Ketahui Apa Itu Posesif

spirit

Mod
ciri-ciri-sifat-posesif.jpg

Merdeka.com - Posesif adalah sebuah sifat negatif yang sering ditampilkan dalam sebuah hubungan romantis. Posesif terhadap pasangan biasanya hanya akan merusak atau memperburuk hubungan percintaan. Ada banyak alasan pasangan menjadi posesif, seperti di antaranya memiliki masalah kepercayaan, cemburu, atau memiliki harga diri yang rendah.

Sifat posesif menunjukkan keadaan pikiran mania di mana seseorang tidak dapat menerima untuk berbagi hal atau orang yang dia obsesikan. Di sini, kata 'mania' digunakan karena menunjukkan ekstremitas dari kondisi tersebut. Sifat posesif bisa tertuju pada segala apapun itu, tak hanya terbatas pada manusia. Sifat ini diindikasikan sebagai kelemahan.

Sifat posesif muncul dari rasa tidak aman dan perasaan ragu-ragu lainnya. Posesif mencerminkan harga diri yang terluka dan rasa rendah diri. Ini adalah emosi yang sangat berbahaya, terutama dalam hubungan. Karena jika tidak dikendalikan, sifat ini pada akhirnya hanya akan membawa kerusakan.

Berikut lebih lanjut mengenai apa itu posesif dan mengapa sifat tersebut hanya akan berdampak negatif apabila tidak segera dihentikan. Lengkap disertai dengan bagaimana cara mengatasi apa itu posesif agar Anda terhindar dari bahayanya.

Mengenal Apa Itu Posesif

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti dari apa itu posesif adalah bersifat merasa menjadi pemilik; mempunyai sifat cemburu. Posesif adalah suatu sikap yang ditunjukkan untuk mengontrol kehidupan atau mendominasi sesuatu atau seseorang dan rasa ingin memiliki pasangan secara berlebihan.

Sikap ini dapat berupa tindakan pasif seperti perasaan tidak senang dan kesal sampai tindakan agresif seperti menyerang pasangan. Hal ini dapat mencakup kepemilikan yang ketat atau beberapa jenis lain dari hubungannya dengan tingkat besar atau lebih kecil.

Sikap berpacaran posesif dapat terjadi pada saat seseorang sedang berada dalam posisi selalu ingin tahu tentang pasangannya dan membatasi setiap ruang gerak pasangan karena rasa takut kehilangan atau mempunyai perasaan ‘memiliki’ yang terlalu tinggi (Fitriani, 2013: 1), seperti yang dikutip dalam publikasi oleh Universitas Udayana.

Menurut Goldie (2002), posesif yang tidak sehat dan berlebihan tidak hanya melibatkan dorongan yang kuat untuk menjaga orang yang dicintai tetapi juga kebutuhan kompulsif untuk mengendalikan pikiran dan perasaan pasangannya. Dengan kata lain, pasangan posesif ingin menjadi satu-satunya sumber kebahagiaan dari pasangan ataupun hubungannya dan akibatnya marah jika pasangannya memiliki kepentingan lain juga.

Orang dengan kecenderungan posesif biasanya menderita rasa percaya diri yang rendah dan karena itu cenderung terus waspada. Ini adalah keyakinan bahwa posesif parah dapat seperti suatu lingkaran setan di mana pasangan akan berjuang keras untuk membebaskan dirinya.

Akibatnya, posesif membuat lebih sulit untuk mengembangkan perasaan saling cinta. Nelson (1997), yang setuju dengan pandangan Hauck dan Goldie, menyatakan bahwa pasangan posesif berasal dari individu egois yang hanya peduli tentang diri mereka sendiri.

Dampak Negatif Sifat Posesif

Posesif menunjukkan keadaan di mana seseorang tidak bisa menerima untuk berbagi suatu hal dengan orang sekitar. Tidak ada seorang pun di dunia ini bebas dari kepemilikan karena semua orang memiliki sesuatu dalam hidupnya, tetapi yang menjadi masalah adalah ketika seseorang mulai mendapatkan kecanduan dan keinginan akan suatu hal atau bahkan obsesi pada seseorang.

Posesif juga dapat mencerminkan kelemahan seseorang. Posesif hanya akan menimbulkan banyak emosi seperti rasa takut, iri hati, amarah dan banyak lagi. Oleh karena itu, orang yang terjerumus dalam apa itu posesif tidak pernah bisa tetap bahagia, mereka bahkan selalu dan takut dan selalu merasa akan ditinggalkan oleh orang yang dicintainya.

Sisi negatif dari hubungan yang memiliki sikap posesif akan berdampak pada kesehatan psikologis, yang selanjutnya akan berujung pada terjadinya kekerasan dalam hubungan berpacaran (Albantani, 2018). Kekerasan tersebut dapat berupa kekerasan verbal yang dapat membuat pasangan merasakan depresi akibat dari adanya tekanan yang datang dari pasangannya, perasaan kecewa, ketakutan dan kemarahan yang tidak dapat mereka ungkapkan (Luhulima, dalam Nurhaniyah, 2016: 3).

Cara Mengatasi Sifat Posesif

Anda mungkin tidak langsung menyadarinya jika pasangan Anda memiliki sifat posesif. Bahkan awalnya, kebanyakan pasangan memandang tindakan posesif tahap awal sebagai perhatian yang manis, dan berpikir bahwa pasangan sedang mengutamakan kepentingan Anda di atas segalanya.

Tetapi, momen-momen ini dapat berubah menjadi racun seiring berjalannya waktu, untuk itu sebaiknya cepat dihentikan. Berikut beberapa cara mengatasi sifat posesif yang bisa Anda coba, melansir dari lifehack.org:

1. Lupakan masa lalu.

Mungkin Anda pernah ditipu atau dibohongi sebelumnya, tetapi saat ini Anda sedang menjalani hubungan yang baru. Jangan biarkan masa lalu merusak apa yang Anda miliki sekarang.

2. Jangan terlalu berlebihan.

Semakin Anda khawatir pasangan tidak mencintai atau tidak jujur kepada Anda, semakin Anda akan mendorongnya menjauh. Anda harus memiliki kepercayaan bahwa Anda dicintai oleh pasangan karena ia telah memilih untuk menjalin hubungan dengan Anda.

3. Jalani hidup Anda sendiri.

Jika Anda memiliki pekerjaan sendiri, hobi sendiri, dan kehidupan sosial sendiri, Anda akan menjadi orang yang lebih menarik bagi pasangan. Menghabiskan waktu bersama tentu saja penting, tetapi menyenangkan juga untuk menghabiskan waktu terpisah dan memiliki berbagai hal untuk dibagikan dan dibicarakan saat Anda bertemu.

4. Hindari cemburu.

Kecemburuan bukan hanya dapat membunuh hubungan dengan cepat, tetapi juga akan membuat Anda merasa getir dan penuh kebencian dalam kehidupan sehari-hari. Ubah sikap itu menjadi sesuatu yang positif dengan menyadari bahwa pasangan telah memilih Anda karena Anda adalah orang yang hebat dan berkualitas.

5. Kenali teman satu sama lain.

Cara terbaik untuk tidak cemburu adalah akrab dengan lingkungan sosial masing-masing. Jika tahu dengan siapa pasangan Anda menghabiskan waktu, maka tidak akan ada alasan untuk khawatir.

6. Jangan mencoba mengubah pasangan.

Saat setuju untuk memulai komitmen, Anda pasti tahu siapa pasangan Anda dan bagaimana sifat serta sikapnya. Untuk itu, jangan coba untuk mengubahnya menjadi orang lain sesuai dengan versi Anda. Terima ia apa adanya.

7. Menemukan akar masalah.

Mengapa Anda merasa posesif dalam hubungan yang sedang dijalani? Entah itu ketakutan akan hubungan masa lalu, atau bahkan sesuatu yang terjadi di masa kanak-kanak, Anda perlu mencari tahu apa yang menyebabkan Anda merasa dan bertindak seperti ini. Ini akan membantu memahami masalah dan mengatasinya, yang pada gilirannya akan membuat Anda merasa lebih baik dan akan membantu kelancaran hubungan di masa depan.

.
 
Last edited:
Back
Top