Mengenal Ajaran Penghayat Sapta Darma di Jawa Timur

spirit

Mod
397ea05b-abef-4c10-8dfc-ed276b5d5e2d_169.jpeg

Sapta Darma, satu di antara nama penghayat kepercayaan dengan anggota paling banyak di Blitar. Aliran ini percaya, bahwa dengan melakukan sujud menghadap ke timur akan merasakan bertemu dengan Tuhan Yang Maha Esa.

Timur dalam bahasa Jawa adalah Wetan atau Kawitan. Artinya, arah semua permulaan kehidupan terjadi. Seperti matahari dan bulan yang terbit dari arah timur.

Ketua Paguyuban Warga Sapta Darma Blitar, Dwi Priyo Edi Sanyoto bilang, dia mengenal ajaran ini dari eyangnya.

"Waktu kecil, saya sering melihat eyang putri dan kakung itu kalau sujud menghadap ke timur. Mereka duduk diatas selembar kain putih belah ketupat. Mereka hanya bilang, kalau ini ajaran Sapta Darma," kata Edi mengawali cerita pada detikcom di rumahnya Jalan Dieng Kota Blitar, Rabu (27/2/2019).

Beranjak dewasa, Edi merasa tidak menemukan jawaban keimanan dengan dua agama yang dianut sebelumnya. Dia baru teringat dengan ajaran eyangnya tentang Sapta Darma. Dan di Sanggar Candi Busono Ponggok, dia menemukan warga (jemaah) Sapto Darmo berkumpul untuk sujud bersama. Istilah mereka acara seperti ini disebut Sanggaran.

"Saya mulai mengikuti ajaran Sapta Darma itu sejak tahun 1997. Di ajaran ini, saya bisa lebih tenang beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa, dengan cara-cara yang mereka ajarkan," tutur Edi.

Cara sembahyang Sapta Darma, lanjut dia, dengan sujud menghadap ke timur. Sujud dilakukan sebanyak tiga kali, dengan doa berbeda tiap sujud dilakukan.

Pada sujud pertama, doa yang diucapkan adalah Yang Maha Suci Yang Maha Kuasa. Sujud kedua, mengucapkan Yang Maha Suci Nyuwun Sepuro (minta maaf) Yang Maha Kuasa. Dan sujud ketiga, mengucapkan Yang Maha Suci Mertobat (Bertobat) Yang Maha Kuasa.

"Kalau sudah meminta maaf tapi tidak bertaubat. Ya sama saja," ucapnya.

9f390510-5746-49e0-b4f8-bc42cb2dc0c7_169.jpeg

Ketua Paguyuban Warga Sapta Darma Blitar, Dwi Priyo Edi Sanyoto (Erliana-detikcom)​

Usai sujud, penghayat Sapta Darma lalu mengheningkan cipta. Kalau istilah sekarang jamak disebut yoga. Mengheningkan diri, mengosongkan pikiran agar dapat bertemu atau menyatu dengan Tuhannya.

"Kita bisa merasakan manunggaling kawulo Gusti. Menyatunya jiwa manusia dengan Tuhan. Seperti filsafat dengan teorinya kosong adalah isi. Isi adalah kosong," aku Edi sambil mempraktekkan cara berhening.

Jika lelaki, duduk bersila dengan kedua tangan bersedekap. Sama seperti dalam Islam, tangan kanan di atas menutup sedekap tangan kiri di bawahnya. Sedangkan untuk wanita juga bersedekap, namun duduk bersimpuh.

Bagi warga penghayat, media seperti dupa, bunga, sesaji itu dilarang digunakan saat sujud. "Penghayat itu jauh dari semua yang berbau klenik ya. Kalau di Islam istilahnya haram," tandas bapak dengan empat anak ini.

Nama Sapta Darma sendiri diambil dari tujuh ajaran atau Warah Pitu yang harus dijalankan setiap warganya. Tujuh ajaran itu adalah :
1. Setyo tuhu marang ananing Pancasila (setia menjaga adanya Pancasila)
2. Kanthi jujur lan sucining ati netepi angger-angger ing negara (dengan jujur dan kesucian hati mematuhi aturan hukum yang ada di negara)
3. Melu cawe-cawe jogo adeging bangsa lan negarane ( ikut berjuang menjaga kemerdekaan bangsa dan negaranya)
4. Tetulung nang sopo bae yen perlu, kanthi ora duwe pamrih kejobo mergo roso welas lan asih (membantu kepada siapa saja yang membutuhkan, tanpa pamrih kecuali berdasarkan rasa kasih sayang)
5. Wani urip kanthi kapitayan soko kekuatane dewe (berani hidup dengan percaya pada kekuatan kita sendiri)
6. Tanduke nang bebrayan kanthi alusing budi pekerti tansah gawe pepadang lan mareme liyan (sikap bersosialisasi dengan kehalusan budi pekerti. Selalu membawa kebahagian dan pencerahan bagi manusia lainnya)
7. Percoyo yen kahanan dunyo kui owah gingsir (percaya jika keadaan dunia itu seperti roda yang berputar).

"Pancasila itu wahyu lho. Makanya sejak zaman kemerdekaan apa pernah ada orang penghayat demo pemerintah, menciderai, menyakiti orang lain. Kami ini punya motto Mangayu Hayuning Bawono. Menjaga keindahan, keselarasan, kedamaian diatas dunia. Karena jika kami menyakiti orang lain, pasti kami juga akan disakiti manusia lainnya," pungkasnya.



sumber
 
Back
Top