Welcome Bonus $100 dari ForexChief

Sekilas Mengenai Margin Call

Saat mulai terjun ke dunia trading forex, Anda akan akrab dengan istilah Margin Call. Ada berbagai kisah yang diceritakan oleh banyak trader mengenai "panggilan tidak mesra" ini, tetapi sangat sedikit yang membagikan tips bagaimana cara menghindari penyebab Margin Call. Sebelum berbicara lebih lanjut, sudah tahukah Anda seperti apa Margin Call yang sebenarnya?

Kebanyakan trader salah mengira bahwa Margin Call sama dengan Stop Out, dimana posisi yang sedang dibuka dan mengalami Loss akan secara otomatis ditutup oleh broker karena modal sudah tidak mencukupi. Hal ini tidak sepenuhnya benar, tetapi tidak sepenuhnya salah. Ada broker yang memberikan level Margin Call dan Stop Out-nya pada nilai yang sama, tetapi ada juga broker yang menyediakan batasan berbeda. Kuncinya adalah membaca dengan teliti penawaran broker mengenai Margin Call dan Stop Out.

Contohnya seperti ini:

Jika Anda bertrading pada broker yang memberikan peraturan Margin Call Level 30% dan Stop Out Level 20%, berarti pada saat Margin Call Level (Equity/margin total x 100%) sudah mencapai 30%, maka Anda akan 'diperingatkan' oleh sistem broker untuk menambah dana. Dalam kasus ini, Anda masih bisa terus trading.

Namun apabila Anda mengacuhkan peringatan tersebut dan membiarkan kerugian hingga mengikis modal trading Anda hingga tersisa 20% saja (Stop Out Level), maka barulah posisi trading akan secara otomatis dihentikan. Di sinilah saat posisi trading yang terbuka secara otomatis akan tertutup.


Nah, sekarang Anda tahu apa itu Margin Call yang benar. Margin Call bukanlah hal yang tiba-tiba terjadi, atau yang sering dikatakan oleh para trader awam sebagai "akal-akalan broker untuk menguras modal trading". Melalui perhitungan yang benar serta ketelitian, ada yang bisa dilakukan untuk menghindari penyebab Margin Call. Sebelum mengetahui cara menghindarinya, kita perlu tahu apa saja penyebab Margin Call tersebut.

Penyebab Margin Call Berasal Dari Diri Sendiri

Ada pepatah yang mengatakan, "Jika Anda mengenal musuh dan mengenal diri sendiri, Anda tidak perlu takut akan hasil dari seratus pertempuran. Jika Anda hanya mengenal diri sendiri tanpa mengenal musuh, pada setiap kemenangan yang Anda dapatkan, Anda juga akan mengalami kekalahan."

Dari petikan di atas, dapat disimpulkan bahwa ketidaksadaran terhadap diri sendiri adalah hal yang sangat berbahaya. Dalam trading forex pun demikian, karena kerugian besar yang sampai bisa mendatangkan Margin Call secara umum berasal dari kurangnya kesadaran diri trader terhadap kelemahannya.

Sekarang, tanyakanlah pada diri Anda sendiri: apakah Anda masih sering melakukan dua hal yang menjadi penyebab Margin Call ini?

1. Over Self-Confidence Alias Terlalu Percaya Diri

Self-Confidence (kepercayaan diri) dengan takaran yang benar memang mutlak diperlukan bagi seorang trader. Jika seorang trader tidak punya rasa percaya diri, tentu akan sulit meraih profit. Jangankan meraih profit, jika untuk membuka atau menutup posisi saja tidak memiliki kepercayaan diri, tentu trader tersebut tidak akan bergerak kemana-mana. Akan tetapi, perasaan percaya diri yang berlebihan juga berbahaya.

Anda baru saja mendapatkan profit besar? Selamat. Namun jangan lupa untuk tetap berdisiplin dengan Money Management yang dimiliki. Kecenderungan untuk kembali membuka posisi setelah mendapatkan profit, merupakan aksi berisiko yang tanpa disadari dapat menjadi penyebab Margin Call. Beberapa trader merasa sangat beruntung saat baru saja meraih profit dan merasa pasar sedang berpihak kepadanya, lalu 'mempertaruhkan' modalnya dengan membuka posisi baru yang berukuran lebih besar.

Over Self-Confidence bisa membuat trader menjadi terlalu berani untuk membuka posisi, bahkan di saat analisa yang dilakukannya terkadang tidak sesuai dengan kondisi pasar. Dengan berbekal keyakinan yang terlalu tinggi, biasanya trader yang terkena penyakit ini akan terus main hantam sesuai keyakinan dia, meskipun akibatnya berakhir dengan mengoleksi Floating negatif. Cepat atau lambat, Over Self-Confidence akan menjadi penyebab Margin Call datang menyapa.

2. Overtrading Alias Melakukan Trading Di Luar Kemampuan

Saat penyakit Over Self-Confidence melanda, maka biasanya diikuti dengan penyebab Margin Call berikutnya, yaitu Overtrading. Kalau keyakinan sudah terlalu berlebihan, maka melakukan Open Posisi akan lebih didasari oleh emosi, bukan lagi perhitungan matang. Trader jadi menganggap enteng aktivitas trading yang dia lakukan. Ketika salah meletakkan Stop Loss, bukannya rehat dan mengevaluasi diri, dia justru masuk ke pasar lagi. Jika masih salah juga, dia justru jadi semakin penasaran dan membuka posisi baru, kali ini dengan Volume yang lebih besar.

Pernah melakukan hal seperti ilustrasi di atas? Berarti Anda telah terjangkit penyakit Overtrading. Mungkin Anda pernah mendengar strategi trading dengan metode Martingale, dimana trader terus membuka posisi ketika memperoleh kerugian sampai mendapat keuntungan yang lebih besar. Akan tetapi, cara seperti itu bukanlah hal yang bisa dilakukan oleh trader pemula dengan modal terbatas.

Harus diingat kembali, trading forex bukanlah sebuah perjudian. Saat Anda membuka posisi, pastikan Margin yang Anda miliki kuat untuk menahan risiko kerugiannya. Hal ini terkadang susah untuk dilakukan, karena sifat penasaran manusia memang biasanya menuntut seseorang untuk selalu membuktikan bahwa hasil analisanya benar.



Margin Call (MC) adalah sistem peringatan jika ekuitas akun trading sudah tidak mencukupi nilai margin yang dibutuhkan untuk membuka posisi (margin requirement). Jadi, Margin Call merupakan sebuah fasilitas broker yang memperingatkan trader jika ekuitas akun sedang terancam oleh floating loss dari posisi trading saat ini.

Apabila kerugian posisi tersebut terus bertambah dan nilai ekuitas telah berkurang jauh dari margin requirement, maka broker akan menutup sebagian posisi, sampai margin requirement kembali terpenuhi. Penutupan posisi ini disebut Stop Out. Kebanyakan trader Indonesia salah menempatkan pengertian dari Stop Out dan Margin Call. Padahal sejatinya, MC merupakan fitur penyelamat bagi trader-trader yang hampir kehabisan modal.

 

Analisis Fundamental Dan Following Trend

Q: Oke, kalau sudah memahaminya, bagaimana kita bisa profit dari situ?
A: Ya, kita tinggal mengikuti tren saja. Bahkan jika analisis kita tidak mengonfirmasi bagaimana pasar bergerak, selama kita sudah paham latar belakang dan alasannya, maka kita akan bisa percaya diri dan mengambil profit darinya.

Q: Lho, kalau memang analisis fundamental tinggal mengikuti tren, mengapa tidak mengikuti tren harga (di chart) saja? Tidak perlu susah-susah memahami ekonomi negara dan sejenisnya, bukan?
A: Karena, kita hanya bisa mengikuti tren selama faktor-faktor fundamental menoleransinya. Aktivitas spekulatif cenderung untuk menciptakan bubble, dan rentetan bubble kadang terjadi dengan sangat cepat dan destruktif. Namun, bubble hanya tumbuh di suatu lingkungan yang layak dan peluang profit yang masuk akal. Tak ada salahnya berpartisipasi. Nah, dengan analisis fundamental, kita akan mampu menghindari dampak buruk spekulasi.

Q: OK, berarti, analisis fundamental itu berguna untuk mendayagunakan tren jangka panjang yang didefinisikan lewat gambaran besar? Betul begitu?
A: Betul. Bahkan tanpa perlu adanya alasan fundamental yang rinci, seseorang dapat dengan mudah menghindari bubble begitu pergerakan harga memberitahukan gejala-gejalanya.

Langkah Meraih Profit Dengan Analisis Fundamental

Q: Lantas bagaimana cara membangun gambaran besar itu?
A: Pertama, kita bisa mulai dengan mengamati suku bunga suatu negara. Observasilah kesehatan ekonomi negara tersebut, apakah suku bunga itu telah sesuai atau akan ada penyesuaian baru. Kemudian, hubungkan dengan skala global dan tentu saja iklim politiknya juga. Ini masih langkah awal dalam menyusun analisis fundamental. Selanjutnya, kita masih perlu mengamati data-data ekonomi suatu negara yang memang tampaknya tidak akan secara langsung memengaruhi forex, tetapi cukup krusial untuk menilai optimisme ekonomi negara tersebut.

Q: Baik. Jadi, bagaimana kita harus memutuskan Buy atau Sell dengan menggunakan analisis fundamental?
A: Nah, ini langkah berikutnya. Untuk memutuskan mata uang mana yang perlu di-buy atau sell, kita perlu menguji kesehatan fundamental ekonomi suatu negara dengan mempertimbangkan indikator-indikator ekonomi yang rutin dirilis. Kemudian, kita evaluasi perilaku data-data tersebut dan menghubungkannya dengan aktivitas pasar forex saat data semacam itu dirilis.

Intinya sih, kita harus bisa menentukan "aktor" mana yang kekuatannya paling besar di pasar. Kemudian apakah data-data yang ada, mendukung kebijakan moneter yang sedang diterapkan. Jika sudah memahaminya, maka kita akan bisa menilai apakah ekonomi negara tersebut sedang sehat atau tidak. Jika ya, maka kita bisa buy mata uang negara itu. Apabila sebaliknya, kita bisa sell. Lantas jika kebijakan ekonomi suatu negara sedang tidak masuk akal, tetapi pasar mendukungnya, maka sebaiknya kita tidak trading sama sekali. Terlalu tak pasti.

Q: Bisa tidak ya saya mengabaikan opini pasar sama sekali, dan hanya berpatok pada analisis fundamental saya?
A: Tentu bisa. Tetapi sebaiknya, kita sudah memahami apa yang menyebabkan bubble dan apa yang menyebabkan pasar mengambil suatu perilaku. Tunggu sampai opini pasar terbukti akan salah, baru kemudian kita masuk dalam perdagangan. Analisis fundamental selalu benar jika kita memahaminya dan jika kita mau bersabar untuk menunggu sedikit lebih lama, karena kita harus mempertimbangkan data-data ekonomi penting suatu negara. Jika semua langkah di atas bisa diterapkan, bukan tak mungkin kita akan meraih profit trading forex dengan analisis fundamental.

Sumber : seputarforex.com

 

Resiko Versus Perolehan

Dalam trading resiko versus perolehan lazim disebut dengan risk/reward ratio. Trader yang selalu menerapkan risk/reward ratio positif, rata-rata profit-nya akan lebih besar dari rata-rata loss-nya. iklan iklan Dari hasil riset pada karakter para trader sukses bisa diketahui adanya beberapa kesalahan umum yang dilakukan oleh mereka yang sering mengalami kerugian. Riset tersebut juga menunjukkan hasil trading para trader sukses tersebut cenderung konsisten dengan profit yang meningkat dari waktu ke waktu. Salah satu dari ciri trader sukses tersebut adalah menentukan resiko yang lebih kecil dari perolehan yang mereka harapkan.

Seperti diketahui dengan adanya sebuah peluang trading (opportunity) maka akan diikuti juga dengan ancaman (threat). Ancaman tersebut adalah resiko, dalam kaitannya dengan trading berarti kemungkinan untuk mengalami loss. Jika Anda melihat sebuah peluang yang akan menghasilkan perolehan yang lebih besar dari resiko yang mungkin timbul maka Anda telah menemukan sebuah trade dengan resiko versus perolehan yang bagus. Dalam trading resiko versus perolehan lazim disebut dengan risk/reward ratio, atau perbandingan antara keduanya.

Ciri pertama para trader sukses adalah berusaha menemukan peluang trading yang menghasilkan risk/reward ratio positif sehingga jika perkiraan mereka ternyata salah resiko atau kerugian yang dialami tidak besar. Sebaliknya jika perkiraan mereka ternyata benar maka mereka akan memperoleh profit yang cukup besar. Trader yang selalu menerapkan risk/reward ratio positif, atau lebih besar dari 1:1, maka rata-rata profit-nya akan lebih besar dari rata-rata loss yang dialami, dan dalam jangka panjang akan menghasilkan profit yang konsisten.

Resiko dan perolehan pada software trading atau robot
Akhir-akhir ini banyak beredar software ataupun robot yang menawarkan berbagai strategi trading. Dalam hal ini, Anda trading dengan software yang telah diprogram dengan suatu strategi trading tertentu. Cara yang paling mudah dan realistis adalah dengan melakukan test mundur atau back-test hingga beberapa bulan kebelakang (biasanya 6 bulan) untuk mengetahui risk/reward ratio yang dihasilkannya.

Selain itu karena Anda tidak tahu pasti kebenaran strategi trading dalam software tersebut, maka bisa diuji-cobakan masing-masing pada kondisi pasar yang trending dan yang ranging (sideways). Dari hasil pengujian tersebut, baik backtest maupun terhadap kondisi pasar, akan diperoleh rata-rata trade yang profit (average winning trade) dan rata-rata trade yang loss (average losing trade).

Berikut ini contoh 2 software trading dengan 2 strategi yang berbeda yang telah diuji-coba selama 6 bulan pada kondisi pasar yang sedang trending dengan kuat, dengan waktu pengujian yang berbeda-beda untuk setiap pasangan mata uang. Yang pertama dengan rata-rata trade yang profit lebih besar, dan yang kedua dengan rata-rata trade yang loss lebih besar. (Sumber: FXCM’s Mirror Trader Platform. APT = Average Profitable Trade, ALT = Average Losing Trade).

resiko-versus-perolehan-177542-1.PNG


resiko-versus-perolehan-177542-2.PNG

Dari hasil test tersebut bisa disimpulkan bahwa software yang pertama lebih “trend follower” dibandingkan software ke 2. Semisal Anda trading pasangan CHF/JPY dan kondisi pasar sedang trending maka Anda bisa menggunakan software yang pertama dimana ratio trade yang profit dibandingkan dengan trade yang loss adalah 138.24/51.59 = 2.68, sedang pada software ke 2 ratio-nya hanya 119.45/126.76 = 0.94.

Sumber : seputarforex.com

 
Resiko Leverage Tinggi Dalam Trading Forex


Konsep leverage memang sangat menguntungkan dalam trading forex, tapi juga bisa berbahaya jika Anda kurang berhati-hati dalam menggunakannya, terutama bila Anda menggunakan leverage yang sangat tinggi (over-leverage). Leverage yang tinggi akan menyebabkan margin minimum atau jaminan minimum yang dibayarkan setiap kali transaksi makin sedikit. Disadari atau tidak, resiko leverage sering menyerang pemula yang bercita-cita ingin cepat kaya dari trading.

Leverage tinggi pada dasarnya menguntungkan, karena nilai margin minimum yang Anda bayarkan setiap transaksi semakin sedikit. Contohnya, jika Anda ingin membuka posisi 1 lot pada pasangan EUR/USD dengan leverage 1:1000. Anda hanya membutuhkan Margin sebesar 100 USD. Menarik bukan?

Yah inilah trading forex dengan segala kemudahan yang teknologi pendukungnya saat ini. Banyak broker forex memberikan fasilitas seperti minimal deposit yang sangat kecil ditambah dengan leverage tinggi. Hal ini tentu saja sangat menarik bagi para pemula bermodal kecil. Dengan modal 10 USD dan leverage 1:1000, mereka sudah bisa transaksi forex dengan ukuran besar. Bahkan saat ini, ada broker yang menyediakan leverage hingga 1:3000.

Resiko Leverage Berhubungan Dengan Emosi

Trading Leverage tinggi memang menggiurkan, tapi juga bisa menjerumuskan trader karena berdampak buruk bagi emosi trading. Dengan menggunakan leverage yang kelewat tinggi, trader pemula mudah meremehkan resiko karena "merasa" didukung dengan modal besar untuk membuka banyak posisi. Padahal, semakin besar Volume dan semakin banyak posisi trading, jelas semakin tinggi resiko kerugian yang ditanggung. Inilah yang disebut dengan risiko leverage tinggi.

Secara psikologis, semakin tinggi leverage, maka Anda akan semakin berani dalam membuka posisi trading. Hal ini disebabkan karena nilai Margin minimum yang Anda pinjam dari broker semakin sedikit. Jika Anda melihat tabel di bawah, hanya dengan modal 10,000 USD saja, Anda sudah bisa trading dengan ratusan bahkan ribuan lot. Mencengangkan bukan? Itulah kekuatan leverage.

Resiko Leverage Tinggi Lainnya

Resiko leverage tinggi lainnya adalah pada saat Anda terkena Margin Call. Margin Call adalah suatu sistem peringatan dari broker yang muncul saat ekuitas saldo nilainya sama dengan Margin yang digunakan. Lalu apa hubungannya leverage tinggi dengan Margin yang digunakan?

Mari kita contohkan bagaimana perhitungannya. Pada contoh kasus ini, akan digunakan contoh seorang trader yang tidak memasang Stop Loss dan hanya menggunakan Margin Call sebagai pengaman. Trader ini menggunakan broker yang level Margin Call dan Stop Out-nya 100%. Contoh akan diambilkan dari kasus Budi dan Ani tadi.

Budi dengan modalnya 3,000 USD dan leverage 1:500 membutuhkan Margin 200 USD untuk membuka posisi sebesar 1 lot pada pasangan EUR/USD. Jika Budi mengalami Stop Out, semua posisinya akan ditutup saat nilai ekuitasnya sama dengan Margin yang digunakan. Karena Budi menggunakan Margin sebanyak 200 USD, maka posisi Budi tersebut akan ditutup saat akun Budi hanya menyisakan dana sebanyak 200 USD.
Memiliki jumlah modal yang sama dengan Budi, Ani memilih untuk menggunakan leverage sebesar 1:3000. Ani tidak tahu akan risiko leverage tinggi, dia trading dengan membuka posisi 1 lot pada pasangan EUR/USD. Untuk membuka posisi ini, Ani hanya membutuhkan margin sebesar 33 USD. Namun karena masih pemula, analisanya berbalik arah. Mengingat broker yang dipilih menetapkan level Stop Out di 100%, maka seluruh posisi Ani akan ditutup saat akunnya hanya menyisakan dana sebesar 33 USD.


Sekarang, semua terserah Anda, ingin menjadi Ani yang memilih leverage setinggi-tingginya, atau menjadi Budi?


 
Resiko Leverage Tinggi Dalam Trading Forex


Konsep leverage memang sangat menguntungkan dalam trading forex, tapi juga bisa berbahaya jika Anda kurang berhati-hati dalam menggunakannya, terutama bila Anda menggunakan leverage yang sangat tinggi (over-leverage). Leverage yang tinggi akan menyebabkan margin minimum atau jaminan minimum yang dibayarkan setiap kali transaksi makin sedikit. Disadari atau tidak, resiko leverage sering menyerang pemula yang bercita-cita ingin cepat kaya dari trading.

Leverage tinggi pada dasarnya menguntungkan, karena nilai margin minimum yang Anda bayarkan setiap transaksi semakin sedikit. Contohnya, jika Anda ingin membuka posisi 1 lot pada pasangan EUR/USD dengan leverage 1:1000. Anda hanya membutuhkan Margin sebesar 100 USD. Menarik bukan?

Yah inilah trading forex dengan segala kemudahan yang teknologi pendukungnya saat ini. Banyak broker forex memberikan fasilitas seperti minimal deposit yang sangat kecil ditambah dengan leverage tinggi. Hal ini tentu saja sangat menarik bagi para pemula bermodal kecil. Dengan modal 10 USD dan leverage 1:1000, mereka sudah bisa transaksi forex dengan ukuran besar. Bahkan saat ini, ada broker yang menyediakan leverage hingga 1:3000.

Resiko Leverage Berhubungan Dengan Emosi

Trading Leverage tinggi memang menggiurkan, tapi juga bisa menjerumuskan trader karena berdampak buruk bagi emosi trading. Dengan menggunakan leverage yang kelewat tinggi, trader pemula mudah meremehkan resiko karena "merasa" didukung dengan modal besar untuk membuka banyak posisi. Padahal, semakin besar Volume dan semakin banyak posisi trading, jelas semakin tinggi resiko kerugian yang ditanggung. Inilah yang disebut dengan risiko leverage tinggi.

Secara psikologis, semakin tinggi leverage, maka Anda akan semakin berani dalam membuka posisi trading. Hal ini disebabkan karena nilai Margin minimum yang Anda pinjam dari broker semakin sedikit. Jika Anda melihat tabel di bawah, hanya dengan modal 10,000 USD saja, Anda sudah bisa trading dengan ratusan bahkan ribuan lot. Mencengangkan bukan? Itulah kekuatan leverage.

Resiko Leverage Tinggi Lainnya

Resiko leverage tinggi lainnya adalah pada saat Anda terkena Margin Call. Margin Call adalah suatu sistem peringatan dari broker yang muncul saat ekuitas saldo nilainya sama dengan Margin yang digunakan. Lalu apa hubungannya leverage tinggi dengan Margin yang digunakan?

Mari kita contohkan bagaimana perhitungannya. Pada contoh kasus ini, akan digunakan contoh seorang trader yang tidak memasang Stop Loss dan hanya menggunakan Margin Call sebagai pengaman. Trader ini menggunakan broker yang level Margin Call dan Stop Out-nya 100%. Contoh akan diambilkan dari kasus Budi dan Ani tadi.

Budi dengan modalnya 3,000 USD dan leverage 1:500 membutuhkan Margin 200 USD untuk membuka posisi sebesar 1 lot pada pasangan EUR/USD. Jika Budi mengalami Stop Out, semua posisinya akan ditutup saat nilai ekuitasnya sama dengan Margin yang digunakan. Karena Budi menggunakan Margin sebanyak 200 USD, maka posisi Budi tersebut akan ditutup saat akun Budi hanya menyisakan dana sebanyak 200 USD.
Memiliki jumlah modal yang sama dengan Budi, Ani memilih untuk menggunakan leverage sebesar 1:3000. Ani tidak tahu akan risiko leverage tinggi, dia trading dengan membuka posisi 1 lot pada pasangan EUR/USD. Untuk membuka posisi ini, Ani hanya membutuhkan margin sebesar 33 USD. Namun karena masih pemula, analisanya berbalik arah. Mengingat broker yang dipilih menetapkan level Stop Out di 100%, maka seluruh posisi Ani akan ditutup saat akunnya hanya menyisakan dana sebesar 33 USD.


Sekarang, semua terserah Anda, ingin menjadi Ani yang memilih leverage setinggi-tingginya, atau menjadi Budi?



Dalam pengertiannya secara harfiah, leverage adalah sebuah fitur yang memungkinkan strategi investasi dengan menggunakan uang pinjaman. Tujuannya adalah untuk mendapatkan potensi keuntungan yang lebih besar. Kalau Anda pernah mendengar istilah perusahaan dengan leverage besar, hal itu berarti perusahaan tersebut memiliki jumlah hutang yang lebih banyak daripada ekuitasnya.

Sebaiknya, jangan memilih macam leverage yang terlalu rendah seperti 1:1 karena modal yang dibutuhkan sudah pasti sangat besar. Namun leverage yang kelewat tinggi seperti 1:1000 dan 1:3000 juga akan sangat berbahaya bila tidak digunakan dengan benar. Memilih leverage forex tinggi mengandung risiko lebih besar ketimbang leverage kecil. Ini karena penggunaan lot yang melebihi rasio kekuatan normal modal berpotensi mengaburkan pertimbangan objektif saat mengambil keputusan trading.

 

Klien yang Terhormat,

Kami segenap team ForexChief mengucapkan turut berbelasungkawa atas merebaknya virus Corona (Covid-19).

RBqeYTB0OitNjE4bV9txFrrOcI7V3DicMSxxiTV5Ww1OH9kloDTscRl4hSgItKV2cS3alkd2FOx2zAbNIkzl2IbhvQH-fXMwyt8DvW_yvkNcnAwy=s0-d-e1-ft

Dalam situasi ini, team ForexChief Indonesia tetap melayani klien seperti biasa setiap hari mulai pukul 08:00 WIB - 02:00 WIB. Hal ini juga berlaku untuk pelayanan Deposit dan Withdraw via Lokal Bank Indonesia.

Kami berharap bencana virus ini segera berakhir sehingga kita bisa beraktifitas seperti biasa. Jaga diri dan orang yang anda cintai dengan mengikuti anjuran yang diinstruksikan oleh pemerintah.

Hormat kami,
ForexChief


 

Menumpas Mitos Trading Dengan Margin

Kebanyakan trader forex pemula tidak sungguh-sungguh memahami bagaimana trading dengan margin dilakukan. Bagi mereka, margin hanyalah suatu cara agar bisa bertrading dengan ukuran posisi lebih besar. Namun, sebenarnya banyak kesalahpahaman tentang trading dengan margin yang bisa menghalangi Anda memanfaatkan margin ini secara efektif.

menumpas-mitos-trading-dengan-margin-236687-1.jpg


Margin merepresentasikan uang yang dipinjam. Ada mitos yang bersumber dari kesalahpahaman tentang bagaimana margin digunakan dalam trading forex. Margin di forex sebenarnya dikenal juga sebagai "jaminan performa" karena itu merepresentasikan jumlah uang yang Anda butuhkan untuk memastikan kerugian Anda bisa ditutup. Untuk mengilustrasikannya, mari umpamakan Anda ingin membuka posisi senilai 150,000 Dolar AS. Karena persyaratan margin-nya adalah 2%, maka Anda diminta untuk mendepositokan 3,000 Dolar AS di akun trading Anda. Jumlah ini dimaksudkan untuk menutup kerugian apapun yang mungkin terjadi saat Anda bertrading.

Bagaimana dengan $147,000? bukankah itu uang yang dipinjam dari broker? Tidak, karena ketika Anda bertrading forex, Anda tidak sungguh-sungguh membeli atau menjual mata uang, melainkan hanya perjanjian untuk melakukan itu. Dengan demikian, tidak ada perlunya meminjam uang sungguhan.

Anda hanya bisa menutup persyaratan margin dengan uang tunai (cash). Anda juga bisa membuka posisi baru yang bisa menghasilkan profit guna meningkatkan margin Anda. Inilah sebabnya mengapa jumlah kapital dalam akun trading Anda yang dikenal sebagai ekuitas (equity), dikalkulasikan sebagai jumlah cash plus profit dari posisi trading yang masih terbuka dikurangi kerugian dari posisi terbuka yang rugi. Ini artinya, ekuitas Anda terus berfluktuasi seiring perubahan nilai mata uang di pasar.

Namun demikian, ini juga bisa bermanfaat bagi Anda karena, jika tidak melakukan margin call, broker bisa hanya menutup beberapa posisi trading Anda yang sedang rugi hingga ekuitas memenuhi persyaratan margin lagi.

Trading forex sangat riskan karena tingginya leverage yang digunakan. Namun meski memang ada sejumlah risiko tertentu yang berkaitan dengan trading mata uang, risiko itu tidak sebesar anggapan umum. Alasannya adalah karena regulator sudah membatasi rasio leverage yang boleh ditawarkan, seperti di AS. Sebelum tahun 2010, para trader bisa menikmati rasio leverage hingga 1:400, artinya dengan hanya 100 Dolar AS dalam akun trading, mereka bisa membuka posisi senilai hingga 40,000 Dolar AS. Tetapi akhir-akhir ini regulator AS membatasi rasio leverage hingga 1:50 saja bahkan untuk broker yang berbasis diluar negeri tersebut. Pembatasan ini telah membatasi risiko dalam trading forex secara signifikan.

Sumber : seputarforex.com

 
Agar bisa trading selaras dengan pasar Anda harus mengetahui kenyataan yang tidak bisa Anda hindari, yaitu:

1. Anda akan mengalami kerugian

Tidak peduli strategi atau sistem trading apa yang digunakan atau besar kecilnya account, kerugian adalah bagian dari trading. Jika ingin sukses dalam trading, maka Anda harus mengetahui kenyataan bahwa frekuensi winning trade yang besar tidaklah menjamin hasil akhir bisa profit.

Adalah sangat wajar bagi trader untuk berharap selalu benar dalam memprediksi arah pergerakan harga pasar hingga bisa mendapatkan profit. Namun, benar atau salahnya prediksi arah pergerakan pasar tidak berhubungan langsung dengan kesuksesan seseorang dalam trading forex pada jangka panjang. Yang langsung berhubungan dengan profit Anda dalam jangka panjang adalah faktor risk/reward ratio yang Anda gunakan pada setiap kali entry. Jika angka ratio-nya berubah-ubah, hasilnya juga akan berubah-ubah. Untuk memperoleh hasil akhir yang profitable, risk/reward ratio biasanya ditetapkan lebih besar dari 1, bisa 1.5, 2 atau bahkan 3.

Jika Anda takut mengalami kerugian dan sering memindahkan level stop loss, atau menutup posisi Anda sebelum waktunya tanpa alasan yang jelas maka Anda telah mengurangi persentasi profit (win rate) Anda dan membuat sistem trading yang Anda gunakan kurang efektif.

2. Anda tidak tahu pasti trade mana yang akan profit dan mana yang akan loss

Jika Anda mempunyai sistem trading yang telah teruji dengan persentasi profit 70% selama periode waktu setahun, Anda tidak akan tahu trade mana yang akan profit dan mana yang akan loss, namun Anda bisa berharap bahwa dengan menggunakan sistem tersebut secara disiplin maka dalam waktu setahun Anda akan memperoleh profit setelah sekian kali trade. Perlu selalu diingat bahwa hasil trade sebelumnya tidak ada hubungannya dengan trade yang akan Anda lakukan.

Setiap posisi yang Anda buka adalah independen karena pasar tidak bergerak dengan aturan tertentu dan tidak bisa dikendalikan. Jika Anda bisa disiplin dan selalu mengontrol diri Anda untuk trading sesuai dengan sistem trading yang telah Anda uji, maka pasar akan memberikan sinyal trading dengan probabilitas tinggi. Dalam hal ini Anda seharusnya membuka posisi hanya jika sinyal telah muncul, dan menghindari over trading.

3. Pasar selalu bergerak tanpa aturan dan tidak bisa dilawan

Tak peduli Anda akan tetap bertahan melawan aliran pergerakan harga pasar atau mengikuti arah pergerakannya, pasar akan tetap terus bergerak dengan membawa Anda serta. Kenapa trader mencoba menahan arah aliran pergerakan pasar? Mereka melakukan itu karena mereka cenderung bermain secara psikologi dengan pasar. Permainan yang paling umum adalah Anda merasa bisa mengendalikan aliran pergerakan pasar walaupun sebenarnya tidak pernah bisa. Anda tidak menyadari bahwa Anda sedang bersusah payah melawan pergerakan harga pasar. Sebaliknya, Anda berusaha untuk terus menerus menemukan cara agar bisa melawan pasar.

Aliran pergerakan harga pasar jauh lebih besar dari yang Anda perkirakan. Jika Anda mencoba melawan pasar, pasar akan tampak melawan balik Anda, tetapi pasar bukanlah masalah utamanya. Masalah utamanya adalah bagaimana Anda menyikapi aliran pergerakan harga pasar tersebut dengan trading secara disiplin sesuai dengan strategi dan sistem yang telah teruji.

Dengan memahami karakteristik pasar forex dan kenyataan tersebut ditas, Anda akan bisa trading selaras dengan pergerakan pasar.

Baca selengkapnya di: SeputarForex

 
Agar bisa trading selaras dengan pasar Anda harus mengetahui kenyataan yang tidak bisa Anda hindari, yaitu:

1. Anda akan mengalami kerugian

Tidak peduli strategi atau sistem trading apa yang digunakan atau besar kecilnya account, kerugian adalah bagian dari trading. Jika ingin sukses dalam trading, maka Anda harus mengetahui kenyataan bahwa frekuensi winning trade yang besar tidaklah menjamin hasil akhir bisa profit.

Adalah sangat wajar bagi trader untuk berharap selalu benar dalam memprediksi arah pergerakan harga pasar hingga bisa mendapatkan profit. Namun, benar atau salahnya prediksi arah pergerakan pasar tidak berhubungan langsung dengan kesuksesan seseorang dalam trading forex pada jangka panjang. Yang langsung berhubungan dengan profit Anda dalam jangka panjang adalah faktor risk/reward ratio yang Anda gunakan pada setiap kali entry. Jika angka ratio-nya berubah-ubah, hasilnya juga akan berubah-ubah. Untuk memperoleh hasil akhir yang profitable, risk/reward ratio biasanya ditetapkan lebih besar dari 1, bisa 1.5, 2 atau bahkan 3.

Jika Anda takut mengalami kerugian dan sering memindahkan level stop loss, atau menutup posisi Anda sebelum waktunya tanpa alasan yang jelas maka Anda telah mengurangi persentasi profit (win rate) Anda dan membuat sistem trading yang Anda gunakan kurang efektif.

2. Anda tidak tahu pasti trade mana yang akan profit dan mana yang akan loss

Jika Anda mempunyai sistem trading yang telah teruji dengan persentasi profit 70% selama periode waktu setahun, Anda tidak akan tahu trade mana yang akan profit dan mana yang akan loss, namun Anda bisa berharap bahwa dengan menggunakan sistem tersebut secara disiplin maka dalam waktu setahun Anda akan memperoleh profit setelah sekian kali trade. Perlu selalu diingat bahwa hasil trade sebelumnya tidak ada hubungannya dengan trade yang akan Anda lakukan.

Setiap posisi yang Anda buka adalah independen karena pasar tidak bergerak dengan aturan tertentu dan tidak bisa dikendalikan. Jika Anda bisa disiplin dan selalu mengontrol diri Anda untuk trading sesuai dengan sistem trading yang telah Anda uji, maka pasar akan memberikan sinyal trading dengan probabilitas tinggi. Dalam hal ini Anda seharusnya membuka posisi hanya jika sinyal telah muncul, dan menghindari over trading.

3. Pasar selalu bergerak tanpa aturan dan tidak bisa dilawan

Tak peduli Anda akan tetap bertahan melawan aliran pergerakan harga pasar atau mengikuti arah pergerakannya, pasar akan tetap terus bergerak dengan membawa Anda serta. Kenapa trader mencoba menahan arah aliran pergerakan pasar? Mereka melakukan itu karena mereka cenderung bermain secara psikologi dengan pasar. Permainan yang paling umum adalah Anda merasa bisa mengendalikan aliran pergerakan pasar walaupun sebenarnya tidak pernah bisa. Anda tidak menyadari bahwa Anda sedang bersusah payah melawan pergerakan harga pasar. Sebaliknya, Anda berusaha untuk terus menerus menemukan cara agar bisa melawan pasar.

Aliran pergerakan harga pasar jauh lebih besar dari yang Anda perkirakan. Jika Anda mencoba melawan pasar, pasar akan tampak melawan balik Anda, tetapi pasar bukanlah masalah utamanya. Masalah utamanya adalah bagaimana Anda menyikapi aliran pergerakan harga pasar tersebut dengan trading secara disiplin sesuai dengan strategi dan sistem yang telah teruji.

Dengan memahami karakteristik pasar forex dan kenyataan tersebut ditas, Anda akan bisa trading selaras dengan pergerakan pasar.

Baca selengkapnya di: SeputarForex


Suatu kenyataan penting dalam trading forex adalah kita tidak bisa mengharapkan hasil yang pasti dari setiap trade yang kita lakukan. Ini sering tidak disadari trader. Meski terasa agak janggal tetapi begitulah kenyataannya. Meski Anda menggunakan strategi trading dengan angka persentasi profit atau win rate tertentu, tetapi Anda tetap saja tidak bisa memastikan apakah hasil trading Anda bakal profit atau loss.

 

Kiat Belajar Trading Tanpa Akun Demo

Ibarat belajar sepeda, bisakah orang belajar langsung dengan sepeda roda dua tanpa mencoba roda bantu? Bisa, kan? Begitupula dengan belajar trading tanpa akun demo. Belajar trading tanpa akun demo lebih dulu? Terdengar nekat memang. Bahkan mungkin, jika Anda menyampaikan pemikiran Anda untuk melewati tahapan akun demo ini pada rekan trader senior, bisa jadi Anda bakal mendapat larangan keras.

kiat-belajar-trading-tanpa-akun-demo-273039-2131.jpg


Jika belajar forex diumpamakan seperti belajar bersepeda, maka akun demo adalah sepeda dengan roda bantu, sedangkan akun live adalah sepeda roda dua. Bisakah seseorang belajar bersepeda langsung menggunakan sepeda roda dua tanpa menjalani masa bersepeda dengan roda bantu? Jawabnya, bisa saja, bukan? Begitupula dengan belajar trading tanpa akun demo, masih mungkin dilakukan meski banyak yang tidak menyarankan.

Mengapa Orang Tak Suka Menggunakan Akun Demo?
  1. Pilihan seseorang untuk belajar trading tanpa akun demo lebih dulu adalah hal yang relatif personal, tapi cukup masuk akal. Alasannya antara lain: Akun demo dianggap sebagai strategi marketing broker forex belaka. Tujuan broker forex menyediakan akun demo adalah agar orang-orang bisa belajar trading lalu tertarik mencobanya di akun live, apalagi jika di akun demo sering profit. Sehingga orang akan berpikir,"Oh, 'segampang' ini ternyata," kemudian mereka pun mendaftar. Akun demo memang berfungsi sebagai simulasi trading; Dan menurut sebagian orang, broker forex sengaja merancangnya agar lebih mudah menghasilkan profit, sehingga menyenangkan psikis seseorang. Namun, begitu terjun dengan akun live, kenyataannya tak semudah di akun demo.
  2. Akun demo dianggap hanya membuat orang bisa trading, namun tidak membentuk mental trading yang sesungguhnya, karena bertrading di akun demo lebih mudah dan tidak ada risiko, dalam arti tidak ada uang sungguhan yang hilang apabila loss. Fokus trader di akun demo cenderung hanya pada profit dan loss, namun tidak memiliki kesempatan untuk belajar mengatur emosi.
  3. Modal trading di akun demo lebih besar daripada yang biasanya dipergunakan dalam live trading. Hal ini dianggap tidak realistis sehingga akan menyusahkan seseorang dalam money management di kemudian harinya saat ia sudah menggunakan live account.
  4. Profit di akun demo tidak dapat dicairkan, sehingga sifatnya hanya untuk main-main saja.
Sumber : seputarforex.com

 
Profit Taking

Istilah Profit Taking telah banyak dikenal. Saat membaca berita ekonomi pun, mungkin Anda sering mendengar kalimat semacam "Investor melakukan aksi Profit Taking", "Rupiah Melemah Akibat Aksi Profit Taking", dan semacamnya. Bagi yang belum terlalu lama berkecimpung di ranah trading, tentu bertanya-tanya, apa itu Profit Taking? Bisakah kita melakukan Profit Taking forex?

"Sesuai dengan arti katanya, profit berarti keuntungan dan taking artinya mengambil. Jadi secara harfiah, Profit Taking adalah sebuah aksi mengambil keuntungan. Sedangkan dalam konteks trading, definisi Profit Taking merupakan tindakan mengambil untung dalam jangka pendek dengan memanfaatkan situasi tertentu."

Profit Taking biasa dilakukan oleh trader jika ada data atau informasi penggerak pasar yang akan, sedang atau sudah dirilis. Dengan melakukan Profit Taking, trader mengharapkan keuntungan yang lebih dari keadaan pada umumnya. Selain untuk mengambil keuntungan, Profit Taking juga bisa dilakukan untuk mengunci keuntungan trading forex yang dimiliki.

Profit Taking sebenarnya adalah istilah trading saham, yang digunakan untuk menjelaskan aksi sell para investor untuk mengunci keuntungan. Namun karena dalam forex, posisi trading bisa lebih mudah dilakukan secara dua arah, maka Profit Taking forex bisa berarti melakukan aksi sell untuk menutup posisi buy, atau menutup order sell dengan aksi buy.

Mendengar kata keuntungan yang tersemat pada Profit Taking, tentu semua jadi ingin melakukannya bukan? Sebagai seorang trader, Anda juga bisa melakukan Profit Taking Forex jika keadaan memungkinkan. Tetapi perlu diingat juga bahwa Profit Taking pun tetap membutuhkan kecermatan serta kehati-hatian. Sebelum terburu-buru melakukan Profit Taking forex, mari kita pelajari dulu kapan waktu yang tepat untuk melakukannya.

 
Sekilas Mengenai Margin Call

Saat mulai terjun ke dunia trading forex, Anda akan akrab dengan istilah Margin Call. Ada berbagai kisah yang diceritakan oleh banyak trader mengenai "panggilan tidak mesra" ini, tetapi sangat sedikit yang membagikan tips bagaimana cara menghindari penyebab Margin Call. Sebelum berbicara lebih lanjut, sudah tahukah Anda seperti apa Margin Call yang sebenarnya?

Kebanyakan trader salah mengira bahwa Margin Call sama dengan Stop Out, dimana posisi yang sedang dibuka dan mengalami Loss akan secara otomatis ditutup oleh broker karena modal sudah tidak mencukupi. Hal ini tidak sepenuhnya benar, tetapi tidak sepenuhnya salah. Ada broker yang memberikan level Margin Call dan Stop Out-nya pada nilai yang sama, tetapi ada juga broker yang menyediakan batasan berbeda. Kuncinya adalah membaca dengan teliti penawaran broker mengenai Margin Call dan Stop Out.

Contohnya seperti ini:

Jika Anda bertrading pada broker yang memberikan peraturan Margin Call Level 30% dan Stop Out Level 20%, berarti pada saat Margin Call Level (Equity/margin total x 100%) sudah mencapai 30%, maka Anda akan 'diperingatkan' oleh sistem broker untuk menambah dana. Dalam kasus ini, Anda masih bisa terus trading.

Namun apabila Anda mengacuhkan peringatan tersebut dan membiarkan kerugian hingga mengikis modal trading Anda hingga tersisa 20% saja (Stop Out Level), maka barulah posisi trading akan secara otomatis dihentikan. Di sinilah saat posisi trading yang terbuka secara otomatis akan tertutup.


Nah, sekarang Anda tahu apa itu Margin Call yang benar. Margin Call bukanlah hal yang tiba-tiba terjadi, atau yang sering dikatakan oleh para trader awam sebagai "akal-akalan broker untuk menguras modal trading". Melalui perhitungan yang benar serta ketelitian, ada yang bisa dilakukan untuk menghindari penyebab Margin Call. Sebelum mengetahui cara menghindarinya, kita perlu tahu apa saja penyebab Margin Call tersebut.

Penyebab Margin Call Berasal Dari Diri Sendiri

Ada pepatah yang mengatakan, "Jika Anda mengenal musuh dan mengenal diri sendiri, Anda tidak perlu takut akan hasil dari seratus pertempuran. Jika Anda hanya mengenal diri sendiri tanpa mengenal musuh, pada setiap kemenangan yang Anda dapatkan, Anda juga akan mengalami kekalahan."

Dari petikan di atas, dapat disimpulkan bahwa ketidaksadaran terhadap diri sendiri adalah hal yang sangat berbahaya. Dalam trading forex pun demikian, karena kerugian besar yang sampai bisa mendatangkan Margin Call secara umum berasal dari kurangnya kesadaran diri trader terhadap kelemahannya.

Sekarang, tanyakanlah pada diri Anda sendiri: apakah Anda masih sering melakukan dua hal yang menjadi penyebab Margin Call ini?

1. Over Self-Confidence Alias Terlalu Percaya Diri

Self-Confidence (kepercayaan diri) dengan takaran yang benar memang mutlak diperlukan bagi seorang trader. Jika seorang trader tidak punya rasa percaya diri, tentu akan sulit meraih profit. Jangankan meraih profit, jika untuk membuka atau menutup posisi saja tidak memiliki kepercayaan diri, tentu trader tersebut tidak akan bergerak kemana-mana. Akan tetapi, perasaan percaya diri yang berlebihan juga berbahaya.

Anda baru saja mendapatkan profit besar? Selamat. Namun jangan lupa untuk tetap berdisiplin dengan Money Management yang dimiliki. Kecenderungan untuk kembali membuka posisi setelah mendapatkan profit, merupakan aksi berisiko yang tanpa disadari dapat menjadi penyebab Margin Call. Beberapa trader merasa sangat beruntung saat baru saja meraih profit dan merasa pasar sedang berpihak kepadanya, lalu 'mempertaruhkan' modalnya dengan membuka posisi baru yang berukuran lebih besar.

Over Self-Confidence bisa membuat trader menjadi terlalu berani untuk membuka posisi, bahkan di saat analisa yang dilakukannya terkadang tidak sesuai dengan kondisi pasar. Dengan berbekal keyakinan yang terlalu tinggi, biasanya trader yang terkena penyakit ini akan terus main hantam sesuai keyakinan dia, meskipun akibatnya berakhir dengan mengoleksi Floating negatif. Cepat atau lambat, Over Self-Confidence akan menjadi penyebab Margin Call datang menyapa.

2. Overtrading Alias Melakukan Trading Di Luar Kemampuan

Saat penyakit Over Self-Confidence melanda, maka biasanya diikuti dengan penyebab Margin Call berikutnya, yaitu Overtrading. Kalau keyakinan sudah terlalu berlebihan, maka melakukan Open Posisi akan lebih didasari oleh emosi, bukan lagi perhitungan matang. Trader jadi menganggap enteng aktivitas trading yang dia lakukan. Ketika salah meletakkan Stop Loss, bukannya rehat dan mengevaluasi diri, dia justru masuk ke pasar lagi. Jika masih salah juga, dia justru jadi semakin penasaran dan membuka posisi baru, kali ini dengan Volume yang lebih besar.

Pernah melakukan hal seperti ilustrasi di atas? Berarti Anda telah terjangkit penyakit Overtrading. Mungkin Anda pernah mendengar strategi trading dengan metode Martingale, dimana trader terus membuka posisi ketika memperoleh kerugian sampai mendapat keuntungan yang lebih besar. Akan tetapi, cara seperti itu bukanlah hal yang bisa dilakukan oleh trader pemula dengan modal terbatas.

Harus diingat kembali, trading forex bukanlah sebuah perjudian. Saat Anda membuka posisi, pastikan Margin yang Anda miliki kuat untuk menahan risiko kerugiannya. Hal ini terkadang susah untuk dilakukan, karena sifat penasaran manusia memang biasanya menuntut seseorang untuk selalu membuktikan bahwa hasil analisanya benar.



Yang dimaksud Profit Taking adalah aksi ambil untung dalam jangka pendek dengan memanfaatkan situasi tertentu. hal ini dilakukan oleh trader, jika ada data data dan Informasi pasar yang akan, sedang atau sudah dirilis. Namun Aksi ambil untung dalam jangka pendek ini biasanya dilakukan juga oleh para scalper . Dimana Para scalper biasanya trade dimarket asia atau market sideways. ( pukul 24.00 - 12.00 wib )

Aksi ambil untung dengan menggunakan data data pasar yang akan dirilis yang memiliki High Impact terhadap pergerakan mata uang , Cara ini dilakukan dengan memasang jebakan order . yaitu melakukan order BUY STOP dan SELL STOP beberapa pips dari harga Runing. ketika harga melesat keatas akibat efek data tersebut, maka BUY STOP akan masuk dan tereksekusi oleh take profit

 

5 Kiat Belajar Trading Tanpa Akun Demo

Terlepas dari empat alasan umum tersebut, harap jangan salah paham! Janganlah Anda yang sedang berlatih dengan akun demo kemudian merasa "cemen" lalu buru-buru masuk ke akun live dengan menyiapkan dana besar-besaran. Orang yang lebih memilih untuk melewatkan akun demo bukan lantas menjadi orang yang berani. Trading forex, utamanya untuk yang akan menjadikannya sebagai lahan penghasilan, memang harus penuh perhitungan.

Namun jangan pula merasa terlalu puas dengan prestasi yang Anda raih di akun demo, sehingga merasa jemawa saat memasuki akun live. Menurut Niall Fuller, forex guru ternama dari Learn To Trade The Market, bertrading di akun demo tidak bisa disebut sebagai pengalaman trading. Akun demo seringkali memiliki perbedaan harga, pengisian order, level stop out, dll. dibandingkan dengan akun live. Demo trading, masih kata Fuller, tidak akan mengajar Anda sebaik trading live.

Apabila tujuan akhir Anda adalah untuk konsisten menjadi trader dan menghasilkan uang sungguhan, maka tak perlu terlalu berlama-lama di akun demo atau lewatkan akun demo dengan mempraktikkan tips-tips berikut ini:
  1. Pergunakan Dana yang dikhususkan untuk belajar trading menggunakan akun live. Artinya, dana itu jangan terlalu besar karena akan menjadi dana yang siap hilang. Tidak ada yang gratis di dunia ini bahkan untuk belajar sekalipun, anggap saja sebagai modal untuk memulai usaha. Solusinya, pakai akun trading dengan ukuran kecil dan hanya menuntut modal kecil, seperti akun Cent dan akun Mikro.
  2. Aturlah persentase risiko yang siap diterima. Mulailah trading dengan risiko loss dalam nominal terkecil, karena trader pemula masih membutuhkan waktu untuk beradaptasi dengan platform tradingnya. Jika sudah Pe-De dengan akun berdana kecil itu, perlahan-lahan naikkan risiko dan sesuaikan dengan kemampuan trading Anda.
  3. Siapkan mental untuk menderita kerugian. Trading dengan akun live melibatkan uang sungguhan sehingga trader akan merasakan naik turunnya emosi secara siginifikan. Tetap tenang, karena di sinilah mental trader Anda ditempa.
  4. Buat rencana trading dan tetap konsisten pada rencana trading tersebut. Jangan menjadikan frekuensi masuk pasar sebagai parameter keberhasilan trading, namun akumulasi hasil trading dalam jangka panjanglah yang menentukan.
  5. Gunakan metode trading yang paling sederhana, terutama yang terasa paling mudah Anda pahami. Niall Fuller menyarankan untuk mencoba metode price action, namun tak masalah jika Anda sudah menguasai metode lain.

Anda memang bisa belajar trading tanpa akun demo. Namun, tidak perlu terlalu gengsi dengan benar-benar "anti" menggunakan akun demo. Nial Fuller mengatakan, seorang trader memang tak bisa sepenuhnya melewatkan akun demo, mereka tetap membutuhkannya untuk mencoba-coba strategi paling tidak selama dua atau tiga bulan, tapi ingat, jangan terlena, ya! Tetap segerakan untuk terjun ke akun live dan terapkan tips di atas. Semoga berhasil!

Sumber : seputarforex.com

 

3 Dasar Teknik Trading Forex Yang Wajib Dipelajari

Walaupun kondisi pasar selalu berubah-ubah, tetapi ada tiga dasar teknik trading forex yang hampir selalu konstan dan wajib diketahui semua trader. Banyak trader forex mencari strategi ampuh yang bisa mengantarkan mereka ke kebebasan finansial secara instan. Padahal, belajar forex dari tahap ke tahap merupakan sesuatu yang mutlak harus dilakukan. Bahkan para trader berpengalaman pun masih harus terus belajar agar selalu bisa menyesuaikan diri dengan kondisi pasar yang selalu berubah-ubah. Strategi yang berjalan lancar hari ini bisa tiba-tiba mengakibatkan loss besar-besaran minggu depan, sehingga penyesuaian selalu perlu dilakukan.

Namun demikian, ada tiga dasar teknik trading forex yang hampir selalu konstan. Ketiga dasar teknik trading forex ini perlu diingat oleh setiap trader.

1. "Trade with the Trend"
Bagi trader forex, trend adalah kawan paling akrab yang bila kita berusaha melawannya maka bisa-bisa jadi berbahaya. Memang ada teknik trading forex "melawan tren", tetapi pada umumnya dalam bertrading, akan lebih mudah untuk panen profit jika "trade with the trend".

Secara kasar, ini artinya, jika ada uptrend (tren naik), maka trader sebaiknya hanya buka posisi "buy" saja. Sebaliknya, saat downtrend (tren turun), sebaiknya hanya buka posisi sell saja.

Namun, jika lebih cermat lagi maka perlu juga mengetahui bagaimana bertrading di tengah tiga trend dalam forex: bullish (saat harga suatu pair naik), bearish (saat harga suatu pair turun), dan sideways/ranging (saat harga bergerak naik-turun dalam kisaran sempit). Setiap trader perlu mengenal apa itu "trend" dan bagaimana mendeteksi awal dan akhir tren. Pemahaman ini sangat penting karena berhubungan dengan bagaimana kita akan mentradingkan suatu pasangan mata uang nantinya.

2. "Buy at Support"
Secara harfiah, ini berarti seorang trader direkomendasikan untuk membuka posisi "buy" pada suatu pair saat harga berada di level terendah (level support). Dengan ekspektasi setelah mencapai level terendah kemudian harga akan berbalik naik, maka disini trader wajib mempelajari teori support-resistance dengan baik.

Salah satu teknik trading forex yang paling banyak direkomendasikan adalah melakukan buy ketika harga bullish sedang terkoreksi. Sebagaimana bisa dilihat di gambar dibawah ini, saat tren bullish pun harga tak mulus naik terus. Beberapa kali, grafik "terkoreksi", mundur sebelum kemudian naik lagi. Nah, di momen-momen itu lah yang sering dianggap terbaik untuk "buy" suatu pair forex.

3-dasar-teknik-trading-forex-yang-wajib-dipelajari-268863-1.png


Bagaimana untuk mengetahui kalau harga akan melesat naik lagi atau terus berbalik turun? Untuk ini, perlu dipelajari dan dipraktekkan dulu berbagai teknik mengenali support-resistance.

3. "Sell at Resistance"
Berkebalikan dengan poin dua, posisi "sell" sebaiknya dibuka saat harga berada di puncak (level resistance), dimana harga akan berbalik dari naik ke turun. Di sini pun, adalah suatu langkah yang bagus untuk melakukan "sell" ketika tren bearish sedang terkoreksi.

Umpama pair forex GBP/USD sedang anjlok. Untuk beberapa saat, harga akan merosot terus, tetapi nanti akan ada momen dimana harga seakan-akan akan berbalik naik. "Koreksi" semacam ini banyak dicari trader, karena jika situasinya tepat maka harga bukannya naik terus, tetapi kembali melanjutkan tren awalnya, yakni bearish.

Kedengarannya mudah? Coba dulu di akun demo.

Banyak teknik trading forex terdengar mudah saat dibaca, tetapi sulit diterapkan. Satu tips yang diberikan oleh hampir semua master trading adalah agar semua teknik trading sebaiknya diuji terlebih dahulu di akun demo. Di akun demo, sebelum menanamkan tabungan hari tua untuk bertrading forex, kita bisa berlatih dengan uang virtual. Seringkali juga, untuk menerapkan 3 teknik trading forex sederhana ini diperlukan pula pembelajaran analisa teknikal sebagai pendukung utama.

Selain membaca uraian di atas, infografi berikut ini juga bisa menjadi acuan memahami 3 dasar teknik trading forex dengan lebih mudah:

3-dasar-teknik-trading-forex-yang-wajib-dipelajari-268863-28230.jpg


Sumber : seputarforex.com

 

Sifat Dasar Indikator Stochastic (1)

Indikator yang dibuat oleh George Lane pada tahun 50-an ini cukup populer digunakan dalam trading pada hampir semua jenis pasar termasuk pasar forex. Dengan mengetahui sifat dasar sebuah indikator teknikal, maka akan mudah bagi trader untuk menggunakannya dalam kondisi pasar yang sesungguhnya. Pada bagian 1 artikel ini dicontohkan korelasi indikator stochastic dengan analisa gelombang Elliot (Elliot wave) yang selalu terjadi pada pasar riil. Pada bagian selanjutnya akan dibahas setting parameter %K dan %D.

Untuk memahami indikator stochastic secara menyeluruh diperlukan pemahaman teori pola bentuk gelombang Elliot (Elliot wave formation). Tetapi seperti dituliskan oleh pembuatnya George Lane, untuk mengetahui sifat dasar stochastic tidak harus mempelajari Elliot wave dengan detail melainkan cukup dengan hanya menggunakan pendekatan konsep dasarnya saja.

Konsep dasar teori Elliot wave adalah bahwa sebuah trend pergerakan harga (uptrend maupun downtrend) terdiri dari 5 gelombang utama dan 3 gelombang koreksi utama. Tiap siklus sebuah gelombang utama selalu terdiri dari 5 gelombang minor yang diikuti dengan 3 gelombang koreksi minor (lihat gambar dibawah). Dalam contoh ini 5 gelombang minor adalah huruf kecil 1-2-3-4-5, dan 3 gelombang koreksi minor adalah a,b,c. Bentuk pola gelombang pergerakan ini terjadi berulang-ulang dalam pasar. Dengan pendekatan bentuk gelombang Elliot maka sifat dasar stochastic bisa dianalisa seperti keadaan idealnya, tanpa noise yang terjadi di pasar.

sifat-dasar-indikator-stochastic-1-108720-1.JPG


Pada gambar diatas tampak pergerakan harga uptrend dengan indikator slow stochastic yang diset pada 9 bar pergerakan harga, atau stochastic: 9 bar, 3%K, 3%D, atau stochastic (9,3,3).

Sumber : seputarforex.com

 
Mengenal Bull Di Forex

Bull adalah trader yang mengharapkan harga akan naik. Trader jenis Bull membuka posisi Long, sehingga menciptakan permintaan dan menaikkan harga instrumen trading. Di pasar Bullish, ekonomi berjalan dengan baik, pengangguran menurun, PDB naik, dan harga juga tumbuh. Pasar ini dicirikan oleh optimisme, ekspektasi tinggi, dan kepercayaan investor.

Asal namanya terinspirasi oleh sebuah analogi: banteng mengangkat tinggi tanduknya ke udara, seperti halnya trader Bull "mengangkat" harga dengan pembelian agresif.

Bull bertujuan untuk menaikkan modal dengan memanfaatkan pertumbuhan pasar. Analis pasar dari pialang Forex membantu para trader terus mendapatkan informasi dan memprediksi pergerakan harga. Mereka membeli/melakukan Buy dengan harapan bisa menjualnya kembali di masa mendatang di harga lebih tinggi. Oleh karenanya, pasar dan tren yang menunjukkan kenaikan harga disebut Bullish. Terjadi peningkatan harga yang bertahap dalam periode waktu tertentu di pasar Bullish.

Mengenal Bear di Forex

Bear berusaha menurunkan harga, karena mereka pesimistis mengenai kenaikan harga. Pelaku pasar jenis ini mengharapkan harga akan turun. Bear menjual aset mereka untuk membelinya dengan harga lebih murah di masa mendatang. Istilah ini muncul dari gerakan beruang yang menancapkan cakarnya ke bawah.

Pasar Bearish adalah lawan dari pasar Bullish: pengangguran meningkat, PDB menurun, dan harga juga turun. Di sini harga turun secara konstan di bawah tekanan berita negatif dan terus meningkatnya posisi Sell/menjual. Pasar Bearish ditandai oleh pendekatan pesimistis dan ekspektasi rendah. Ketika harga turun, pasar dan tren disebut Bearish jika terjadi dalam jangka waktu yang cukup panjang.


Ketika Pasar Berubah Serta Hubungannya Dengan Bull And Bear

Pasar Bearish dapat menjadi Bullish kapan saja. Pembalikan biasanya terjadi setelah pasar telah bergerak ke zona Oversold (terlalu banyak penjualan) dan harga saat ini tidak cocok dengan para seller. Berita positif mengenai Base Currency juga dapat menyebabkan perubahan tren. Dalam kasus ini, Bear tidak akan sanggup menahan pasar dan akan mulai menutup posisi yang sudah ada.

Pasar Bullish biasanya cenderung terjadi setelah berita negatif dirilis atau sebelum bergerak ke zona Overbought (terlalu banyak pembelian).


 
Mengenal Bull Di Forex

Bull adalah trader yang mengharapkan harga akan naik. Trader jenis Bull membuka posisi Long, sehingga menciptakan permintaan dan menaikkan harga instrumen trading. Di pasar Bullish, ekonomi berjalan dengan baik, pengangguran menurun, PDB naik, dan harga juga tumbuh. Pasar ini dicirikan oleh optimisme, ekspektasi tinggi, dan kepercayaan investor.

Asal namanya terinspirasi oleh sebuah analogi: banteng mengangkat tinggi tanduknya ke udara, seperti halnya trader Bull "mengangkat" harga dengan pembelian agresif.

Bull bertujuan untuk menaikkan modal dengan memanfaatkan pertumbuhan pasar. Analis pasar dari pialang Forex membantu para trader terus mendapatkan informasi dan memprediksi pergerakan harga. Mereka membeli/melakukan Buy dengan harapan bisa menjualnya kembali di masa mendatang di harga lebih tinggi. Oleh karenanya, pasar dan tren yang menunjukkan kenaikan harga disebut Bullish. Terjadi peningkatan harga yang bertahap dalam periode waktu tertentu di pasar Bullish.

Mengenal Bear di Forex

Bear berusaha menurunkan harga, karena mereka pesimistis mengenai kenaikan harga. Pelaku pasar jenis ini mengharapkan harga akan turun. Bear menjual aset mereka untuk membelinya dengan harga lebih murah di masa mendatang. Istilah ini muncul dari gerakan beruang yang menancapkan cakarnya ke bawah.

Pasar Bearish adalah lawan dari pasar Bullish: pengangguran meningkat, PDB menurun, dan harga juga turun. Di sini harga turun secara konstan di bawah tekanan berita negatif dan terus meningkatnya posisi Sell/menjual. Pasar Bearish ditandai oleh pendekatan pesimistis dan ekspektasi rendah. Ketika harga turun, pasar dan tren disebut Bearish jika terjadi dalam jangka waktu yang cukup panjang.


Ketika Pasar Berubah Serta Hubungannya Dengan Bull And Bear

Pasar Bearish dapat menjadi Bullish kapan saja. Pembalikan biasanya terjadi setelah pasar telah bergerak ke zona Oversold (terlalu banyak penjualan) dan harga saat ini tidak cocok dengan para seller. Berita positif mengenai Base Currency juga dapat menyebabkan perubahan tren. Dalam kasus ini, Bear tidak akan sanggup menahan pasar dan akan mulai menutup posisi yang sudah ada.

Pasar Bullish biasanya cenderung terjadi setelah berita negatif dirilis atau sebelum bergerak ke zona Overbought (terlalu banyak pembelian).



Dalam dunia pasar modal dikenal istilah Bull and Bear. Bagi sebagian investor pasar saham, pasti udah sering mengalami situasi di mana harga-harga indeks perdagangan mengalami peningkatan serta penurunan yang signifikan tanpa bisa diprediksi. Kalau naik, sering disebut saham lagi bullish, sedangkan kalau lagi turun dikatakan bahwa saham lagi bearish.

Seperti yang udah disinggung sedikit di atas, binatang banteng (Bull) yang ada dalam kalimat tersebut menggambarkan situasi pasar saham yang sedang meningkat secara keseluruhan. Jika ngomongin bursa lokal berarti konteksnya adalah Indeks Harga Saham Gabungan atau biasa disingkat IHSG.

 

Analisa Stochastic Pada Pergerakan Trend 5 Gelombang Minor

1. Kenaikan cepat pada %K (warna biru) terjadi pada pergerakan trend gelombang minor pertama. %K naik dari level dibawah 20% sampai level 70%. Kenaikan %K ini cukup signifikan dengan makin melebarnya jarak dari %D.

2. Gelombang minor ke 2 menyebabkan %K retrace (bergerak balik) ke garis %D (warna merah), tetapi keduanya masih diatas level 50%.

3. Gelombang minor ke 3 menyebabkan sinyal indikator stochastic makin tinggi dengan %K bergerak diatas level 80%. Dalam pergerakan harga yang sesungguhnya %K sering mencapai lebih dari 80%, tetapi jarang yang sampai pada level 90%-95%. Penting untuk diketahui bahwa yang membuat %K berada pada level tertinggi ini adalah gelombang minor ke 3.

4. Gelombang minor ke 4 menyebabkan %K memotong (crossing) %D kearah bawah dari level tertingginya. Crossing ini adalah sinyal yang salah (false signal) yang membuat trader sering salah mengambil posisi. Sell karena pergerakan harga pada gelombang minor ke 3 sudah mulai bergerak kebawah sebenarnya prematur. Dengan stop loss yang wajar tentu akan kena saat gelombang minor ke 5 menuju level tertingginya, kecuali jika level target profitnya sempit, itupun kalau masih mungkin.

5. Gelombang minor ke 5 membuat %K naik kembali dan memotong %D kearah atas, tetapi trend pergerakan harga rupanya tidak bisa menyebabkan %K naik lebih tinggi lagi dari level sebelumnya. Disini terjadi divergensi bearish karena pergerakan harganya bullish tetapi pergerakan indikator bearish. Sinyal trading untuk sell bisa dilakukan saat %K bergerak kebawah dan memotong %D dari arah atas.

Analisa Stochastic Pada Pergerakan Trend 3 Gelombang Koreksi Minor

6. Gelombang koreksi minor a berbalik arah saat mencapai level support gelombang minor ke 4, tetapi penurunan %K cukup signifikan dengan makin melebarnya jarak dari %D, sama dengan saat kenaikan %K pada point 1.

7. Gelombang koreksi minor c menyebabkna %K turun hingga dibawah level 20%, dan pada pergerakan harga pasar yang sesungguhnya jarang yang sampai pada level dibawah 10%. Disini tidak terjadi divergensi. Sinyal trading untuk buy bisa dilakukan saat %K bergerak keatas dan memotong %D dari arah bawah.

Level-level bawah gelombang utama ke 2 dan ke 4 (huruf besar warna merah) adalah level-level support untuk garis trend jangka panjang. Proses ini terjadi berulang-ulang dengan pola bentuk gelombang yang hampir sama. Gelombang koreksi minor a-b-c pada gelombang utama ke 4 mirip dengan koreksi minor a-b-c gelombang utama ke 2, dan gelombang utama ke 3 dan ke 5 mirip dengan yang pertama. Level yang ideal untuk membuka posisi sell adalah ketika koreksi pada gelombang utama ke 5 telah mencapai gelombang minor b-nya (tanda lingkaran kuning pada gambar).

Analisa untuk pergerakan harga pasar yang downtrend adalah sebaliknya.

Sumber : seputarforex.com

[/QUOTE]
 

Sifat Dasar Indikator Stochastic (2)

Indikator yang dibuat oleh George Lane pada tahun 50an ini cukup populer digunakan dalam trading pada hampir semua jenis pasar termasuk pasar forex. Pada pembahasan sebelumnya telah dicontohkan hubungan antara indikator stochastic dengan analisa gelombang Elliot (Elliot wave) yang selalu terjadi pada pasar riil. Untuk memudahkan analisa, pergerakan harga pada trading chart diasumsikan ideal sesuai dengan pola gelombang Elliot. Pada bagian ini akan dilihat pengaruh dari setting untuk metode moving average yang digunakan, jumlah bar dan setting parameter %K dan %D.

Setting Untuk Metode Moving Average

Seperti telah diketahui bahwa sifat dasar pergerakan indikator stochastic adalah mirip dengan pergerakan gelombang Elliot pada pergerakan harga yang sebenarnya terjadi di pasar. Masih dengan chart pergerakan harga ‘ideal’ pada bagian (1), kita akan melihat pengaruh metode moving average yang digunakan. Pada platform trading Metatrader, untuk indikator stochastic ada 4 pilihan setting moving average, tetapi yang biasa digunakan adalah simple dan exponential. Gambar berikut adalah perbedaannya, dengan parameter jumlah bar, %K dan %D yang sama dengan sebelumnya (9,3,3).

sifat-dasar-indikator-stochastic-2-108924-1.JPG


Dari gambar diatas tampak sifat pergerakan keduanya sama tetapi dengan menggunakan exponential moving average lebih mudah untuk dibaca penampilannya, terutama jika terjadi keadaan divergensi, hal yang krusial dalam analisa teknikal. Para trader technician pada umumnya menganjurkan untuk menggunakan exponential moving average.

Sumber : seputarforex.com

 
Trading adalah sebuah bisnis, bukan game apalagi gambling yang banyak dimainkan orang. Miliaran dollar mengalir masuk dan keluar dari pasar forex setiap jam, SETIAP HARI. Jadi, jika Anda ingin memiliki bagian Anda dari situ maka tidak ada ruang untuk main-main. Bisnis apa pun pasti membutuhkan pengetahuan tertentu, keterampilan, dan usaha untuk mendapatkan sukses didalamnya, dan forex bukan pengecualian!

Untuk dapat bertahan dan menghasilkan uang secara konsisten dari trading forex, Anda harus memperlakukan trading Anda layaknya sebuah bisnis. Selain faktor teknis, sebuah bisnis juga melibatkan faktor non-teknis sebagai penentu keberhasilannya. Sama halnya dengan trading, ada banyak faktor non-teknis yang harus Anda kuasai dengan baik agar bisnis trading Anda berhasil.

Keberhasilan trading bukanlah masalah keberuntungan atau bahkan keterampilan, melainkan adalah masalah PERSIAPAN yang tepat; persiapan dalam memahami pasar dan bagaimana harus beinteraksi dengannya. Trading adalah tentang menjadi PROFESIONAL pada apa yang Anda lakukan.

Sama seperti perjalanan apa pun, ada berbagai tahap yang perlu Anda lalui sebelum menjadi seorang “trader professional”. Anda perlu dilatih dan dikembangkan melalui suatu proses. Ini membutuhkan waktu, usaha, dan disiplin. Anda juga harus memiliki kemampuan belajar, semangat, dan konsistensi.

Proses melalui berbagai tahapan ini hingga benar-benar menjadi trader sukses tidak selalu cepat, dan tentu saja tidak selalu mudah. Selama trading di forexchief saja saya menemukan banyak jalan berliku yang berpotensi mengalihkan saya dari jalan keseluruhan, dan juga banyak lubang di sepanjang jalan, padahal itu juga sudah dibantu dengan bonus 50% . Jika saja saya tidak menerapkan trading plan yang baik untuk tetap pada jalur trading, maka umur akun saya tidak akan bertahan lama.

Trading forex bisa sangat menguntungkan tetapi ia bukan skema kaya secara instant, meskipun banyak seminar dengan yakin menjualnya seperti itu. Bukan juga sebuah jalan pasti menuju kemakmuran dan sukses yang tak terukur. Sederhana saja, trading hanya seperti usaha bisnis lainnya; perlu waktu, usaha, disiplin, dan komitmen di pihak Anda.

Anda harus berkomitmen pada diri sendiri untuk menjalankan bisnis ini dengan serius. Tidak ada orang lain yang akan melakukannya untuk Anda. Hanya Anda yang bisa mewujudkannya! Semua harus dilakukan bertahap. Tidak terburu-buru bukan berarti takut, berani namun tidak gegabah. Tidak idealis tapi realistis

 
Back
Top