Orang Lamongan Asli Pantang Makan Lele

spirit

Mod
Orang Lamongan Asli Pantang Makan Lele, Ini Mitos Bagi Pelanggar

9e7da002-4cc6-4c72-8884-b613ea7cdc27_43.mpo

Acara Penyet 1.000 Lele di Lamongan Acara Penyet 1.000 Lele di Lamongan Foto: Eko Sudjarwo​

Lele penyet sudah menjadi kuliner yang melekat dengan nama Lamongan. Namun, tak banyak yang tahu kalau warga asli Lamongan pantang makan ikan lele. Seperti apa cerita sebenarnya mengenai hal ini dan apa jadinya jika pantangan ini dilanggar?

Pantangan bagi masyarakat lamongan asli untuk memakan ikan lele bermula dari kisah masa lalu. Kisah yang abadi secara turun temurun dalam cerita di masyarakat Lamongan.

Dikisahkan, ketika itu Sunan Giri III atau Sedamargo blusukan menggunakan perahu menelusuri sepanjang aliran Bengawan Solo. Ia blusukan hingga ke desa-desa.

"Dahulu Kanjeng Sunan Giri melakukan Lelono (mengembara, red) dan beristirahat di Desa Barang Kauman, Kecamatan Karangbinangun. Ketika singgah ini Kanjeng Sunan Giri ketemu dengan Dewi Asika atau dikenal oleh warga sebagai Mbok Rondo Barang," kata Kabid Kebudayaan Disbudpar Lamongan, Mifta Alamuddin dalam perbincangannya dengan detikcom, Minggu (11/8/2019).

Setelah lama berbincang dengan Mbok Rondo, lanjut Mifta, Sudamargo kemudian pamit undur diri. Namun, tak disangka ketika sampai kembali di Giri, keris milik Sudamargo tertinggal di rumah Mbok Rondo.

Ia memerintahkan orang terdekatnya bernama Ki Bayapati kembali ke Desa Barang untuk mengambil keris pusakanya yang tertinggal di bale gubug Mbok Rondo. "Karena Mbok Rondo Mbarang belum kenal Ki Bayapati, maka Ki Bayapati memasuki rumah Mbok Rondo Barang dengan cara diam-diam dan menggunakan kekuatannya. Namun karena kaget ada yang mencuri keris, Mbok Rondo kemudian berteriak sehingga Ki Bayapati pun melarikan diri dari kejaran warga," papar Mifta.

Dalam kepanikan dikejar warga, lanjut Mifta, Ki Bayapati lari dan memberanikan diri terjun ke jublang (kolam air, red) untuk menghindari kejaran dan amukan warga Barang. Tanpa disangka, kolam tersebut dipenuhi ikan lele. Ki Bayapati selamat karena warga menganggap Ki Bayapati meninggal setelah masuk ke kolam lele.

"Karena berjasa menyelamatkan hidupnya, Ki Bayapati pun bersumpah jika dia dan semua keturunannya tidak akan memakan ikan lele," tutur Mifta.

Setelah berhasil lolos dari warga, Ki Bayapati kemudian kembali ke Giri dan oleh Sunan Giri dihadiahi keris tersebut. Lalu ia kembali ke desa di mana ia diselamatkan oleh ikan lele untuk mengajarkan Agama Islam yang kini berada di Desa Medang, Kecamatan Glagah.

Dari sini, legenda warga Lamongan asli itu berpantang makan lele. Bahkan, Bupati Lamongan Fadeli dalam kesempatan membuka acara Penyet 1.000 Lele Massal di Lamongan beberapa waktu yang lalu juga mengakui hal itu. Fadeli menuturkan, ia hanya mencicipi sambal penyet dan tidak ikut mencicipi ikan lelenya.

"Tapi tadi saya tidak makan lelenya, hanya mencicipi sambelnya saja. Ini karena Saya asli Lamongan, jadi tidak makan lele," ujar Fadeli.

Dari sisi sejarah, lanjut Priyo, dalam Prasasti Jayanegara 1 atau Prasasti Walambangan yang ditemukan di Lamongan, diketahui adanya pemujaan kepada 'hyang iwak' (ikan sakti) oleh masyarakat Lamongan Kuno. Diduga, kata Priyo, dikarenakan masyarakat Lamongan zaman dulu hidupnya bergantung pada sungai, tambak dan rawa.

"Pemujaan kepada ikan sakti dapat diketahui bersumber dari Prasasti Jayanegara I atau Prasasti Walambangan yang ditemukan di Lamongan. Dalam hal ini ikan yang dimaksud itu diterjemahkan sebagai ikan lele dalam kisah berikutnya yang muncul pada masa Sunan Giri," terang Priyo.

Mitos yang berkembang di masyarakat, warga yang melanggar pantangan ini akan sakit seperti gatal-gatal atau ada bercak putih di kulit seperti lele. Pemerhati budaya Lamongan, Supriyo membenarkan mitos yang ada di masyarakat Lamongan terkait pantangan makan lele ini.

"Mitos atau kepercayaan yang ada di masyarakat memang semacam itu," kata Priyo.

Pantangan makan lele ini diakui oleh Mahrus, warga Kecamatan Kalitengah. Ia mengaku sudah sejak lama keluarganya tak makan lele. Mahrus menuturkan, mitos ini sudah ia dapatkan secara turun temurun namun ia sendiri tidak pernah melihat sendiri jika pantangan itu dilanggar.

"Saya sendiri tidak pernah makan lele, tapi kalau yang melanggar pantangan katanya kulitnya bisa seperti lele, ada bercak-bercak putih gitu," kata Mahrus.

Hal yang sama juga dikatakan oleh Udin, warga Glagah. Udin mengatakan, sampai hari ini ia tidak pernah makan ikan lele karena orang tuanya juga melakukan hal yang sama. Bila pantangan ini dilanggar, kata Udin, ada yang sakit kulit seperti kulitnya ada bercak putih.

"Tapi semua kembali pada keyakinan masing-masing dan jangan sampai mitos ini mengurangi keyakinan kita bahwa semua yang terjadi akan takdir manusia hanya Allah SWT penciptanya," pungkasnya.



sumber
 
Back
Top