Polusi Udara di Jakarta Berbahaya

d-net

Mod
Polusi-Udara-di-Jakarta-masih-mengkhawatirkan.-Ist-720x375.jpg

ASIATODAY.ID, JAKARTA – Kualitas udara di Kota Jakarta kembali memburuk dan tidak sehat.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkap sejumlah faktor yang mempengaruhi peningkatan konsentrasi PM2.5 di Jakarta dalam kurun waktu beberapa hari terakhir.

Menurut Pelaksana Tugas (Plt) Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Urip Haryoko, beberapa hari terakhir PM2.5 mengalami lonjakan peningkatan konsentrasi dan tertinggi berada pada level 148 µg/m3. PM2.5 dengan konsentrasi ini dapat dikategorikan kualitas udara tidak sehat.

“Tingginya konsentrasi PM2.5 dibandingkan hari-hari sebelumnya juga dapat terlihat saat kondisi udara di Jakarta secara kasat mata terlihat cukup pekat/gelap,” kata Urip dalam keterangan tertulisnya dikutip, Minggu (19/6/2022).

PM2.5 merupakan salah satu polutan udara dalam wujud partikel dengan ukuran yang sangat kecil, yaitu tidak lebih dari 2,5 µm (mikrometer). Dengan ukurannya yang sangat kecil ini, PM2.5 dapat dengan mudah masuk ke dalam sistem pernapasan, dan dapat menyebabkan gangguan infeksi saluran pernapasan dan gangguan pada paru-paru.

Selain itu, PM2.5 dapat menembus jaringan peredaran darah dan terbawa oleh darah ke seluruh tubuh. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya gangguan kardiovaskular seperti penyakit jantung koroner.

Berdasarkan analisis BMKG, konsentrasi PM2.5 di Jakarta dipengaruhi oleh berbagai sumber emisi, baik yang berasal dari sumber lokal, seperti transportasi dan residensial, maupun dari sumber regional dari kawasan industri dekat dengan Jakarta.

Emisi ini dalam kondisi tertentu yang dipengaruhi oleh parameter meteorologi dapat terakumulasi dan menyebabkan terjadinya peningkatan konsentrasi yang terukur pada alat monitoring pengukuran konsentrasi PM2.5.

Selain itu, proses pergerakan polutan udara seperti PM2.5 dipengaruhi oleh pola angin yang bergerak dari satu lokasi ke lokasi yang lain. Angin yang membawa PM2.5 dari sumber emisi dapat bergerak menuju lokasi lain sehingga menyebabkan terjadinya potensi peningkatan konsentrasi PM2.5.

“Pola angin lapisan permukaan memperlihatkan pergerakan massa udara dari arah timur dan timur laut yang menuju Jakarta, dan memberikan dampak terhadap akumulasi konsentrasi PM2.5 di wilayah ini,” jelasnya.

Faktor lainnya yang mempengaruhi peningkatan PM2.5 yakni tingginya kelembapan udara relatif menyebabkan peningkatan proses adsorpsi (perubahan wujud dari gas menjadi partikel). Proses ini menyebabkan terjadinya peningkatan konsentrasi PM2.5 yang difasilitasi oleh kadar air di udara.

Selain itu, kelembapan udara relatif yang tinggi dapat menyebabkan munculnya lapisan inversi yang dekat dengan permukaan. Lapisan inversi merupakan lapisan di udara yang ditandai dengan peningkatan suhu udara yang seiring dengan peningkatan ketinggian lapisan.

“Dampak dari keberadaan lapisan inversi menyebabkan PM2.5 yang ada di permukaan menjadi tertahan, tidak dapat bergerak ke lapisan udara lain, dan mengakibatkan akumulasi konsentrasinya yang terukur di alat monitoring,” terangnya.

Peningkatan konsentrasi PM2.5 yang berdampak pada penurunan kualitas udara di Jakarta ini memberikan pengaruh negatif pada individu yang memiliki riwayat terhadap gangguan saluran pernapasan dan kardiovaskuler.

“Oleh karena itu, masyarakat diimbau untuk dapat mengurangi aktivitas di luar ruangan dan menggunakan pelindung diri seperti masker yang sesuai untuk dapat mengurangi tingkat paparan terhadap polutan udara,” imbuhnya.

Mitigasi sumber pencemaran

Sementara itu, Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mengungkapkan penyebab pencemaran udara di Jakarta tinggi, salah satunya disumbang oleh tingginya mobilitas kendaraan bermotor.

“Penyebab dari pencemaran itu dari kendaraan bermotor. Saat ini kita sudah menerapkan euro 4 untuk bahan bakar kendaraan bermotor,” jelasnya, Minggu (19/6/2022).

Selain itu, meningkatnya aktivitas masyarakat turut menyumbang peningkatan polusi udara di Jakarta. Banyak masyarakat yang mulai bepergian ke luar rumah dengan menggunakan kendaraan bermotor setelah pandemi Covid-19 melandai.

Dikatakan, data polusi udara tertinggi tidak hanya di Jakarta, tetapi kota-kota penyangganya seperti Kota Bekasi dan Tangerang.

Sejauh ini, KLHK telah berkoordinasi dengan pemerintah daerah untuk memitigasi agar polusi di Jakarta dan sekitarnya dapat ditekan.

Sementara itu, Air Quality Index mengeluarkan data, Indonesia berada di peringkat tiga polusi terparah di dunia dengan AQI US 153 dengan kategori tidak sehat. Konsentrasi polutan utama PM2.5 di udara Jakarta saat ini 11.8 kali di atas nilai panduan kualitas udara tahunan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Dalam laporan tersebut, disebutkan kualitas udara empat teratas paling buruk di Jakarta diantaranya daerah Rawa Buaya, Kemayoran, Pasir Putih II, dan Harmoni. (ATN)
 
cropped-PicsArt_07-26-11.52.14-720x375.jpg

Kualitas Udara Kota Jakarta Paling Buruk di Dunia

ASIATODAY.ID, JAKARTA – Kualitas udara Kota Jakarta kembali menjadi yang terburuk di dunia.

Menurut lembaga data kualitas udara, IQ Air, kualitas udara Jakarta hingga pukul 07.50 WIB, Jumat (17/6/2022), mencapai indeks 160.

Indeks kualitas udara berdasarkan standar Amerika Serikat (AQ US) menggolongkan indeks 151 hingga 200 merupakan kategori udara tidak sehat. Konsentrasi particulate matter (PM) 2.5 mencapai 14,6 kali lipat di atas standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

PM 2.5 merupakan polutan pencemar udara yang paling kecil dan berbahaya bagi kesehatan tubuh. Pemandangan kabut menyelimuti gedung-gedung pencakar langit di Jakarta pada pagi ini mengindikasikan kualitas udara yang buruk di tengah cuaca yang berawan.

IQ Air menyarankan masyarakat menggunakan masker, menghidupkan pemurni udara, menutup jendela, dan menghindari aktivitas di luar rumah.

Pada Rabu, 15 Juni 2022, kualitas udara Jakarta juga menduduki posisi pertama di dunia dengan indeks kualitas udara tidak sehat. Kualitas udara Jakarta mencapai indeks 188 pada pukul 11.00 WIB.

Wakil Gubernur DKI Jakarta, Ahmad Riza Patria (Ariza) menyatakan peningkatan volume kendaraan memicu kualitas udara Ibu Kota menjadi buruk.

“Memang Jakarta ini cukup padat. Kendaraan kembali normal, ada peningkatan polusi,” kata Riza, Kamis (16/6/2022).

Berdasarkan perkiraan BMKG pada hari ini, suhu udara di DKI Jakarta berada pada kisaran 25-32 derajat celsius. Tingkat kelembaban udara diperkirakan berada pada rentang 75-100 persen.
 
Back
Top