Brahma Vihara

singthung

New member
Brahma Vihara



A. Metta

Metta berarti "sesuatu yang dapat menghaluskan hati seseorang atau rasa persahabatan sejati". Metta dirumuskan sebagai keinginan akan kebahagiaan semua makhluk tanpa kecuali. Metta juga sering dikatakan sebagai niat suci yang mengharapkan kesejahteraan dan kebahagiaan makhluk-makhluk lain seperti seorang sahabat yang mengharapkan kesejahteraan dan kebahagiaan temannya.

"Bagaikan seorang ibu yang melindungi anaknya yang tunggal, sekalipun mengorbankan kehidupannya; demikian juga seharusnya seseorang memelihara cinta kasih yang tidak terbatas itu kepada semua makhluk". Demikian nasihat Sang Buddha. Yang dimaksud di sini bukanlah perasaan cinta yang didasarkan atas nafsu memiliki dari seorang ibu terhadap anaknya, melainkan keinginan yang murni untuk mensejahterakan anaknya.

Metta bukanlah cinta kasih yang dilandasi nafsu atau kecenderungan pribadi karena dari kedua hal ini tanpa dapat dihindarkan akan timbul kesedihan. Metta bukan hanya terbatas dalam perasaan bertetangga karena ini akan menimbulkan sikap membeda-bedakan antara tetangga yang satu dengan lainnya. Metta bukan hanya perasaan bersaudara kandung karena metta meliputi semua makhluk termasuk juga binatang, saudara-saudara yang lebih kecil yang pada hakikatnya memerlukan uluran kasih sayang yang lebih banyak.

Metta bukanlah persaudaraan yang berdasarkan politik, ras, bangsa atau agama. Persaudaraan politik hanya terbatas pada mereka yang memiliki pandangan politik yang sama. Persaudaraan ras dan bangsa hanya terbatas pada mereka yang sama suku dan bangsanya. Beberapa nasionalis begitu kuat mencintai bangsanya, hingga kerap kali tanpa mengenal kasihan, melakukan pembantaian terhadap wanita dan anak-an yang secara kebetulan lahir dengan rambut, kulit dan mata yang berbeda warnanya dengan milik kaum nasionalis itu. Terhadap bukan bangsanya, pada suatu saat mereka memandang dengan rasa curiga dan kekhawatiran. Untuk menyatakan ketinggian bangsanya mereka melakukan peperangan yang tidak mengenal perikemanusiaan, membunuh jutaan manusia dengan berbagai alat perang yang mengerikan.

Metta sama sekali bukan perasaan persaudaraan keagamaan. Karena kata yang menyedihkan dari apa yang disebut persaudaraan keagamaan, manusia menjadi lebih keras kepala dan dengan tanpa penyesalan sedikitpun mereka melakukan perbuatan-perbuatan menyembelih dan membakar orang hidup-hidup. Banyak kekejaman yang bertentangan dengan isi kitab-kitab suci dan peperangan yang bengis dilancarkan sehingga mengotori lembaran sejarah. Bahkan dalam abad 21 ini pun masih terdapat penganut dari suatu agama yang membenci atau mengutuk, bahkan tanpa mengenal kasihan mereka membunuh orang-orang yang tidak memiliki keyakinan yang sama dengan mereka, hanya karena tidak dapat memaksa orang-orang itu melakukan hal sama seperti mereka. Jika atas dasar pandangan agama, orang-orang dari kepercayaan yang berbeda itu tidak dapat menemukan mimbar persaudaraan sejati, maka sungguh patut disayangkan sekali bahwa ajaran-ajaran dari para guru dunia yang mulia itu disia-siakan belaka.

Metta adalah lebih luas dan lebih mulia dari semua bentuk persaudaraan yang sempit itu. Metta tidak dibatasi oleh peraturan-peraturan dan bidang-bidang, tidak mempunyai rintangan dan penghalang, tidak mengadakan perbedaan. Metta memungkinkan orang untuk dunia ini sebagai tanah airnya dan semua makhluk sebagai saudara-saudaranya. Persis seperti matahari yang memancarkan sinarnya ke segala arah tanpa membuat perbedaan, demikian pula dengan maitri yang luhur ini memancarkan berkahnya yang halus dan tenang itu sama rata terhadap apa yang dianggap orang-orang sebagai sesuatu yang menyenangkan dan tidak menyenangkan, yang kaya dan yang miskin, yang tinggi dan yang rendah, yang baik dan yang buruk, wanita dan pria, manusia dan binatang.

Demikianlah corak metta yang sebenarnya. Puncak dari metta ini adalah penyamanan diri sendiri dengan semua makhluk (sabbattata), tidak membedakan diri sendiri dengan orang lain. Apa yang disebut "AKU" lebur secara keseluruhan. Sifat bajik dan mulia merupakan corak yang khas dari metta. Orang yang melatih metta selalu gembira dalam memejukan kesejahteraan orang lain. Ia mencari kebaikan dan keindahan dalam segala sesuatu dan bukan melihat kejelekan orang lain.

B. Karuna

Karuna (kasih sayang) dirumuskan sebagai sesuatu yang dapat menggetarkan hati ke arah rasa kasihan jika mengetahui orang lain sedang menderita, atau kehendak untuk meringankan penderitaan orang lain. Coraknya yang paling menonjol adalahkecenderungan untuk menghilangkan penderitaan orang lain.

Hati seseorang yang penuh kasih sayang adalah lebih halus dari bunga; ia tidak akan berhenti dan tidak puas sebelum dapat meringankan penderitaan orang lain. Bahkan kadang-kadang ia sampai mengorbankan hidupnya demi membebaskan orang lain dari segala penderitaannya. Di dalam cerita Vyaghari Jataka terdapat contoh yang baik mengenai kasih sayang ini, di mana Sutasoma sebagai seorangBodhisattva telah mengorbankan hidupnya untuk menolong seekor macan betina kelaparan yang ingin memakan anak-anaknya sendiri yang masih kecil-kecil guna menghilangkan laparnya. Bodhisattva Sutasoma mencegah niat macan itu dan sebagai gantinya ia memberikan tubuhnya sendiri untuk dimakan.

Sesungguhnya unsur kasih sayanglah yang mendorong seseorang menolong orang lain dengan ketulusan hati. Orang yang memiliki kasih sayang tidak hanya hidup untuk dirinya sendiri melainkan untuk orang lain juga. Ia mencari kesempatan untuk dapat menolong orang lain tanpa mengharapkan balas jasa apa pun baik materi maupun penghormatan. Banyak orang menderita penyakit jasmani dan pikiran. Sebenarnya kedua jenis penyakit ini tentulah ada sebabnya. Orang-orang yang memiliki karuna harus mencoba menghilangkan sebab-sebab penyakit itu jika ingin menyembuhkan mereka secara baik.

Orang-orang yang kejam, pemdendam, pemarah dan bodoh patut mendapat kasih sayang yang sama seperti halnya pada orang-orang yang menderita sakit jasmani atau batin. Mereka hendaknya jangan dibenci, dicemooh atau dihina, bahkan sebaliknya kita harus menaruh belas kasihan dan sayang pada mereka karena mereka itu orang-orang yang sia-sia dan "cacat". Walaupun seorang ibu memiliki rasa kasih sayang yang sama kepada anak-anaknya, namun ia seharusnya menaruh kasih sayang yang lebih besar kepada anaknya yang sakit; bahkan kasih sayangnya harus diberikan lebih besar lagi kepada anaknya yang sakit batinnya karena penyakit itu akan merusak hidupnya.

Sama seperti halnya dengan metta, karuna pun harus dipancarkan tanpa batas terhadap semua makhluk yang menderita dan yang patut ditolong termasuk juga binatang-binatang. Apabila metta (cinta kasih) mempunyai sasaran pada semua makhluk, baik yang berbahagia maupun yang menderita, maka karuna (kasih sayang) hanya mempunyai sasaran pada semua makhluk yang menderita/sengsara.

C. Mudita

Mudita berarti rasa simpati yaitu ikut merasa bahagia melihat orang lain berbahagia atau perasaan gembira yang dapat menghilangkan rasa iri hati. Kerap kali terjadi bahwasanya banyak orang tidak tahan apabila melihat atau mendengar keuntungan dan kebahagiaan orang lain. Mereka senang mendengar kegagalan atau kesusahan orang lain tetapi merasa tidak senang melihat kemajuan orang lain. Mereka bukannya memuji atau mengucapkan selamat kepada orang yang beruntung itu tetapi malahan berusaha mengacau, memfitnah, menjelekkan atau menyabot orang tersebut.

Salah satu cara untuk mengatasi iri hati adalah mudita karena mudita dapat mencabut akar-akar iri hati yang merusak. Di samping itu mudita juga dapat menolong orang lain karena orang yang memiliki mudita tidak akan menghalangi kemajuan dan kesejahteraan orang lain. Corak utama dari mudita ialah perasaan berbahagia melihat kesejahteraan dan kemakmuran orang lain, sedangkan tepuk tangan, sorak gembira,dsb bukanlah corak dari mudita karena hal itu dianggap "musuh" yang tidak langsung dari mudita.

Sama seperti halnya dengan metta, orang akan lebih mudah bergembira dan bersimpati kepada orang yang dekat dan dicintai tetapi lebih sukar melakukan hal itu terhadap musuhnya yang beruntung. Orang-orang sebenarnya bukan hanya sukar bersimpati tetapi juga tidak dapat bergembira melihat keuntungan orang lain. Mereka lalu asyik mencari dan membuat rintangan-rintangan untuk menghancurkan musuhnya. Bahkan tidak jarang mereka sampai berbuat curang dengan menghalalkan segala cara agar musuhnya itu gagal/hancur.

Mudita dipancarkan kepada semua makhluk yang makmur, beruntung dan sejahtera sebagai rasa ikut berbahagia dan bersyukur. Oleh karena itu mudita dapat melenyapkan sifat iri hati/sifat antipati.

D. Uppekkha

Uppekha (keseimbangan batin) memiliki makna melihat dari dekat yang mempunyai makna melihat dengan adil, tidak berat sebelah, lurus atau tegak. Secara harfiah, uppekkha berarti pertimbangan yang lurus, pandangan yang adil/tidak berat sebelah, yaitu tidak ada rasa senang dan tidak senang.

Keseimbangan batin penting sekali terutama bagi umat awam yang hidup dalam dunia yang kacau balau yang tidak menentu ini. Dunia telah terbentuk sedemikian rupa sehingga kebajikan sering mendapat kritik-kritik dan serangan-serangan yang ngawur dan curang; dan bahkan dihambat dan dihalang-halangi. Apabila seseorang dapat mempertahankan keseimbangan batin dalam keadaan seperti itu, maka dialah seorang pahlawan besar.

Untung dan rugi, kemasyuran dan nama buruk, pujian dan celaan, kebahagiaan dan penderitaan adalah delapan kondisi duniawi yang tidak dapat dihindarkan dalam kehidupan umat manusia. Dalam hal ini Sang Buddha pernah bersabda: "Orang bijaksana tidak menunjukkan rasa gembira maupun kecewa di tengah-tengah pujian dan celaan. Mereka tetap teguh bagaikan batu karang yang tak tergoncangkan oleh badai.". Demikianlah mereka melatih dirinya dalam keseimbangan batin. Bagaikan angin yang bertiup melalui lubang-lubang jala, tak ada sedikit pun yang melekat pada jala itu. Demikian pula hendaknya seseorang jangan terikat pada kesenangan palsu di dunia yang selalu berubah ini. Bagaikan bunga teratai yang tidak ternoda oleh lumpur tempat tumbuhnya, demikian pula hendaknya seseorang jangan terseret oleh godaan-godaan duniawi tetapi harus selalu tetap suci, tenang dan seimbang.

Uppekkha memiliki "musuh" langsung yaitu kemelekatan dan "musuh" tidak langsung yaitu sikap acuh tak acuh yang timbul karena ketidaktahuan (kebodohan). Corak utama dari uppekkha adalah sikap tidak berat sebelah. Orang yang memiliki uppekkha tidak tertarik oleh semua hal yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan. Terhadap penjahat dan orang suci ia bersikap sama. Apabila metta mempunyai sasaran terhadap semua makhluk, karuna terhadap makhluk yang menderita dan mudita terhadap orang-orang yang beruntung, maka uppekkha memiliki sasaran terhadap yang baik ataupun yang buruk dan yang menyenangkan ataupun tidak menyenangkan.

 
Back
Top