Review Film Joker

hardlen

New member
Film Joker (2019) yang rilis pada awal bulan Oktober ini berhasil memikat banyak orang untuk menontonnya. Joker berfokus pada kisah kehidupan asli yang belum pernah terlihat di layar lebar sebelumnya. Musuh utama dari Batman tersebut terlihat menjalani hidup yang sangat gundah.

Dalam film berdurasi 122 menit ini, Joker yang memiliki nama asli Arthur Fleck (Joaquin Phoenix) mengalami sejumlah kekerasan fisik dan mental yang kerap ia terima.

Memiliki mimpi menjadi seorang komedian tunggal yang dapat membuat orang menontonnya tertawa, nyatanya tidak dicapai oleh Fleck. Kota Gotham yang merupakan tempat tinggalnya pun berada pada era krisis yang diisi oleh berbagai kejahatan dan kerusuhan.

Berbagai macam konflik sosial seperti kondisi kesehatan mental, ketimpangan sosial, keretakan hubungan keluarga, sampai soal bobroknya politik pemerintahan ditampilkan di dalam film ini.

Suasana gelap dan menyedihkan dalam film ini juga tampaknya tidak baik untuk disaksikan mereka yang memiliki masalah kesehatan mental atau depresi. Jika ingin menontonnya, sangat dianjurkan untuk meminta dampingan dari orang terdekat.

Joker memperlihatkan bahwa seseorang yang mengalami kurangnya rasa kasih sayang, penerimaan, penghargaan, rasa hormat dan perlakuan baik dari orang-orang di sekelilingnya bisa memperoleh dampak yang sangat buruk darinya, seperti kondisi depresi yang terus menggerogoti tubuh dan pikirannya.

Sejumlah kekerasan fisik yang muncul di beberapa adegan film ini juga dapat membuat orang yang menontonnya menjadi diam dan terpaku.

Untuk menonton film Joker, Anda harus dengan matang dapat menerima pesan yang terkandung di dalamnya. Perubahan kejiwaan Fleck yang tertindas menjadi sosok Joker yang kerap menghilangkan nyawa orang tanpa merasakan apa-apa juga pantut Anda cerna dengan baik.


Sumber: CNNIndonesia.com
 
Back
Top