Soal Masuk Mal Pakai Kartu Vaksin, Satgas Sebut sebagai Percobaan New Normal

spirit

Mod
w1200

Suara.com - Pemberlakuan peraturan terkait dengan pencegahan infeksi Covid-19 terus berubah. Belum lama ini, pemerintah Indonesia memberikan aturan baru untuk syarat masuk mal, yakni menunjukkan kartu vaksin sebagai bukti sudah vaksinasi.

Menurut Menteri Koordinator Luhut Binsar Pandjaitan, peraturan ini adalah uji coba pembukaan mal secara bertahap. Hal ini juga dinyatakan oleh Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito.

"Peraturan ini (kartu vaksin untuk masuk mal) adalah percobaan untuk minggu ini, tentu saja menantang," kata Prof Wiku dalam Briefing Media Intersional secara virtual yang diselenggarakan pada Kamis (12/8/2021).

"Ini adalah bagian dari new normal yang sedang kita coba untuk memastikan bahwa ekonomi dan kontrol kesehatan bisa bekerja beriringan," imbuhnya.

w1200

Angka vaksinasi di Indonesia sendiri meski masih jauh dari harapan namun tetap terus naik jumlahnya. Setidaknya per 12 Agustus 2021, sudah 51,8 juta orang mendapatkan vaksin pertama.

Terkait dengan vaksin booster, Wiku menyatakan bahwa vaksin tambahan tersebut baru akan diberikan pada tenaga kesehatan.

"Sejauh ini, vaksinasi booster diprioritaskan untuk tenaga medis dan asisten tenaga medis, termasuk orang yang berkontribusi di fasilitas kesehatan," kata Wiku.

"Vaksin booster yang digunakan adalah moderna dan sejauh ini pemerintah masih fokus pada pemerataan vaksinasi ke masyarakat umum," imbuhnya.

Sementara terkait dengan vaksin merah putih, ia menyatakan masih dalam fase pre-clinical dan percobaan industrial.


.
 
w1200

Sertifikat atau kartu vaksin kini menjadi syarat wajib masyarakat untuk berkegiatan, mulai dari mobilisasi dengan transportasi umum hingga mengunjungi pusat perbelanjaan atau mal.

Saat ini, pemerintah masih fokus untuk memenuhi kebutuhan vaksinasi corona bagi WNI. Lantas, bagaimana dengan nasib para warga negara asing (WNA) yang menetap di Indonesia?

Juru bicara Satgas Penanganan COVID-19, Prof Wiku Adisasmito, menyampaikan vaksin corona untuk WNA saat ini juga tersedia gratis. Namun, hanya WNA dengan kriteria khusus yang bisa mendapatkannya.

"Program vaksin bagi orang asing yang berada di Indonesia terus dilakukan melalui skema program gratis khusus bagi mereka yang berusia di atas 60 tahun, pendidik, tenaga kependidikan, dan orang asing tertentu," jelas Wiku dalam keterangan pers virtual, Kamis (12/8).

Ia menjelaskan, WNA yang baru tiba di Indonesia juga bisa mendapatkan vaksinasi corona. Terutama khusus bagi mereka yang memiliki Kartu Izin Tinggal Sementara (KITAS) dan Kartu Izin Tinggal Tetap (KITAP) berusia 17-70 tahun.

"Selain itu, program vaksinasi juga dilakukan bagi warga negara asing yang baru tiba di Indonesia, dengan berbekal izin tinggal diplomatik yang diterima dan izin tinggal dinas bagi pemegang KITAS atau KITAP dan berusia antara 12-70 tahun," kata dia.

w1200

Hal senada juga sebelumnya disampaikan oleh juru bicara Menko Marves Luhut, Jodi Mahardi. Menurut Jodi, WNA khususnya Tenaga Kerja Asing (TKA) akan divaksinasi setelah terbukti negatif tes PCR dan menjalani karantina mandiri.

"WNA yang sudah lebih dulu tiba di Indonesia dan belum dapat akses vaksin akan segera diberikan akses ke Vaksin Gotong Royong yang dalam waktu dekat akan disiapkan aturan bakunya," kata Jodi, Jumat (2/7).

Pemerintah sempat mencanangkan program Vaksin Gotong Royong individu berbayar. Program ini salah satunya menyasar target bagi para WNA di Indonesia yang hendak memperoleh vaksin, tetapi tak masuk dalam kriteria seperti yang telah dijelaskan. Namun, program tersebut telah resmi dibatalkan oleh Menteri Kesehatan.

 
w1200

Harga Tes PCR di New Delhi India Rp 96 Ribu, Bagaimana di Negara-negara Lain?

Pemerintah India memutuskan untuk memangkas harga tes PCR (polymerase chain reaction) hingga ratusan Rupee.

Sebelumnya, harga tes PCR di Kota New Delhi sebesar 800 Rupee atau setara Rp 154.986. Kini, harga tes PCR hanya 500 Rupee atau setara Rp 96.841.

Keputusan Pemerintah New Delhi di India ini diambil untuk mempermudah akses seluruh warga dalam pemeriksaaan COVID-19. Seluruh laboratorium dan rumah sakit diperintahkan untuk mematuhi instruksi penetapan harga ini.

Harga tes PCR memang diketahui jauh lebih tinggi dibandingkan tes-tes corona lainnya, seperti tes rapid antibodi atau rapid antigen dengan metode swab.

Lalu, bagaimana dengan harga tes PCR di sejumlah negara lain? kumparan telah menelusuri biaya tes corona ini dari sejumlah sumber.

Di Amerika Serikat, harga rata-rata tes PCR menurut penelitian oleh Peterson-KFF mencapai 148 USD, atau setara dengan Rp 2.127.056. Untuk cakupan harga dari 93 rumah sakit yang berbeda ada di kisaran 20 USD - 1.419 USD, atau Rp 287.440 - Rp 20.393.868.

w1200

Seorang petugas kesehatan mengumpulkan sampel swab PCR di Chennai, India. Foto: Arun SANKAR/AFP

Sedangkan di Inggris, dikutip dari BBC, rata-rata biaya tes PCR mencapai 75 Poundsterling per orang, atau sekitar Rp 1.488.424. Tetapi harga tes ini tidak selalu sama di setiap laboratorium atau klinik Inggris.

Terdapat sejumlah laporan yang menunjukkan harga tes sebesar 20 Poundsterling, atau setara dengan Rp 396.913, dan ada yang mencapai di atas 500 Poundsterling atau Rp 9.922.828

Di Prancis, harga tes PCR yang ditawarkan mencapai 49 Euro atau sekitar Rp 826.798, sementara di Jerman, harganya berkisar 69-169 Euro, setara dengan Rp 1.164.267-Rp 2.851.610.

Sementara di sejumlah negara Asia Tenggara, rata-rata harga tes PCR berada di atas Rp 1 juta, kecuali Malaysia yang telah menetapkan harga tertingginya di bawah Rp 1 juta.

Di Malaysia, dikutip dari New Straits Times, Pemerintah setempat menetapkan harga tertinggi tes PCR sebesar 150 Ringgit, atau sekitar Rp 509.012 di Semenanjung Malaysia.

Sementara di Sabah dan Sarawak, biaya tertinggi dipatok 200 Ringgit, atau Rp 678.682. Tetapi, biaya di laboratorium swasta bisa lebih tinggi lagi.

w1200

Petugas medis melakukan test swab pada seorang pekerja migran di Singapura. Foto: REUTERS / Edgar Su

Di Singapura, menurut situs resmi SafeTravel Singapura, harga tes di sejumlah lokasi seperti di Bandara Changi, Tanah Merah, dan Woodlands, biayanya mencapai 160 SGD atau setara dengan Rp 1.693.578.

Harga tes PCR di Thailand tergolong cukup tinggi. Dikutip dari sejumlah situs klinik dan rumah sakit di Kota Bangkok, biaya berkisar antara 3.000 sampai 6.500 Baht, atau setara dengan Rp 1.298.355 sampai Rp 2.813.104.

Sementara di Filipina, Kementerian Kesehatan telah mematok harga tertinggi tes PCR sebesar 5.000 Peso, setara dengan Rp 1.426.862 untuk laboratorium swasta, dan 3.800 Peso atau Rp 1.084.415 untuk lab umum. Tetapi, harga masih bisa berubah-ubah mengikuti perkembangan ekonomi negaranya.

Jika dibandingkan, ternyata tes PCR di Indonesia masih lebih rendah dibandingkan negara-negara tersebut. Kemenkes RI mematok harga tertinggi tes PCR, termasuk pengambilan swab, sebesar Rp 900.000.

Sementara menurut penelusuran harga yang dilakukan kumparan secara daring, beberapa klinik, rumah sakit, dan lab di Jakarta memungut biaya sebesar Rp 650.000 sampai Rp 700.000.


 
Back
Top