Jajanan Kicak, Kue Legendaris Khas Yogyakarta

spirit

Mod
IMG_17042021_135221__822_x_430_piksel_.jpg

Mencicipi Kicak, Kue Legendaris Khas Yogyakarta Hanya Ada saat Puasa

JAKARTA, iNews.id - Ada banyak kuliner Nusantara yang terkenal enak dan lezat. Salah satunya Kicak. Kuliner legendaris khas Yogyakarta ini hanya muncul saat puasa. Ketika berbuka puasa, rasanya kurang pas jika tidak ada takjil. Takjil merupakan makanan ringan dan manis. Biasanya, seringkali diburu pada saat buka puasa, Bahkan, beberapa takjil pun hanya muncul saat Ramadan.

Berburu Takjil Buka Puasa di Jakarta Seperti kue asal Yogyakarta yang bernama kicak. Makanan tradisional ini akan banyak Anda temui di bulan puasa, namun akan sangat sulit menemukannya ketika Ramadan berlalu. Ini karena penjualan kicak turun drastis pada bulan-bulan biasa. Penjual kicak pun enggan memproduksinya. Padahal untuk membuat kicak membutuhkan waktu yang cukup lama dan juga tenaga dari beberapa orang. Oleh karena itulah kicak hanya bisa ditemui saat Ramadan.

Kicak umumnya terbuat dari singkong yang diparut halus, kemudian dibumbui dengan garam, gula merah, dan daun pandan. Terakhir, parutan kelapa yang gurih akan menyelimuti kue kicak itu sendiri.

Pertama, singkong akan direbus terlebih dahulu. Kemudian, angkat singkong dan masukkan ke dalam lumpang. Deplok singkong dalam lumpang menggunakan alu sampai teksturnya berubah padat dan kenyal. Setelah itu, angkat singkong dan taruh ke dalam loyang. Iris kicak berbentuk kotak dadu atau sesuai selera. Untuk pembuatan juruhnya, cairkan gula merah dengan cara dipanaskan di dalam panci, ditambahkan air sedikit.

Setelah mencair, masukkan kelapa dan daun pandan, Aduk hingga rata. Tuangkan juruh gula merah secukupnya di atas kicak. Kicak pun siap dihidangkan. Perkembangan zaman pun juga berpengaruh terhadap pembuatan kicak. Dahulu, kicak umumnya dibuat dari singkong yang diparut. Namun, dengan inovasi yang muncul, kini kicak juga bisa dibuat dari beras ketan.

Walau demikian, kicak yang terbuat dari singkong pun lebih mudah ditemukan. Bisa jadi, ini karena masyarakat ingin melestarikan hidangan tradisional ini berdasarkan sejarah awalnya.

Editor : Vien Dimyati

.
 
Back
Top