Kesalahan dalam Bergaul di Kalangan Generasi Milenial

spirit

Mod
153295332.jpg

Pergaulan bebas yakni suatu hal yang menyimpang, yang dimana kalangan generasi milenial sangat mudah terpengaruh terhadap budaya Barat, yang mengakibatkan pergaulan yang tidak baik dikalangan generasi milenial ini.

Pergaulan bebas bisa disebabkan karena yang pertama sangat kurangnya perhatian dari orang tua dan keluarga, yang kedua kurangnya pemahaman nilai agama yang seharusnya sudah diajarkan sejak kecil. Sehingga tidak mengakibatkan kerugian seperti kehamilan diluar nikah.

Sangat jelas pergaulan bebas dikalangan generasi milenial ini, benar-benar memprihatinkan yang dimana kehamilan pada remaja mengakibatkan dampak buruk bagi ibu dan anak yang sedang dikandungnya.

Belum lagi dengan adanya omongan atau cibiran yang akan diterima oleh si keluarga. Meskipun banyak juga sebagian orang yang tidak malu dengan hal itu.

Mungkin banyak dilingkungan masyarakat mengenai kesalahan bergaul ini. Tanpa disadari masalah ini sudah menjadi hal biasa dikalangan generasi milenial.

Terus terang pertama kali mendengar, membaca, menonton masalah pergaulan ini sungguh sangat menggoreskan hati, betapa sakit nya hati orang tua yang sudah melahirkan anaknya, tapi justru anaknya tidak memikirkan orangtua nya.

Miris hati ini dengan gampang nya remaja melakukan hal yang hanya merugikan diri sendiri dan keluarga, dimana pikiran remaja saat ini? Apa menurut remaja sekarang hal ini justru suatu kebanggaan dikalangan milenial ini?

Salah jika generasi milenial ini menganggap ini suatu kebanggaan, dimana letak kebanggaan itu, justru hal ini lah yang membuat hati orangtua kecewa karena menurutnya ia sudah gagal dalam membesarkan anaknya.

Sebagai anak wajib untuk membahagiakan kedua orangtuanya, memberikan yang terbaik untuk orangtua. Karena orangtua tidak pernah meminta apapun dari anaknya, tapi anaklah yang harus memberikan kebahagiaan untuk orangtua dan keluarga.

Pergaulan bebas dapat diatasi apabila orangtua dan keluarga ikut serta dalam memperbaiki diri anak, orang tua bisa mengarahkan pergaulannya dan memberikan suasana dirumah yang harmonis agar anak tidak terjebak dalam pergaulan bebas saat ini.




~kompasiana
 
df2a7ed440cc606373bec820ab188cbf_600x400.jpg

7 Sifat Millennial yang Paling Bikin Resah Orangtua

Salah satu karakter yang kentara dari generasi ini adalah daya konsumtif yang tinggi yang disebabkan pergeseran gaya hidup yang signifikan. Banyak dari kita yang belum paham bahwa hal ini ternyata membuat para orangtua cukup resah. Meski terlihat santai saja, tapi sebenarnya para orangtua memendam rasa khawatir pada perilaku yang dilakukan generasi millennial sekarang. Biar kamu juga bisa merasakan apa yang Ayah Ibu rasakan di rumah, coba simak beberapa hal di bawah ini!

1. Gaya hidup konsumtif

Generasi millennial pada umumnya lebih melek teknologi dan cenderung memiliki pendidikan yang lebih tinggi dari generasi sebelumnya. Millennial juga erat kaitannya dengan personal branding, cara untuk membentuk image sedemikian rupa dengan tujuan meningkatkan status sosial yang begitu penting bagi mereka. Hal ini yang membuatnya melakukan berbagai cara agar berhasil menaikkan level mereka secara sosial, salah satu yang bisa dilakukan dan merupakan karakteristik yang paling kentara adalah gaya hidup yang lebih konsumtif.

Sebenarnya gak ada yang salah ketika apa yang dibeli, termasuk berbagai produk dari online shop serta gadget terbaru adalah murni pakai uang sendiri. Tapi jika masih meminta orangtua, sepertinya generasi millennial sekarang harus lebih peka. Meski orangtua gak pernah mengeluh saat dimintai uang jajan, dalam hati mereka sebenarnya banyak kebutuhan yang masih harus dipenuhi. Kamu yang termasuk generasi millennial juga perlu tahu hal ini.

2. Maunya serba yang praktis dan langsung jadi

Adanya pemanfaatan teknologi digital yang semakin pesat membuat para millennial lebih memilih sesuatu yang serba instan. Millennial pada hakikatnya tidak mau ambil pusing berbagai hal yang mungkin perlu dipertimbangkan. Pemikirannya serba cepat dan kadang mengabaikan pendapat yang diberikan orangtua. Seperti contoh kecilnya ketika ingin membuka usaha dan memulai karier sebagai seorang digital entrepeneur muda.

Banyak aspek yang perlu dipertimbangkan dan dalam hal ini orangtua yang berperan sebagai penanam modal juga akan memberikan masukan. Para millennial perlu belajar bahwa membuka usaha itu tidak semudah yang terlihat di berbagai produk iklan di social media yang tampak menggiurkan buat dilakoni. Kadang restu orangtua lah yang paling dibutuhkan dalam hal ini.

3. Hobi travelling, tapi pake duit orangtua

Ini nih salah satu hal yang paling meresahkan orangtua di rumah. Buat memenuhi feed instagramnya, para millennial rela merogoh kocek yang gak sedikit untuk berkeliling negeri bahkan luar negeri dengan alasan liburan atau melepas penat. Sah-sah saja sih kalau memakai duit sendiri dari hasil kerja, tapi kalau masih minta orangtua sepertinya hal tersebut kurang etis buat dilakukan.

Millennial identik dengan attention seeker yang dalam hal ini akan melakukan berbagai cara supaya dapat perhatian secara sosial, termasuk dengan cara travelling. Sepertinya para millennial perlu memahami kerja keras orangtua terlebih dahulu baru memutuskan buat memenuhi keinginannya mendapatkan pengakuan dari orang lain.

4. Kesopanan dan rasa hormat yang mulai meluntur

Nilai moral pada generasi millennial mulai memudar karena pesatnya arus informasi yang menyugesti mereka ke arah pemikiran liberal. Karakteristik mereka yang cenderung bebas dan punya pemikiran sendiri ini seringkali membuat para orangtua gundah. Meski gak secara langsung diungkapkan, orangtua sebenarnya takut jika anaknya memiliki pemikiran bebas dan kesopanan yang mulai meluntur.

5. Alergi dengan pekerjaan rumah

Millennial rata-rata memiliki waktu yang boros untuk berada di depan PC, smartphone tablet, dan televisi setiap harinya. Tercatat bahwa angka tersebut meningkat 17 kali per jam dari generasi sebelumnya. Hal ini juga jadi penyebab kenapa para millennial alergi buat melakukan pekerjaan rumah seperti sekadar membantu mencuci atau membersihkan rumah.

Seringkali mereka bakal mencari alasan yang beragam saat dimintai bantuan Ibu, ada yang menunda dan bilang masih membalas chat atau melanjutnya streaming video di youtube. Kamu juga gak nih?

6. Apatis terhadap dunia nyata, termasuk interaksi keluarga

Bukan hanya kepekaan dan gaya interaksi di dunia nyata yang mulai berkurang, tapi juga komunikasi di lingkungan rumah, keluarga, ataupun tetangga yang makin diabaikan. Para millennial boleh jadi punya ratusan teman dan ribuan followers di instagram, tapi siapa yang tahu jika teman mereka di dunia nyata cuma bisa dihitung jari. Hal ini juga salah satu perilaku yang membuat resah orangtua karena tahu bahwa anaknya kurang bisa bersosialisasi di dunia nyata.

7. Lebih mendengarkan komentar orang lain daripada arahan orangtua

Untuk mendapatkan personal branding yang diinginkan, para millennial selalu terpacu buat menuai komentar atau review positif dari orang lain. Jika personality yang dimiliki mereka tidak kuat, bukan tidak mungkin social media pressure atau stress karena komentar negatif di media sosial akan membuat mereka depresi. Dalam hal ini, terkadang para millennial mengabaikan arahan orangtua sehingga hal buruk seperti ini kerap terjadi.

Jadi, apakah kamu sudah lebih mengerti kekhawatiran orangtua saat ini? Mereka hanya ingin melihat anaknya bisa menjaga kepercayaan yang telah diberikan untuk eksplorasi diri. Sudah sepatutnya kita sebagai generasi millennial bisa memahami hal ini ya.




~idntimes.com
 
Back
Top