Separuh Remaja Australia Menderita 'Penyakit Media Sosial'

spirit

Mod
33bcb320-7603-4c5c-9ce1-1eab39645d28_169.jpg

CNN Indonesia -- Media sosial mungkin menjadi suatu bagian yang kini tak bisa dipisahkan dari keseharian remaja. Tapi, banyak penelitian yang telah membuktikan bahwa media sosial dapat menimbulkan berbagai dampak negatif, salah satunya adalah suatu penyakit yang disebut 'FOMO'.

'FOMO' adalah singkatan dari 'Fear of Missing Out' atau ketakutan ketinggalan informasi. Menurut hasil studi pada 2013, 'FOMO' digambarkan sebagai suatu ketakutan akan tertinggal informasi jika orang lain melakukan aktivitas di media sosial. Penyakit ini juga membuat penderitanya merasa mereka ingin terus mengetahui apa yang dilakukan orang lain di media sosial.

Berdasarkan hasil survei The Stress and Wellbeing di Australia yang dirilis pada 8 November 2015, setidaknya satu dari dua remaja di Australia mengalami stres yang ditimbulkan 'penyakit' ini. Artinya, separuh remaja di Australia menderita penyakit ini.

“Lebih dari separuh remaja Australia, atau sektiar 56 persen adalah pengguna berat media sosial,” kata seorang psikolog, Andrew Fuller, seperti dikutip dari International Business Times.

Terdapat 54 persen remaja yang takut bahwa temannya mendapatkan pengalaman penghargaan di media sosial lebih daripada mereka. Sebanyak 60 persen dilaporkan takut kalau temannya bersenang-senang tanpa mengajak mereka. Ada pula 63 persen remaja yang takut ketinggalan informasi dari teman-temannya.

Data statistik mengatakan lebih dari 53 persen remaja di negeri kangguru ini menghabiskan waktu sekitar 15 menit di media sosial sebelum tidur. Namun, hal ini ternyata menimbulkan dampak negatif lain. 57 persen remaja dilaporkan mengalami sindrom sulit tidur atau beristirahat setelah mereka menghabiskan waktu mereka di media sosial.

“Kalangan muda secara khusus mungkin membutuhkan pengarahan dan pendampingan dalam penggunaan media sosial sehingga nantinya tidak akan memberikan dampak buruk bagi mereka,” himbau Fuller.

Hasil penelitian terbaru ini dapat menjadi suatu 'pengingat' bagi para remaja pengguna media sosial agar bisa lebih bijaksana dalam menggunakan dan menghabiskan waktunya dengan media sosial.


.
 
Back
Top