7 Faktor Penerangan Sempurna

singthung

New member
7 FAKTOR PENERANGAN SEMPURNA



Dhamma yang diajarkan oleh Sang Buddha selama 45 tahun seluruhnya mengandung pengetahuan yang sangat bermutu untuk membimbing kita menjadi orang yang memiliki Sila, Samadhi dan Panna, serta menjadi seorang umat yang berani untuk mengatakan dan menghadapi Kebenaran dan untuk membawa kita ke arah kebahagiaan.

Salah satu segi Dhamma dari Sang Bhagava yang menunjukkan Jalan untuk mencapai Penerangan Sempurna antara lain Tujuh Faktor Penerangan. Marilah kita bersama-sama merenungkan Tujuh Sambhojanga yang akan menggembirakan pikiran kita, dan menyadarkan kita akan betapa besarnya utang budi kita terhadap Sang Buddha. Dan bersamaan dengan itu, semua bhikkhu tidak lupa menyampaikan harapan ? semoga Anda semua dalam lindungan Sang Triratna dan maju di dalam Dhamma.

Tujuh Faktor Penerangan dengan penjelasan singkat sebagai berikut :

1. SATI-SAMBOJJHANGA, PERHATIAN, yaitu kesadaran terhadap diri sendiri, mengetahui mana yang benar dan mana yang salah. Mana yang perlu didahulukan, dan mana yang tidak perlu didahulukan dalam melihat Dhamma, sesuai dengan arti dan nilainya yang sesungguhnya. Dhamma tidak akan berubah mengikuti keinginan manusia yang ingin mempengaruhinya. Mereka yang tidak memiliki Sati ini, pasti tidak dapat mengontrol dirinya sendiri. Orang seperti ini, sedikit banyak, akan senantiasa diombang-ambingkan oleh keadaan dan apabila kondisi seperti ini dibiarkan berlarut-larut, orang bersangkutan akan menjadi langganan rumah sakit.

2. DHAMMAVICAYA - SAMBOJJHANGA, MENYELIDIKI DHAMMA.- Mengetahui bagaimana cara menggunakan Dhamma untuk kepentingan sendiri guna memperbaiki diri. Kita sebagai manusia, memang rata-rata tingginya tidak lebih dari dua rentangan tangan, tetapi manusia yang satu tidak sama dengan manusia yang lain dalam hal bentuk jasmani dan batin. Bahkan, dalam hal menilai kebahagiaan dan penderitaan pun manusia yang satu berbeda dengan manusia yang lain. Sebagian dari manusia menderita karena suatu penyakit dan manusia yang lain menderita karena sebab-sebab yang lain.

Kita tidak dapat memecahkan persoalan manusia secara sama atau pukul rata. Apabila badan kita merasa sakit (menderita sakit), kita tentu pergi ke dokter. Tetapi bagaimana, seandainya, batin kita yang menderita? Siapakah yang harus kita mintai pertolongan? Tidak semua penderitaan batin dapat kita ceritakan kepada orang lain. Untuk penderitaan-penderitaan batin tertentu, kita tidak dapat mengungkapkannya kepada sembarang orang ? dan untuk kasus semacam itu, tidak ada cara penyembuhan yang lebih baik ketimbang cara Dhamma Sang Bhagava.

Akan tetapi, sebelum kita melakukan upaya penyembuhan, hendaknya kita terlebih dulu mengetahui gejala-gejala dari penyakit batin tadi, agar kita dapat juga mengetahui terapi yang tepat atas penyakit bersangkutan dan juga memahami bagaimana seharusnya kita menghadapi penderitaan itu. Memilih cara terapi atau ?obat? yang salah, juga akan mengakibatkan keadaan yang semestinya tidak kita inginkan. Dalam kondisi seperti ini, janganlah kita menyalahkan ?obat?-nya. Oleh karena itulah, kita harus pandai mengetahui kekurangan diri kita sendiri, agar memperoleh cara penyembuhan yang cepat dan tepat dalam kehidupan kita.

3. VIRIYA-SAMBOJJHANGA,yaitu SEMANGAT DAN RAJIN, dalam upaya yang sungguh-sungguh untuk menghindari perbuatan buruk dan memupuk perbuatan baik. Dalam melakukan segala sesuatu, kadang kala kita menjumpai kesulitan dan kadang kala kita merasa sangat mudah untuk mengerjakannya ? hal mana ? tergantung dari keadaannya. Kalau kita memandang sesuatu yang kita kerjakan itu sulit dan kemudian kita meninggalkan pekerjaan itu ?setengah-jalan? begitu saja, maka dengan sikap perbuatan yang seperti ini, kita tidak akan pernah bisa menghasilkan sesuatu apa pun. Ini persis seperti semata-mata merangkai bunga untuk dipersembahkan ke altar Buddha.

Biasanya, ketika kita menjumpai kesulitan/rintangan dalam mengerjakan sesuatu, kita lantas menghentikan pekerjaan itu. Sikap seperti inilah yang menyebabkan kita tidak bisa merealisasikan keinginan untuk meraih sesuatu. Tidak sanggup, apalagi kalau orang lain sudah berkata bahwa kita tidak akan mampu mengerjakannya.

Tetapi, apabila kita rajin dan bersemangat, kita dapat bertanya kepada diri kita sendiri, ?Mengapa orang lain bisa mengerjakannya?? Apakah ada yang salah, yang menyebabkan kita tidak berhasil meraih sesuatu yang kita inginkan? Jangan biarkan diri kita berputus asa! Berusahalah terus, dengan semangat, maka dapat dipastikan kita akan memetik hasil. Satu hal yang harus kita ingat dan camkan di dalam pikiran kita: ?Maju terus dan jangan putus asa!?

4. PITI-SAMBOJJHANGA, yaitu KEGEMBIRAAN. Sifat pikiran kita, biasanya, cenderung ke arah keadaan tidak berdaya, lemas dan menyerah ? ketika kita menjumpai suatu peristiwa yang mengecewakan. Seharusnya, kita memahami bahwa, di mana pun juga, tidak ada orang yang bisa sungguh-sungguh mengerti kapan dia harus tertawa dan kapan dia akan menangis.

Setiap manusia, di dalam kehidupannya, pada saat tertentu menghadapi kesenangan dan pada saat yang lain menghadapi kesedihan secara silih berganti. Apabila, dalam menghadapi peristiwa yang menyedihkan, kita merasa seakan tidak berdaya, maka hendaknya kita ingat pada kebahagiaan dan perbuatan baik yang pernah kita lakukan, dan berkeyakinan bahwa perbuatan baik tadi pada saatnya akan berbuah. Perenungan ini niscaya akan menyinari batin kita: ?Di dunia ini, bukannya kita sendiri yang tertimpa penderitaan. Tidak terhitung banyaknya makhluk yang mengalami penderitaan seperti kita.? Renungkan ini dengan baik, maka pikiran sedih akan lenyap.

5. PASSADDHI - SAMBOJJHANGA, KETENTERAMAN BATIN DAN JASMANI. Apabila kesedihan bisa timbul di dalam diri kita maka sebaliknya kegembiraan pun tentu bisa meliputi seluruh perasaan kita. Seandainya kita sedang mengalami keadaan kamma baik, memperoleh kekayaan misalnya, maka biasanya, kita lantas menduga bahwa kita lebih kaya dari para tetangga kita. Bilamana kita memperoleh sanjungan disertai segala macam pujian, kita akan menduga pula bahwa diri kita lebih hebat dari orang lain. Kita langsung menjadi mabuk atas segala macam pujian itu. Akhirnya kita tidak dapat lagi membedakan mana perbuatan salah dan mana perbuatan benar.

Oleh karena itu, Sang Bhagava mengajar kita untuk mengendalikan pikiran, mengendalikan diri, guna memperoleh ketentraman ? keseimbangan, agar kita jangan sampai sedemikian lupa daratan (mabuk) karena kesenangan indria, ataupun sebaliknya, jatuh hingga putus asa karena kecewa. Cobalah berusaha terus menjaga batin kita agar tetap tenang dan memahami kebenaran Loka Dhamma (untung ? rugi, dicela ? dipuji, suka ? menderita, derajat tinggi ? derajat rendah). Gelombang batin yang ditimbulkan oleh kondisi duniawi memang dapat melonjak tinggi, namun akhirnya, ia akan mereda dan lenyap juga. Tidak ada sesuatu pun ? dari semua yang berkondisi ? yang kekal dan tetap. Demikian pula, semua perbuatan kita ? yang baik ataupun yang buruk ? pada saatnya akan berbuah sesuai dengan sifat perbuatan itu sendiri, dan akhirnya akan menghilang juga.

6. SAMADHI-SAMBOJJHANGA, yaitu KEMAMPUAN UNTUK MENGARAHKAN PERHATIAN PIKIRAN KITA KE SATU TITIK OBYEK, TIDAK BER-HAMBURAN, DAN KOKOH TERPUSAT. Batang-batang lidi mudah kita patahkan, karena tidak mempunyai kekuatan dan rapuh. Tetapi kalau batang-batang lidi tersebut kita kumpulkan dan kita ikat menjadi satu, maka kesatuan mereka itu akan menjadi kuat sehingga tidak mudah dipatahkan, dan mempunyai kekuatan yang luar biasa. Demikian pula halnya dengan pikiran kita . Bila kita dapat memusatkan pikiran kita ke satu obyek maka pikiran kita akan menjadi kuat, dan, batin kita akan menjadi teguh. Dan keinginan untuk berbuat kebaikan pun akan menjadi lebih mudah dilaksanakan dan direalisasikan. Dengan cara seperti ini, kita bisa melatih diri kita hingga menjadi teguh, kuat, dan berkeyakinan, serta tidak terombang-ambing ? sekali berbuat baik dan di lain kesempatan jatuh melaksanakan perbuatan buruk, ataupun selalu berubah-ubah.


7. UPEKKHA-SAMBOJJHANGA, yaitu KESEIMBANG-AN BATIN atau KETENANGAN DALAM KESADARAN. Ini adalah suatu cara, satu jalan, di mana kita senantiasa memperhatikan dengan sadar jalan pikiran kita. Ini merupakan suatu cara yang mencegah pikiran kita dari kebiasaan suka berhamburan, melayang kian kemari, lincah, binal, dan mengganggu ketenangan dengan bentuk pikiran yang sering tidak kita inginkan.

Sebagai contoh penerapan, andaikan sekarang ada orang sakit yang tetap tidak mau sembuh meskipun telah diobati dengan obat yang mujarab. Dalam situasi seperti ini, yang harus kita lakukan adalah menjaga dan menggunakan ketenangan batin kita, untuk mengontrol diri kita sendiri dengan menyadari bahwa segala keadaan ini tidak bisa lepas dari hukum alam, misalnya: kelahiran akan diikuti oleh usia tua, sakit, dan kematian. Kondisi ini menimpa setiap orang ? tanpa kecuali ? termasuk kita sendiri.

Dengan menyadari semua ini, kita akan memperoleh ketenangan, dan penyakit pun tidak akan mengganggu lagi dan akan lenyap pada waktunya. Sudah banyak terbukti bahwa para penderita yang dapat memelihara ketenangannya dan dapat melakukan perenungan secara demikian, memperoleh kesembuhan kembali. Mereka mengerti kebenaran, bahwa pikiran yang tenang itu lebih kuat dan lebih siap untuk menghadapi suatu penyakit ketimbang pikiran yang kacau.

Dengan cara demikian, Tujuh Faktor Penerangan Sempurna, yang baru saja diuraikan satu per satu itu, akan mengantarkan kita kepada pengertian Loka Dhamma, di mana apabila salah satu dari Loka Dhamma itu timbul, kita harus merenungkan ketidakkekalan.

Saya sendiri, dalam berusaha mengerti/memahami Tujuh Faktor Penerangan Sempurna, pada permulaannya, belum bisa mengeri/memahaminya dengan jelas. Juga setelah berulangkali merenungkan dan membaca Tujuh Faktor Penerangan Sempurna, saya masih juga belum bisa mengerti, bahkan, kadangkala pengetahuan tentang itu hilang dan terlupakan, hingga akhirnya, kebodohan muncul dalam diri saya. Kalau sudah dalam keadaan demikian, berbagai rangsangan pikiran timbul dan saya mudah menjadi korban. Apabila saya memperoleh sesuatu yang saya inginkan, tertawalah saya dan kalau saya kehilangan sesuatu, menangislah saya ????

Akan tetapi, setelah Tujuh Faktor Penerangan Sempurna tadi saya renungkan dan renungkan lagi hingga mengerti, saya mulai melihat pelbagai keadaan menjadi terang, dan saya tidak lagi mudah menangis kalau melihat sesuatu yang bukan-bukan, sekalipun saya tidak dapat mencegah untuk samasekali tidak menangis, namun setidaknya hidup saya terasakan sedikit bahagia dan karena itu saya menganjurkan anda untuk tidak bosan-bosannya merenungkan Tujuh Faktor Penerangan Sempurna.

 
Back
Top