6 Fakta Suku Dayak: Gadis Cantik Hingga Tato

spirit

Mod
59736e49-aa65-49a8-a0d5-70e9ebe88b7a_169.jpeg

Suku Dayak merupakan salah satu etnis yang berada di Pulau Kalimantan. Nah, penasaran seperti apa fakta-fakta suku ini? Yuk simak.

Suku Dayak disebut-sebut berasal dari daratan China. Mereka merupakan anggota kerajaan yang mengalami kekalahan dan mencari tempat aman hingga sampai di Pulau Kalimantan.

Berikut fakta-fakta suku Dayak yang dirangkum dari berbagai sumber:

1. Rumah Adat

Rumah adat suku Dayak dikenal dengan nama rumah Betang. Arsitektur rumah adat tersebut hampir sama seperti rumah panggung, yang memiliki ketinggian hampir 5 meter dari permukaan tanah.

2. Gadis

Gadis suku Dayak terkenal akan kecantikannya. Bahkan, beberapa memiliki paras seperti orang Tionghoa.

3. Ciri Khas

Ciri khas suku Dayak adalah tato di tubuh yang juga disebut tutang. Tato milik suku Dayak memiliki makna yang erat dengan kejadian dan tujuan hidup sehingga tak dibuat sembarangan.

4. Budaya

Kebudaayan suku Dayak kental akan tari-tarian. Ada tiga tarian yang biasa dilakukan yakni tari hudoq, leleng, dan kancet papatai.

Ketiga tarian itu memiliki tujuan berbeda-beda, misalnya setelah menanam padi yakni tari hudoq.

5. Agama

Agama yang dianut suku Dayak pada dasarnya Kaharingan yang merupakan agama para leluhurnya. Namun kini, agama tersebut hanya dianut oleh kurang lebih 10% masyarakat suku Dayak. Sisanya, menganut agama Kristen.

6. Bahasa

Pemilik pakaian adat sapai sadaq ini biasa menggunakan bahasa sehari-hari mereka saat berkomunikasi, yakni bahasa Austronesia.


sumber
 
Suku Dayak Iban

Suku Dayak Iban, adalah salah satu rumpun suku Dayak yang terdapat di Kalimantan Barat, Sarawak, Brunei dan Tawau Sabah. Mengikut sejarah lisan, pembentukan dan perkembangan budaya sosial Dayak Iban terjadi semasa di Tampun Juah, sebelum berpecah kepada beberapa subsuku-subsuku yang ada sekarang. (wikipedia)
 
Suku Dayak Kanayatn

Dayak Kanayatn adalah salah satu dari sekian ratus sub suku Dayak yang mendiami pulau Kalimantan, tepatnya di daerah kabupaten Landak, Kabupaten Mempawah, Kabupaten Kubu Raya, Serta Kabupaten Bengkayang.

Dayak Kanayatn dikelompokan ke dalam golongan rumpun Land Dayak-Klemantan oleh H.J. Mallinckrodt (1928). Namun Menurut C.H. Duman (1929), Dayak Kanayatn adalah bagian dari Rumpun Ot Danum-Maanyan-Ngaju. Akan tetapi penelitian oleh W.Stohr (1959) menyatakan bahwa pendapat C.H. Duman adalah salah karena jika dilihat dari wilayah, bahasa, serta hukum adat, suku Dayak Kanayatn tidak menunjukan adanya hubungan dengan kelompok Rumpun Ot Danum-Maanyan-Ngaju, akan tetapi lebih mengarah pada kelompok Land Dayak- Klemantan. Bahkan pemberian nama nama Kabupaten Landak didasarkan pada masyarakat mayoritasnya yaitu Dayak Kanayatn yang merupakan bagian dari rumpun Dayak Darat (Land Dayak atau Land Djak dalam ejaan Belanda).

Pakaian Tradisional suku Dayak Kanayatn terbuat dari kulit Tarab atau Kapuak/Kapoa'. Bajunya berbentuk Rompi yang disebut Baju Marote atau baju uncit. Cawatnya terbuat dari Kain tenun atau kulit Kayu yang disebut Kapoa'. Serta mahkota atau ikat kepala yang dalam bahasa ahe disebut Tangkulas. Tangkulas ini biasanya dihiasi dengan bulu Ruai/Kuau Raja, serta bulu Enggang. Terkadang, jika bulu burung Ruai tidak ada, bisa diganti dengan Anjuang Merah (Hanjuang). Selain itu senjata tradisional Tangkitn/Parang Pandat serta Perisai (Jabakng/Gunapm) merupakan kelengkapan pakaian adat pria.

Upacara adat yang biasa diadakan oleh suku ini antara lain Naik Dango, Muakng Rate, Notokng, Gawai Dayak, dan lain-lain.



 
Suku Dayak Banyadu

Suku Dayak Banyuke adalah salahsatu sub-suku Dayak yang mendiami Provinsi Kalimantan Barat. Sebutan "Dayak Banyuke" diambil dari nama kota orang Banyadu pada masa lalu yaitu kota Banyuke yang merupakan sebuah Bandong (ibu kota atau pusat pemerintahan) orang Banyadu pada masa lalu, yang pada saat ini hanya berupa sebuah kampung yang terletak di desa Samade kecamatan Banyuke hulu. Sedangkan sebutan "Suku Dayak Banyadu" diambil dari istilah dalam bahasa mereka sendiri yaitu asal kata " Nyadu" yang artinya " Tidak" kata ini digunakan sebagai istilah pembeda dialek dengan dialek Dayak lainnya

(wikipedia)
 
Wanita-Suku-Dayak-Memanjangkan-Telinga-Sebatas-Dada-Minews.jpg

Telingaan Aruu

Telingaan Aruu adalah tradisi memanjangkan telinga oleh orang-orang dari Suku Dayak. Tradisi memanjangkan telinga di kalangan Suku Dayak ini telah lama dilakukan secara turun temurun. Pemanjangan daun telinga ini biasanya menggunakan pemberat berupa logam berbentuk lingkaran gelang dari tembaga yang bahasa kenyah di sebut "Belaong" . Dengan pemberat ini daun telinga akan terus memanjang hingga beberapa sentimeter.

Namun tidak semua sub suku Dayak di Pulau Kalimantan puunya tradisi ini. Hanya beberapa kelompok saja yang mengenal budaya telinga panjang. Namun, hanya yang mendiami wilayah pedalaman, seperti masyarakat Dayak Kenyah, Dayak Bahau, Dayak Penan, Dayak Kelabit, Dayak Sa'ban, Dayak Kayaan, Dayak Taman, dan Dayak Punan.

Tradisi Telingaan Aruu dimulai saat seseorang masih bayi. Awalnya proses penindikan telinga si bayi, setelah luka bekas tindikan mengering, kemudian di pasang benang yang nantinya diganti dengan kayu, sehingga lubang telinga kian lama semakin membesar. Prosesi penindikan telinga ini dikenal dengan sebutan ''Mucuk Penikng''. Anting akan ditambahkan satu persatu ke dalam telinga yang lama kelamaan akan mebuat lubang semakin membesar dan memanjang.

1024px-Lirongfrau_mit_gedehnten_Ohrl%C3%A4ppchen.jpg

Tujuan

Pemanjangan telinga yang dilakukan oleh perempuan maupun laki-laki ini sebenarnya memiliki suatu tujuan. Misalnya di kalangan Dayak Kayan, mereka melakukan pemanjangan telinga sebagai identitas kebangsawanannya. Untuk perempuan, pemanjangan telinga digunakan untuk menunjukan identitas kebangsawanan, sekaligus digunakan sebagai pembeda. Sedangkan di desa-desa yang terletak di hulu Sungai Mahakam memanjangkan telinga dengan tujuan yang berbeda, mereka melakukan pemanjangan telinga untuk menunjukkan umur seseorang. Bayi yang baru lahir akan diberi manik-manik yang dirasa cukup berat. Selanjutnya, manik-manik yang menempel di telinga tersebut akan terus ditambah setiap tahunnya.

Suku Dayak Iban tidak memberikan pemberat kepada telinganya. Telinga yang telah dilobangi dibiarkan saja hingga terlihat seperti lubang besar yang mirip angka nol dengan cara menyatukan ujung jari telunjuk dengan ujung ibu jari. Bagi Suku Dayak ini, telinga panjang memiliki tujuan lain yaitu untuk melatih kesabaran melalui adanya berat akibat manik-manik yang menempel pada telinga dan harus digunakan setiap hari. Dengan beban berat di telinga, rasa sabar dan penderitaan pun semakin terlatih. Selain itu, telinga panjang juga menjadi simbol status sosial wanita Suku Dayak. Mereka meyakini bahwa semakin panjang telinga seorang wanita, maka semakin cantik pulalah wanita tersebut.

Jenis

Ada beberapa jenis anting-anting yang dikenal dalam tradisi Telingaan Aruu. Di antaranya, ''Hisang Kavaat'' dan ''Hisang Semhaa''. Hisang kavaat adalah anting-anting yang dipasang di lubang daun telinga dan ujung lingkarannya berselisih. Adapun Hisang Semhaa, dipasang di sekeliling lubang daun telinga. Selain itu adanya aturan dalam Telingaan Aru yaitu, bagi kaum laki-laki tidak boleh memanjangkan telinganya sampai melebihi bahunya, sedang kaum perempuan boleh memanjangkannya hingga sebatas dada.

Kondisi

Saat ini sudah tidak ada lagi generasi muda yang meneruskan tradisi Telingaan Aruu ini, bahkan untuk daerah pedalaman Kalimantan. Ada beberapa hal yang mempengaruhi kepunahan kebudayaan ini. Pertama, memang tidak semua anak suku Dayak melakukan tradisi ini. Hanya pada Dayak Kayan, Dayak Kenyah, Dayak Bahau, Dayak Punan, Dayak Kelabit, Sa'ban. Itupun terbatas kepada kaum wanita dan kaum bangsawan. Selain itu, tradisi ini juga hanya berlaku untuk daerah pedalaman saja. Kedua munculnya anggapan ketinggalan zaman membuat orang-orang yang aslinya memanjangkan telinga secara sengaja berusaha menghilangkan atribut tersebut. Seperti dengan memotong bagian bawah daun telinganya. Bagi para pemerhati budaya, tradisi telinga panjang sudah sampai pada tahap kritis, karena tidak ada lagi penerusnya.


wikipedia
 
Back
Top