dan kekerasan) sehingga tayangan sinetron mendapat rank yang tinggi sebagai tayangan favorit masyarakat, dan 3) tayangan sinetron memberikan kontribusi yang tinggi terhadap finansial (keuangan) perusahaan (stasiun tv). Sehingga keberadaan sinetron (dan penayangannya) kelihatannya sudah menjadi faktor penting dalam dunia pertelevisian kita yang mungkin tidak dapat dihilangkan.

Tapi, haruskah anak-anak Indonesia harus terus selama 12 jam kehidupan mereka hanya mengkonsumsi tayangan sinetron-sinetron yang cendrung glamorus? Jika terus demikian, kita semakin jauh dari langkah-langkah kemajuan dimana bangsa-bangsa negara maju telah menikmati hasil perkembangan teknologi dan kita masih berdebat tentang cara menuju perkembangan teknologi tersebut.

Sebelumnya, saya hanya mengkonsumsi Seputar Indonesia RCTI, Liputan 6 dan Potret SCTV. Selebihnya, lebih baik saya bawa tidur saja. Lalu artinya, saya hanya bisa menikmati kurang dari 2 jam dari sekitar 8 jam waktu saya dirumah (waktu luang). Atau dengan kata lain, jika kasusnya seperti ini siaran tv hanya memberikan kontribusi berharga 0.08%, suatu kontribusi yang sangat kecil dari yang kita harapkan. Padahal, banyak penelitian telah menunjukkan betapa siaran tv memiliki pengaruh yang tinggi terhadap pola kehidupan manusia.
 
Back
Top