Mahfud Anggap Benny Wenda Buat Negara Ilusi

spirit

Mod
w1200

Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam), Mahfud MD​

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan Mahfud MD menganggap Benny Wenda membuat negara ilusi dengan deklarasi pemerintahan sementara di Papua Barat yang dipimpinnya sendiri sebagai presiden. "Menurut kami, Benny Wenda ini membuat negara ilusi, negara yang tidak ada dalam faktanya. Negara Papua Barat itu apa?" kata Mahfud, di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Kamis (3/12).

Mahfud menjelaskan syarat berdirinya sebuah negara setidaknya ada tiga, yakni rakyat, wilayah, dan pemerintah, serta ditambah pengakuan dari negara lain. "Negara itu syaratnya ada tiga. Syarat itu ada rakyat yang dia kuasai, ada wilayah dia kuasai, kemudian ada pemerintah. Dia tidak ada. Rakyatnya siapa? Dia memberontak. Wilayahnya kita menguasai. Pemerintah, siapa yang mengakui dia pemerintah? Orang Papua sendiri tidak juga mengakui," ucapnya.

Kemudian, syarat lain adanya pengakuan dari negara lain dan masuk dalam organisasi internasional. "Dia tidak ada yang mengakui. Memang didukung satu negara kecil di Pasifik, namanya Vanuatu. Tapi kecil itu daripada ratusan negara besar, Vanuatu kan kecil dan tidak masuk juga ke organisasi internasional, hanya disuarakan secara politik," tutur Mahfud.

Selain itu, Mahfud mengingatkan, Papua melalui referendum pada 1969 sudah final dan sah menjadi bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Ia menjelaskan referendum yang berlangsung pada November 1969 tersebut disahkan Majelis Umum PBB bahwa Papua itu adalah sah bagian dari kedaulatan Indonesia.

"Karena itu tidak akan ada (referendum) lagi, PBB tidak mungkin membuat keputusan dua kali dari hal yang sama atau terhadap hal yang sama," ujarnya.

Selain itu, kata dia, Papua sejak 1969 tidak masuk dalam daftar Komite 24 PBB, yakni daftar negara-negara yang dianggap memiliki peluang dan mandiri untuk merdeka. Papua berbeda dengan Timor Timur.

"Kalau Timor-Timur memang ada, tetapi Papua tidak ada. Sejak 1969 tidak masuk di komite 24 itu," kata Mahfud menegaskan.

Lebih dari itu, kata dia, Benny Wenda adalah seorang narapidana atau seorang yang sudah dijatuhi hukuman pidana di Indonesia 15 tahun karena tindakan kriminal, tetapi kabur. "Sehingga dia sekarang tidak punya kewarganegaraan, di Inggris dia tamu, di Indonesia dia sudah dicabut kewarganegaraan. Lalu bagaimana dia memimpin negaranya? Itu yang saya katakan negara ilusi yang dia bangun," tutur Mahfud MD.

Sebab itu, Mahfud meminta masyarakat tidak perlu takut dengan deklarasi negara ilusi yang dilakukan oleh Benny Wenda melalui media sosial Twitter. "Itu kan ilusi saja. Apalagi, deklarasi kemerdekaan melalui Twitter. Kenapa kita harus ribut, orang saya tiap hari Twitter-an juga. Tidak perlu panik, tapi tetap saja karena pengaruhnya terhadap orang di situ, merasa terpengaruh, ada pengikutnya, ini ada gakum (penegakan hukum) nanti," kata Mahfud.

.
 
Profil Benny Wenda yang Didaulat Jadi Presiden Papua Barat Merdeka

92020dba-db8f-4842-927c-69dc2fee6e9f_43.jpeg

Foto: BBC Indonesia/Profil Benny Wenda yang Didaulat Jadi Presiden Papua Barat Merdeka​

Organisasi United Liberation Movement for West Papua (ULMWP) mendeklarasikan pembentukan pemerintahan sementara Papua Barat Merdeka dengan presiden Benny Wenda.

Pengumuman Benny Wenda sebagai presiden dilakukan di akun Twitter miliknya pada Selasa (1/12/2020) lalu.

Pengumuman sepihak ini dilakukan bersamaan dengan tanggal yang diklaim sebagai hari kemerdekaan Papua Barat oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM).

"Today, we announce the formation of our Provisional Government of #WestPapua. From today, December 1, 2020, we begin implementing our own constitution and reclaiming our sovereign land," tulis Benny Wenda dalam akun Twitternya.

Benny Wenda merupakan putra dari Suku Lani di Lembah Baliem, Papua. Tidak diketahui pasti tanggal berapa ia lahir.

Tetapi dalam situs pribadi miliknya bennywenda.org, ia menulis bahwa lahir di tahun 1970-an.

Masa kecilnya dihabiskan di alam pegunungan. Benny Wenda menyebut dirinya sering membantu sang ibun merawat kebun.

Hanya saja, ia mengaku masa kecilnya dipenuhi dengan kekerasan dari para tentara.

"Setiap hari perempuan Papua harus melapor ke pos militer untuk menyediakan makanan dari kebun mereka, dan membersihkan serta memasak untuk tentara. Kekerasan, rasisme, dan kepatuhan yang dipaksakan menjadi bagian dari rutinitas sehari-hari," tulis dia dalam laman pribadinya.

Walaupun tinggal di dalam hutan, Benny Wenda juga menempuh pendidikan.

Saat duduk di bangku SMA, hanya ia dan temannya yang merupakan orang Papua asli. Sedangkan lainnya, merupakan anak transmigran dari Jawa dan Sulawesi.

Saat di sekolah itu, Benny Wenda mengaku diludahi oleh teman sebangkunya karena berkulit hitam.

Peristiwa itu yang akhirnya membuat Benny Wenda mengambil peran dalam kepemimpinan di Papua.



 
Back
Top