Pesona Telaga Dewi di Ketinggian Gunung Singgalang

spirit

Mod
Yobby%2B-Telaga%2BDewi%2B%25282%2529.jpg


GUNUNG yang satu ini tingginya 2.877 meter di atas permukaan laut (mdpl). Lokasinya di Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Ya, Gunung Singgalang memiliki keindahan tersendiri, dan Yobi Ananda Putra, mahasiswa Universitas UPI YPTK Padang tertarik mengeksplorari keindahannya bersama kawannya pada September 2015.

Ya, saya memulai pendakian 12 September 2015, pukul 08.00 WIB. Kami start dari Padang menggunakan sepeda motor. Saya tertarik menanjak Gunung Singgalang karena sebelumnya sudah pernah ke Gunung Merapi (2.891 mdpl), Gunung Talang (2.597 mdpl), dan Gunung Kerinci (3.805 mdpl).

Perjalanan dari Kota Padang ke rute pendakian awal Singgalang di Koto Baru memakan waktu dua jam. Saya bersama kawan-kawan mematok Rp 70.000 per orang. Dari Padang ke Koto Baru berjumlah delapan orang. Ditambah lagi pendaki dari Pariaman yang sudah menunggu di Koto Baru berjumlah empat orang, sehingga total semuanya lebih kurang Rp 770.000 untuk 11 orang.

Pendakian ke Gunung Singgalang bisa melewati tiga jalur, yakni Jalur Toboh, Jalur Balingka, dan Jalur Koto Baru, saya dan teman-teman memilih Jalur Koto Baru karena jalur ini yang sering digunakan oleh pendaki. Jalur Koto Baru berada di antara Bukittinggi dan Padang Panjang. Jika ingin menggunakan travel dari Kota Padang, tinggal mencegatnya di sekitaran Basko Grand Mall dan ongkosnya tidaklah mahal, sekitar Rp 22.000 saja.

Sebelum mendaki, kami wajib melapor ke Posko Pendakian dan membayar retribusi Rp 7.000 per orang. Perjalanan dimulai, cuaca hari itu cukup mendukung, cerah berawan. Saya dan kawan-kawan merasakan perbedaan saat menanjak Gunung Singgalang. Menurut saya, Gunung Singgalang medannya lebih berat daripada Gunung Kerinci. Dari awal mula menanjak saja, saya disuruh nanjak atau istilah kami sudah mendapatkan (jackpot), hanya sedikit jalan datarnya.

Di Kerinci sendiri terkenal dengan jalur shelter 3 nya, kalau Singgalang dari start sampai telaga nanjak terus, hanya sedikit jalur datarnya. Saran saya untuk pendaki pemula, alangkah baiknya jangan mendaki Gunung Singgalang pertama dulu.

Di tengah tanjakan Gunung Singgalang, terdapat sebuah tugu yang dinamai Tugu Galapagos, tugu ini dibuat untuk mengenang hilangnya salah satu siswa pecinta alam SMAN 1 Padang pada tahun 1990-an. Usai tanjakan selanjutnya kita akan melewati hutan lumut, melewati hutan lumut ini harus berhati-hati, kalau tidak hati-hati bisa tergelincir. Setelah melewati hutan lumut maka sampailah di Telaga Dewi yang ditunggu-tunggu.

Saya sampai di Telaga Dewi, 12 September 2015, kisaran pukul 19.00 WIB. Jadi, kami belum bisa melihat Telaga Dewi karena hari sudah malam, harus menunggu esok paginya. Telaga Dewi berada pada ketinggian 2765 mdpl dan merupakan bekas kawah mati. Kami lalu mendirikan tenda, membuat makanan, berbicang-bincang, lalu beristirahat.

Esok paginya, 13 September 2015, saya bangun pukul 06.00 WIB, namun masih belum bisa juga melihat Telaga Dewi karena masih gelap dan terhalang kabut, jadi harus menunggu di camp lagi hingga matahari datang.

Butuh waktu tiga jam untuk menunggu dari dalam camp, dan saya kaget saat ada pendaki lain yang bersorak-sorak di luar. Waktu saya keluar, saya hanya bisa terpana melihat Telaga Dewi. Benar-benar indah dan menakjubkan, sangat-sangat di luar dugaan.

Di Telaga Dewi, ada aturan bahwa tidak boleh mengotori air telaga karena air telaga tersebut merupakan sumber utama untuk para pendaki, dan satu lagi yang paling penting, menjaga ucapan, karena ucapan sangat berpengaruh di alam bebas. Setelah puas melihat pemandangan, kami lanjut ke puncak Gunung Singgalang yang hanya menempuh waktu 30 menit perjalanan dari Telaga Dewi.

Yobby%2B-Telaga%2BDewi%2B%25283%2529.jpg

Kesan yang didapatkan pada waktu berkunjung di Telaga Dewi Gunung Singgalang, semua tenaga keringat yang bercucuran terabayar lunas. Saya sendiri ingin mendaki gunung yang sudah saya tergetkan dan Alhamdulillah 4 dari 8 target sudah saya tanjaki.

Peralatan yang saya bawa sewaktu mendaki adalah keril, camp, matras, kompor, gas, nesting, senter atau headlamp, dan minyak tanah. Untuk perlindungan diri yang wajib dibawa seperti parang, sebo/ kupluk, jaket, kaus kaki, sarung tangan, P3K, kalau perlu kain sarung juga dibawa.




 
Usai tanjakan selanjutnya kita akan melewati hutan lumut, melewati hutan lumut ini harus berhati-hati, kalau tidak hati-hati bisa tergelincir.

Penasaran sama hutan lumutnya... Udah mendaki gunung 3 kali tapi belum pernah liat hutan lumut, pasti bagus banget ya? Eh, tapi dulu waktu pertama kali saya muncak gunung hampir mati 2 kali deng, salah satunya karena tergelincir juga... Jadi pikir-pikir lagi kalau mau cari hutan lumut...
 
Penasaran sama hutan lumutnya... Udah mendaki gunung 3 kali tapi belum pernah liat hutan lumut, pasti bagus banget ya? Eh, tapi dulu waktu pertama kali saya muncak gunung hampir mati 2 kali deng, salah satunya karena tergelincir juga... Jadi pikir-pikir lagi kalau mau cari hutan lumut...
itu bisa jd krn menggunakan sepatu yg kurang safety. bkn sepatu treking atau tapaknya sudah rendah geriginya
 
Back
Top