Biarawati Katolik - Kenapa Beberapa Dari Mereka Merasa Perlu Berbalik

kimparnis

New member
Ketika Mary Ann Pakiz beralih ke Katolik, dia diberitahu untuk membakar Alkitab versi King James miliknya. Kemudian dia memasuki Ordo St. Benedict. Kendati dia taat, beberapa tahun kemudian dia menjadi pengikut Kristus yang benar. Berikut ini penuturannya sendiri yang mengagumkan tentang bagaimana pengajaran yang diterimanya di Gereja Katolik, apa yang salah dan kenapa dia sampai kepada keyakinan pribadi bahwa satu-satunya jalan menjadi pengikut Kristus yang benar adalah dengan meninggalkan gereja Katolik. Dia menjelaskan kenapa dia sekarang yakin dan didalam kedamaian tentang tujuan akhirnya, yaitu Surga.

Sabda Allah tidak memerlukan otoritas selain dari pada Sabda itu sendiri

Sabda Allah tidak memerlukan otoritas selain dari pada Sabda itu sendiri. Ketika saya dalami prinsip ini, saya merasa bebas -- bebas mencari Kitab Suci untuk kebenaran! Didalamnya saya menemukan jalan kepada Allah. Manusia langsung kepada Allah, cara Allah, melalui Yesus Kristus, seperti dinyatakan dalam Alkitab. "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku" (Yoh.14:6)

Isu tentang Otoritas

Selama beberapa tahun, saya telah diarahkan untuk mempercayai bahwa Gereja Katolik merupakan otoritas akhir dari iman saya, dan saya tidak punya hak untuk bertanya tentang pengajaran ini. System Roma Katolik mengajarkan bahwa semua otoritas datang dari Allah namun Allah telah menunjuk system Katolik sebagai garda dari otoritasNya.

Karenanya, segala sesuatu harus di timbang menurut tradisi dan pengajaran Katolik, karena hanya melalui sistem inilah kebenaran dimasukkan. Katolik tidak percaya pada Kitab Suci tanpa otoritas Gereja yang meng-akreditasi Kitab Suci itu! Gereja Roma Katolik menyatakan bahwa otoritas Allah tidak cukup untuk membuat orang percaya dan tunduk kepadanya; itu berarti otoritas gereja diperlukan diatas otoritas Allah.

Iman yang benar adalah iman kepada apa yang Allah katakan karena Allah berkata demikian! Iman kepada Allah adalah kepercayaan pada Sabda Allah, yaitu Alkitab, tanpa otoritas apapun selain daripada otoritas Sabda Allah itu sendiri.

Baptisan Katolik

Roma Katolik percaya bahwa keselamatan didasarkan kepada air dan perbuatan. Regenerasi baptisan menjadi landasan sistem Katolik. Gereja mengajarkan bahwa tidak seorangpun yang masuk kerajaan surga kecuali dia telah dibaptis.

Saya masuk ke lingkungan otoritas Katolik pada tahun 1948 ketika saya dibabtis kembali dan beralih ke faham Katolik. Saya lahir tahun 1930 dari orangtua imigran Finlandia penganut Lutheran. Tetangga-tetangga kami yang datang sebagai imigran Yugoslavia dan Italia berpengaruh besar terhadap tahun-tahun kehidupan saya. Sebagai teladan Katolik yang bersaksi kepada kami tentang iman mereka dan melalui kehidupan mereka yang selalu diusahakan baik untuk dapat kami terima dan alami, mereka mempunyai komitmen membawa orang-orang disekitar mereka pada pimpinan Katolik Roma. Mereka menjangkau kami dengan apa yang mereka anggap sebagai kebenaran. Mereka tulus hati, namun tulus hati yang salah.

Penting untuk diingat bahwa individu Katolik bukan seteru kita, melainkan jiwa-jiwa yang dikasihi Allah dan Dia memerintahkan kita untuk menjangkau mereka dengan Injil anugerahNya.

Keselamatan adalah anugerah, bukan oleh baptisan atau perbuatan. Anugerah diberikan bukan karena jasa. Usaha atau perbuatan kita tidak dapat menghasilkan anugerah atau bahwa kita layak menerimanya. "Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri." (Efesus 2:8-9)

Obyek Iman

Sumber dari iman Katolik adalah Gereja. Objeknya adalah kesetiaan kepada Gereja. Karenanya, iman Katolik berada sampai disitu. Namun, orang Kristen mengetahui bahwa keselamatan didasarkan semata-mata pada karya Kristus, suatu pekerjaan yang telah selesai tanpa perlu ditambah apa-apa lagi kedalamnya. Sumber dari iman Kristen adalah Alkitab dan obyeknya adalah Kristus Yesus. Karenanya iman yang benar berada dalam satu Pribadi. Untuk dapat bekerja, iman itu harus disangkutkan kepada pribadi Kristus Yesus.

Menerima secara buta

Daripada mencari-cari dalam Kitab Suci tentang kebenaran apakah ajaran Katolik sejalan dengan Sabda Allah, saya menerima begitu saja segala sesuatu yang dikatakan oleh pendeta kepada saya dalam pelajaran menjadi seorang Katolik, kecuali untuk satu permintaan. Ketika saya diminta membawa Alkitab versi King James milik saya untuk dibakar karena tidak sesuai dengan versi Katolik, saya tidak melakukannya tapi memberikan kepada ibu saya.

Dalam pelajaran yang saya terima, titik beratnya berada pada supremasi Paus dan kesempurnaan. Saya diberitahu bahwa Kristus menjadikan Petrus sebagai Paus pertama memimpin Gereja di bumi dengan otoritas yang sempurna. Paus sebagai wakil Kristus di dunia membimbing semua orang apakah dia Katolik atau tidak dalam semua kebenaran (Dewan Vatikan, 1870).

Sekarang selagi saya merefleksikan ajaran Gereja ini, saya tidak menemukan adanya bukti dalam Kitab Suci bahwa Kristus dengan sebenarnya memberikan otoritas seperti itu kepada Petrus atau bahkan bahwa rasul-rasul memberi otoritas posisi khusus kepada Petrus. Lagipula, Petrus akan telah mengetahui bahwa dia seorang Paus dan akan mengatakan sesuatu tentang hal itu. Jika dia telah mengetahuinya, bagaimana dia tidak bertindak sebagai Paus?

Menjadi mempelai Kristus

Pada tahun 1950, saya maju selangkah lagi masuk kedalam otoritas Katolik dengan memasuki Ordo St. Benedict sebagai seorang suster. Saya bekerja sebagai pembantu perawat pada rumah sakit lokal yang dijalankan oleh suster-suster Benedict dimana saya begitu terpesona oleh pelayanan yang mereka berikan kepada pasien dan staff sehingga saya putuskan bahwa saya juga ingin membaktikan hidup saya melayani orang lain.

Tahun pertama saya di biara sebagai seorang calon suster menjadi satu kenangan yang paling membahagiakan dalam kehidupan saya. Ibu yang membimbing kami adalah seorang wanita yang baik, jujur dan pengertian. Ada 18 wanita dengan berbagai usia serta latarbelakang dalam grup kami. Mereka sangat berhasrat dan gembira untuk melayani Gereja Katolik dan menjalani aturan St. Benedict. Kami banyak berbagi saat-saat bahagia bersama-sama.

Bagi saya, ada saat-saat yang serius juga, yaitu tatkala saya berdoa di kapel dan menatap salib sembari memikirkan kenapa Yesus harus mati di atas kayu salib di bukit Kalvari. Sebelum kami menjadi pelajar, kami berbaris di gang-gang gereja dalam pakaian mempelai untuk menjadi "mempelai Kristus." Tidak banyak yang diceritakan tentang Yesus ketika kami mempersiapkan event ini. Sebaliknya, kami berada pada suasana hati yang memuncak pada saat perubahan nama-nama kami. Nama saya berganti dari Nona Mary Ann menjadi Sr. M. Laurian, O.S.B. Saya adalah mempelai Kristus dan saya hanya sedikit mengetahui tentang Dia diluar dari pengetahuan bahwa Dia adalah Anak Allah.

Persediaan Perbuatan Baik

Selama 5 tahun periode persiapan untuk janji akhir, kami mempelajari Aturan St. Benedict, hukum kanon, sejarah gereja dan sedikit tentang "Jesuit causistry" (yang akhir menyatakan artinya) dan kehidupan orang-orang suci. Penekanan adalah pada penyangkalan diri dan penyerahan kehendak seseorang kepada figur yang punya otoritas yang mengendalikan kami.

St. Therese, "Bunga Kecil", dibuat dihadapan kami sebagai model dengan maksud agar kami berusaha meniru jalannya kepada Allah. Cara seperti ini didasarkan kepada "penyerahan korban ke atas" kekesalan atau kejengkelan setiap hari untuk menjangkau dosa kami maupun dosa orang lain. Kami sibuk dengan usaha membangun persediaan karya yang baik dengan mana kami dapat membuat diri kami diterima oleh Allah. Kami menyerahkan korban yang kami buat sendiri karena kami tidak mengtahui bahwa kami boleh secara langsung kepada Allah oleh karena pengorbanan diri Kristus Yesus pada kayu salib untuk kami.

Ketika Yesus berkata kepada Allah, "Aku telah mempermuliakan Engkau di bumi dengan jalan menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan kepada-Ku untuk melakukannya, maksud-Nya adalah pekerjaan yang dilakukan-Nya mewakili orang-orang berdosa telah selesai dan tidak ada yang perlu ditambahkan lagi (Yoh 17:4)

Kembali ke Dunia

Dalam tiga tahun pelajaran kami, beberapa grup meninggalkan asrama untuk tugas mengajar di keuskupan. Kami kembali pada musim panas dan rasanya senang bisa berkumpul lagi dengan teman yang lain. Saya memerlukan istirahat setelah tahun pertama mengajar 45 murid di kelas lima dan enam. Saya tidak mendapat latihan mengajar di kelas permulaan tapi saya diberitahu akan mendapat berkat bila setia.

Pada tahun 1955, lima bulan sebelum janji pengukuhan, saya meninggalkan biara karena masalah kesehatan dan kembali ke rumah orangtua saya. Kembali ke dunia, saya bisa lagi meneruskan kehidupan normal saya dengan menyelesaikan pendidikan di Universitas Minnesota. Saya mendapat gelar BSc di bidang Pendidikan Dasar dan pada tahun 1957 menikah dengan seorang pria dari keluarga Katolik yang setia. Kami dikaruniai dua anak.

Saudara suami saya adalah seorang pendeta di keuskupan; seorang sederhana dan baik yang menulis puisi tentang alam, Allah dan gerejanya.

Arti Keselamatan Mengembalikan Saya ke Rumah

Pada tahun 1972, anak saya yang berumur 12 dan 5 tahun diundang ke suatu klub Alkitab di belakang rumah tetangga kami. Kami meminta paman yang pendeta itu untuk hadir; dia kelihatan tidak begitu menanggapi tapi memberi ijin bagi kami. Saya yakin Allah bekerja dalam hal ini! Sejak saat itu, hidup kami berubah secara dramatis.

Anak-anak kembali ke rumah setiap hari dengan ayat-ayat Alkitab untuk dihapalkan. Tatkala mereka membacakannya, Allah menyentuh hati saya dan juga mereka. Saya mendapatkan kebenaran terpenting tentang diri saya -- saya seorang berdosa dan karenanya terpisah dari Allah! Karena Allah tidak mengijinkan dosa atau orang berdosa di sorga, saya menjadi terhilang! Bagaimana saya menyelesaikan masalah dosa ini?

Saya ingin mendapat keyakinan bagaimana saya bisa ke sorga ketika saya meninggal. Saya putuskan mempelajari sendiri Alkitab. Dalam Yoh 17:17, Yesus berkata kepada Allah: kuduskanlah mereka dalam kebenaran; firman-Mu adalah kebenaran", adalah ayat pertama yang digunakan Roh Kudus mempersiapkan pelajaran saya tentang keselamatan. Pencarian saya untuk jawaban mulai pada Kis 16:31: "Jawab mereka: "Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu," dan Kis 4:12, "Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan." Pindah ke kitab Roma, saya pelajari bahwa Kristus telah memenuhi keadilan Allah yang Kudus untuk penghakiman atas dosa melalui kematian-Nya di kayu salib. "Karena kami yakin, bahwa manusia dibenarkan karena iman, dan bukan karena ia melakukan hukum Taurat." (Roma 3:28)

Hal ini merupakan realita yang luar biasa bahwa tidak satupun dosa saya masa lalu yang pernah diperhitungkan, walaupun saya telah mengakuinya dihadapan pendeta dan telah melakukan tatacara penebusan dosa! Melakukan pengakuan dosa memberi saya rasa aman dan damai yang palsu bahwa dosa saya diampuni melalui kata-kata pendeta ditambah tatacara yang saya lakukan untuk pengampunan dosa tersebut.

Sebenarnya, pendeta tidak mempunyai kuasa untuk mengampuni dosa walaupun dia mengatakannya dalam nama Yesus. Dosa kita diampuni hanya oleh curahan darah Yesus pada diri kita.

"Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah, dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus. Kristus Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian karena iman, dalam darah-Nya. Hal ini dibuat-Nya untuk menunjukkan keadilan-Nya, karena Ia telah membiarkan dosa-dosa yang telah terjadi dahulu pada masa kesabaran-Nya." (Roma 3:23-25)

Allah tidak pernah memberi kuasa kepada orang manapun untuk membuat keputusan apakah dosa orang lain akan diampuni atau tidak, karena hanya Dialah yang mengetahui dengan benar hati orang tersebut. Pencarian yang saya lakukan membuat saya dapat menjawab pertanyaan saya sendiri ketika berada di biara yakni kenapa Yesus harus mati di kayu salib? Yesus membayar harga dosa kita oleh kematian-Nya di kayu salib! Yesus membayar penuh hukuman kematian kita ke neraka.

Ya, kita sepatutnya masuk neraka oleh karena dosa-dosa kita. Ingat, dalam kondisi apapun, Allah tidak akan membiarkan dosa maupun orang berdosa berada di sorga. Yesus membayar hukuman atas dosa kita sehingga kita dapat tinggal dengan Allah di sorga yang kekal.

Tiba waktunya bagi saya untuk membuat keputusan. Bertindak berdasarkan Alkitab sebagai satu-satunya otoritas absolut dan final dari iman saya, saya menerima Kristus sebagai Penyelamat saya pada bulan Mei 1973. Saya ingin berteriak dari atap rumah saya sehingga semua orang di dunia dapat mendengar apa yang Yesus perbuat untuk mereka oleh penebusan dosa yang dilakukan-Nya dan oleh curahan darah-Nya. "Dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu." (Yoh 8:32)

Iman Kristen yang benar dan Sistem Katolik

Tatkala saya bersaksi kepada sahabat-sahabat Katolik dan keluarga, saya bisa melihat lebih jelas lagi bahwa tujuan akhir banyak jiwa dipertaruhkan disini. Saya sedih oleh jawaban mereka terhadap Alkitab, mereka terus percaya bahwa Gereja Katolik-lah gereja yang benar dan mereka mempercayainya sebagai jalan keselamatan walaupun Alkitab menyatakan lain. Dengan kata lain, mereka telah terbawa kepada pemikiran yang memperbolehkan manusia lain atau aturan yang dibuat oleh manusia mengarahkan hidup mereka.

Pada tahun 1545, Dewan Trent mendeklarasikan bahwa tradisi gereja memiliki otoritas yang sama dengan Alkitab. Membuat segala sesuatu sama atau diatas Sabda Allah adalah pemujaan berhala! Faktanya, "ragi" sistem Katolik mendiskreditkan Alkitab sebagai otoritas iman satu-satunya, absolut dan final.

Kita harus berpikir tentang Allah dengan benar karena Dia dinyatakan kepada kita melalui Sabda-Nya. Allah Bapa dan Allah Anak adalah satu. Dalam Yoh 10:30, Yesus berkata, "Aku dan Bapa adalah satu."

Oleh karena Yesus Kristus adalah Allah, dosa-dosa kita telah dihapuskan dalam darah Allah; hanya oleh darah Allah yang sempurnalah dosa-dosa kita dapat terhapuskan untuk memenuhi keinginan Allah yang suci dan benar. Dasar dari keselamatan saya atau dasar dari pembenaran saya adalah kebenaran sempurna Yesus Kristus, dan ketika saya, dengan iman, menerima penebusan dosa yang dilakukan Yesus atas diri saya sebagai bayaran penuh atas hukuman kematian saya, Allah mempertemukan kebenaran Yesus Kristus dalam diri saya. Yaitu, Dia memperhitungkan kebenaran saya.

Tidak ada jalan dimana saya benar oleh diri sendiri, dan karenanya, tidak ada jalan dimana saya selamat oleh diri sendiri; semuanya karena Yesus! Yesus Kristuslah kebenaran saya. Hanya dalam Kristus saya beroleh pembenaran. Saya tidak layak menghampiri Allah oleh keberadaan diri saya sendiri. Namun, ketika saya menghampiri Allah oleh yang menggantikan saya, yaitu dalam Kristus, maka saya diperhitungkan layak datang kepada Allah karena Dia memandang saya dalam kebenaran sempurna Anak-Nya!

Pembenaran orang percaya adalah seketika

System Katolik menolak bahwa kita dibenarkan semata-mata oleh iman pada Kristus untuk memperoleh keselamatan yang diberikan cuma-cuma oleh anugerah. Sebaliknya, mereka mengajarkan bahwa kita dibenarkan tidak semata-mata oleh iman pada Kristus, melainkan oleh iman yang menjadi aktif oleh perbuatan baik kita.

Iman seperti ini, seperti diajarkan pada sistem Katolik dinyatakan dapat membenarkan orang berdosa bukan karena hal itu didasarkan kepada kebenaran Kristus, melainkan karena hal itu adalah kebenaran yang melekat pada manusia, suatu kebenaran yang merupakan produk dari baptisan yang membuat seseorang setia pada pengajaran sistem Katolik yaitu pengampunan kekal melalui sakramen. Manusia dibenarkan bukan karena iman tapi oleh sakramen.

Dengan demikian, pembenaran individu Katolik bersifat progresif, yaitu oleh baptisan di regenerasi dan dimurnikan dari waktu ke waktu oleh pengakuan dan penebusan dosa, bertumbuh dalam anugerah dan kekudusan melalui sakramen lainnya sehingga suatu hari yang bersangkutan boleh menjadi sedemikian kudus untuk disucikan memasuki Surga!

Lalu, penganut Katolik percaya bahwa mereka berkenan pada Allah oleh karena kebenaran yang melekat pada diri mereka yang telah pula menerima sakramen baptisan serta diperkaya oleh sakramen-sakramen lainnya. Karena Katolik menerima anugerah penyucian yang terkait pada tiap sakramen, para pengikutnya diajarkan bahwa mereka menjadi benar atau kudus berdasarkan kepada perkataan hakiki mereka sendiri tanpa oleh kebenaran yang terkait.

Ladang Misi saya

Perbedaan antara iman Kristen yang benar dengan sistem Roma Katolik menjadi semakin jelas bagi saya sehingga pada tahun 1976 saya meninggalkan Gereja Katolik dan masuk menjadi Kristen yang percaya pada Alkitab.

Ketika saya diselamatkan pada tahun 1973, saya berkata pada Tuhan bahwa saya mau ikut misi kemana saja. Dia mengambil kata-kata saya dan pada tahun 1994 Dia mengirim saya ke ladang misi yaitu dialisis. Dia pertama-tama mengijinkan ginjal saya tidak berfungsi dan untuk bisa bertahan hidup saya memerlukan terapi dialisis tiga kali seminggu. Saya berterima kasih dan memuji Allah untuk keadaan ini karena Dia memberikan saya kesempatan membagi Injil Anugerah-Nya yang mulia kepada para pasien penderita penyakit berat yang perlu mempersiapkan diri mereka bertemu dengan Allah!
 
Re: Biarawati Katolik - Kenapa Beberapa Dari Mereka Merasa Perlu Berba

Waktu baca ini jadi inget sama mantan suster gadungan Ibu Hj Irene ha ha ha….

Kalau boleh mo coba bahas beberapa point dari tulisannya Kimparnis eh sorry dari hasil copy pastenya Kimparnis.

kimparnis said:
Sabda Allah tidak memerlukan otoritas selain dari pada Sabda itu sendiri

Sabda Allah tidak memerlukan otoritas selain dari pada Sabda itu sendiri. Ketika saya dalami prinsip ini, saya merasa bebas -- bebas mencari Kitab Suci untuk kebenaran! Didalamnya saya menemukan jalan kepada Allah. Manusia langsung kepada Allah, cara Allah, melalui Yesus Kristus, seperti dinyatakan dalam Alkitab. "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku" (Yoh.14:6)

Kesalahan memahami ayat yg seperti ini justru yg memecah belah protestan sampai berkeping keping, kebebasan yg sebebas bebasnya sehingga setiap orang mempunyai kebenaran menurut anggapannya sendiri dan kebenaran masing masing itu bisa saling bertentangan, ketika suatu kelompok menyatakan bahwa kebenaran adalah A sedangkan yg lain beranggapan bahwa kebenaran adalah B, maka tidak mungkin kedua duanya benar karena saling bertentangan, salah satu mesti yg benar atau kedua duanya salah.

Ingat pendeta peramal kiamat yg dari Bandung itu ? Itu terjadi karena dia merasa benar.

Isu tentang Otoritas

Selama beberapa tahun, saya telah diarahkan untuk mempercayai bahwa Gereja Katolik merupakan otoritas akhir dari iman saya, dan saya tidak punya hak untuk bertanya tentang pengajaran ini.

Wah sejak kapan Gereja Katolik mengajarkan bahwa dirinya harus di iman – ni ? dan siapa yg melarang bertanya tentang pengajaran Gereja Katolik ?

Sangat lucu jika seorang mantan suster mengatakan hal ini, seperti seorang yg tidak pernah ke Gereja dan menyatakan Iman Katoliknya dalam Syahadat.

Aku percaya akan satu Allah……. dll

Sungguh suatu fitnah.

System Roma Katolik mengajarkan bahwa semua otoritas datang dari Allah namun Allah telah menunjuk system Katolik sebagai garda dari otoritasNya.

Karenanya, segala sesuatu harus di timbang menurut tradisi dan pengajaran Katolik, karena hanya melalui sistem inilah kebenaran dimasukkan. Katolik tidak percaya pada Kitab Suci tanpa otoritas Gereja yang meng-akreditasi Kitab Suci itu! Gereja Roma Katolik menyatakan bahwa otoritas Allah tidak cukup untuk membuat orang percaya dan tunduk kepadanya; itu berarti otoritas gereja diperlukan diatas otoritas Allah.

Ini pendapat yg keliru, sekali lagi saya agak heran mengapa seorang suster bisa punya pemikiran seperti ini, padahal sebagai awam Katolikpun tidak pernah berpikir seperti itu.

Gereja tidak pernah mengajarkan/menyatakan bahwa dirinya lebih diatas otoritas Allah, Gereja menganggap bahwa dirinya adalah Pelayan Sabda.

Pembahasan tentang Gereja sangat panjang dalam Katekismus Gereja Katolik (KGK)

Iman yang benar adalah iman kepada apa yang Allah katakan karena Allah berkata demikian! Iman kepada Allah adalah kepercayaan pada Sabda Allah, yaitu Alkitab, tanpa otoritas apapun selain daripada otoritas Sabda Allah itu sendiri.

Nah ini sudah mulai terlihat pengaruh Protestan yaitu dgn Sola Scriptura nya. Alkitab sendiripun tidak pernah berkata seperti itu, tidak pernah ada ayat dalam Alkitab yg menyatakan bahwa Sabda Allah hanya Alkitab.

Coba lihat ini :

2Tesalonika 2:15
Sebab itu, berdirilah teguh dan berpeganglah pada ajaran-ajaran yang kamu terima dari kami, baik secara lisan, maupun secara tertulis.



Jadi sesuai dengan ayat diatas orang Katolik mempercayai disamping Alkitab juga Magistarium (pengajaran Gereja) yg memegang Tradisi/Lisan tersebut.

Kenapa harus percaya akan pengajaran Gereja ?

I Timotius 3
3:15 Jadi jika aku terlambat, sudahlah engkau tahu bagaimana orang harus hidup sebagai keluarga Allah, yakni jemaat dari Allah yang hidup, tiang penopang dan dasar kebenaran.



Dalam bahasa Inggris terlihat jelas

1Tim 3:15 But if I tarry long, that thou mayest know how thou oughtest to behave thyself in the house of God, which is the church of the living God, the pillar and ground of the truth.

Jadi di ayat mana yg menyatakan bahwa tiang penopang dan dasar kebenaran itu adalah Alkitab ?

Jadi hanya pada akhirnya Gereja Katolik-lah yg patuh akan Alkitab dibandingkan dengan para Sola Scriturist.

Baptisan Katolik

Roma Katolik percaya bahwa keselamatan didasarkan kepada air dan perbuatan. Regenerasi baptisan menjadi landasan sistem Katolik. Gereja mengajarkan bahwa tidak seorangpun yang masuk kerajaan surga kecuali dia telah dibaptis.

Saya merasa heran, setelah hampir menjadi suster Katolik ini orang jadi beragama apa ?
(nanti saya coba cari di internet  )

Gereja sebagai pelayan Sabda hanya menjalankan apa yg diajarkan oleh Yesus yg dapat dilihat pada ayat berikut ini:

Matius 28
28:19 Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus,



Dalam KGK

1213 Pembaptisan suci adalah dasar seluruh kehidupan Kristen, pintu masuk menuju kehidupan dalam roh [vitae spiritualis ianua] dan menuju Sakramen-sakramen yang lain. Oleh Pembaptisan kita dibebaskan dari dosa dan dilahirkan kembali sebagai putera-puteri Allah; kita menjadi anggota-anggota Kristus, dimasukkan ke dalam Gereja dan ikut serta dalam perutusannya Bdk. Konsili Firense: DS 1314; CIC, cann. 204, ? 1; 849; CCEO, can. 675, ? 1.: "Pembaptisan adalah Sakramen kelahiran kembali oleh air dalam Sabda" (Catech. R. 2,2,5).

Saya masuk ke lingkungan otoritas Katolik pada tahun 1948 ketika saya dibabtis kembali dan beralih ke faham Katolik. ….

Memang sebelum menjadi Katolik agamanya apa ?, Gereja Katolik tidak pernah melakukan Baptisan lebih dari satu kali, kecuali Baptisan yg pernah dilakukan tidak mengunakan formula yg sah yaitu mem-Babtis dengan mengucapkan dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus.

Keselamatan adalah anugerah, bukan oleh baptisan atau perbuatan. Anugerah diberikan bukan karena jasa. Usaha atau perbuatan kita tidak dapat menghasilkan anugerah atau bahwa kita layak menerimanya. "Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri." (Efesus 2:8-9)

Sungguh kacau ketika mencampuradukan antara Keselamatan, Baptisan dan Anugrah seperti kalimat diatas ditambah dengan mencantumkan sepotong ayat.

Saya jadi betul betul bingung ketika dia masih belajar sebagai suster, apa saja yg dia pelajari, kenapa punya pemikiran yg bercampur aduk seperti itu.

Katolik pun meng-Iman-ni Sola Gracia tapi jelas bukan dengan cara mencampur adukan seperti itu.

Obyek Iman

Sumber dari iman Katolik adalah Gereja. Objeknya adalah kesetiaan kepada Gereja. Karenanya, iman Katolik berada sampai disitu. Namun, orang Kristen mengetahui bahwa keselamatan didasarkan semata-mata pada karya Kristus, suatu pekerjaan yang telah selesai tanpa perlu ditambah apa-apa lagi kedalamnya. Sumber dari iman Kristen adalah Alkitab dan obyeknya adalah Kristus Yesus. Karenanya iman yang benar berada dalam satu Pribadi. Untuk dapat bekerja, iman itu harus disangkutkan kepada pribadi Kristus Yesus.

Ha ha ha …………. Saya menjadi semakin tidak bersemangat membahas ini.

Silahkan baca Syahadat Para Rasul itulah Iman Gereja Katolik

Menerima secara buta

Daripada mencari-cari dalam Kitab Suci tentang kebenaran apakah ajaran Katolik sejalan dengan Sabda Allah, saya menerima begitu saja segala sesuatu yang dikatakan oleh pendeta kepada saya dalam pelajaran menjadi seorang Katolik, kecuali untuk satu permintaan. Ketika saya diminta membawa Alkitab versi King James milik saya untuk dibakar karena tidak sesuai dengan versi Katolik, saya tidak melakukannya tapi memberikan kepada ibu saya.

Katolik tidak pernah mengajarkan untuk menerima secara buta, lah untuk menjadi seorang Katolik saja harus mengikuti kursus sebagai Katekumen selama satu tahun sebelum siap untuk di Baptis bahkan setelah mempelajari ditanya lagi masih mau atau tidak untuk di Baptis ?

Jadi sangat tidak beralasan untuk menerima secara BUTA.

Dalam pelajaran yang saya terima, titik beratnya berada pada supremasi Paus dan kesempurnaan. Saya diberitahu bahwa Kristus menjadikan Petrus sebagai Paus pertama memimpin Gereja di bumi dengan otoritas yang sempurna. Paus sebagai wakil Kristus di dunia membimbing semua orang apakah dia Katolik atau tidak dalam semua kebenaran (Dewan Vatikan, 1870).

Ah… itu hanya sebagian kecil dari keseluruhan apa yg di ajarkan dalam mengikuti kursus Katekumen, dan buka sebagai titik beratnya…. Aku rasa ini hanya karangan saja.

Sekarang selagi saya merefleksikan ajaran Gereja ini, saya tidak menemukan adanya bukti dalam Kitab Suci bahwa Kristus dengan sebenarnya memberikan otoritas seperti itu kepada Petrus atau bahkan bahwa rasul-rasul memberi otoritas posisi khusus kepada Petrus. Lagipula, Petrus akan telah mengetahui bahwa dia seorang Paus dan akan mengatakan sesuatu tentang hal itu. Jika dia telah mengetahuinya, bagaimana dia tidak bertindak sebagai Paus?

Masa seorang suster tidak bisa menemukan bukti dalam Kitab Suci ? atau otoritas apa yg di maksud ?

Coba lihat apa perintah Yesus pada Petrus dalam Yohanes :

21:15 Sesudah sarapan Yesus berkata kepada Simon Petrus: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku."
21:16 Kata Yesus pula kepadanya untuk kedua kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku."
21:17 Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: "Apakah engkau mengasihi Aku?" Dan ia berkata kepada-Nya: "Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku


Sampai 3 kali perintah pengutusan itu disebutkan masa tidak ditemukan dalam kitab suci ? maksudnya kitab suci apa ?

Menjadi mempelai Kristus ……

Biasanya memang Biarawan atau Biarawati biasa dilambangkan seperti itu karena kaulnya untuk tidak menikah dan berkeluarga


Persediaan Perbuatan Baik ……..

Apa salahnya mempersiapkan diri untuk berjumpa dgn Allah apalagi sebagai seorang biarawan/biarawati, mengikuti telada Santo atau Santa tidak ada salahnya karena Katolik juga mengimani apa yg disebut Persekutuan Para Kudus dan juga menyakini bahwa doa orang benar punya kuasa yg besar.

Kembali ke Dunia

Dalam tiga tahun pelajaran kami, beberapa grup meninggalkan asrama untuk tugas mengajar di keuskupan. Kami kembali pada musim panas dan rasanya senang bisa berkumpul lagi dengan teman yang lain. Saya memerlukan istirahat setelah tahun pertama mengajar 45 murid di kelas lima dan enam. Saya tidak mendapat latihan mengajar di kelas permulaan tapi saya diberitahu akan mendapat berkat bila setia.

Pada tahun 1955, lima bulan sebelum janji pengukuhan, saya meninggalkan biara karena masalah kesehatan dan kembali ke rumah orangtua saya.

Nah kan belum janji pengukuhan, jadi dia memang belum menjadi Suster

Arti Keselamatan Mengembalikan Saya ke Rumah

Pada tahun 1972, anak saya yang berumur 12 dan 5 tahun diundang ke suatu klub Alkitab di belakang rumah tetangga kami. Kami meminta paman yang pendeta itu untuk hadir; dia kelihatan tidak begitu menanggapi tapi memberi ijin bagi kami. Saya yakin Allah bekerja dalam hal ini! Sejak saat itu, hidup kami berubah secara dramatis.

Maksudnya menjadi seorang Protestan ? tentu saja berubah 

Anak-anak kembali ke rumah setiap hari dengan ayat-ayat Alkitab untuk dihapalkan. Tatkala mereka membacakannya, Allah menyentuh hati saya dan juga mereka. Saya mendapatkan kebenaran terpenting tentang diri saya -- saya seorang berdosa dan karenanya terpisah dari Allah! Karena Allah tidak mengijinkan dosa atau orang berdosa di sorga, saya menjadi terhilang! Bagaimana saya menyelesaikan masalah dosa ini?

Orang ini lupa dgn apa yg namanya Sakramen Tobat, mudah mudahan dia masih ingat untuk ke Gereja Katolik untuk mengikuti Sakaramen Ekaristi setiap minggu 

Saya ingin mendapat keyakinan bagaimana saya bisa ke sorga ketika saya meninggal. Saya putuskan mempelajari sendiri Alkitab.

Wowww,…. Itu yg dilakukan oleh David Koresh, Pendeta Kiamat yg dari Bandung,… mempelajari Alkitab sendiri….. mempelajarinya sendiri dgn caranya sendiri, sehingga kebenaran yg di dapatpun adalah kebenaran sendiri juga, itulah ego yg membuat Protestan berkeping keeping perpecahannya seperti saat ini.

Dalam Yoh 17:17, Yesus berkata kepada Allah: kuduskanlah mereka dalam kebenaran; firman-Mu adalah kebenaran", adalah ayat pertama yang digunakan Roh Kudus mempersiapkan pelajaran saya tentang keselamatan. Pencarian saya untuk jawaban mulai pada Kis 16:31: "Jawab mereka: "Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu," dan Kis 4:12, "Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan." Pindah ke kitab Roma, saya pelajari bahwa Kristus telah memenuhi keadilan Allah yang Kudus untuk penghakiman atas dosa melalui kematian-Nya di kayu salib. "Karena kami yakin, bahwa manusia dibenarkan karena iman, dan bukan karena ia melakukan hukum Taurat." (Roma 3:28)

Silahkan mencari pembenaran sendiri, sehingga dapat berbuat sesuka hati.
Hal ini merupakan realita yang luar biasa bahwa tidak satupun dosa saya masa lalu yang pernah diperhitungkan, walaupun saya telah mengakuinya dihadapan pendeta dan telah melakukan tatacara penebusan dosa! Melakukan pengakuan dosa memberi saya rasa aman dan damai yang palsu bahwa dosa saya diampuni melalui kata-kata pendeta ditambah tatacara yang saya lakukan untuk pengampunan dosa tersebut.

Saya kira yg melakukan terjemahan ini tidak bisa membedakan Imam Katolik dan Pendeta, Asumsi saya yg diceritakan oleh si Mary Ann ini adalah Imam Katolik yg biasa disebut Pastur, Pater atau Romo dalam hal Sakramen Pengakuan/Pengampunan dosa.

Tampaknya Mary Ann tidak bisa memahami Sakramen Tobat itu sehingga tidak mengerti apa yg dikatakan oleh Pastur ketika dalam melaksanakan Sakramen Tobat itu.

Lanjut dulu..

Sebenarnya, pendeta tidak mempunyai kuasa untuk mengampuni dosa walaupun dia mengatakannya dalam nama Yesus. Dosa kita diampuni hanya oleh curahan darah Yesus pada diri kita.

"Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah, dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus. Kristus Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian karena iman, dalam darah-Nya. Hal ini dibuat-Nya untuk menunjukkan keadilan-Nya, karena Ia telah membiarkan dosa-dosa yang telah terjadi dahulu pada masa kesabaran-Nya." (Roma 3:23-25)

Allah tidak pernah memberi kuasa kepada orang manapun untuk membuat keputusan apakah dosa orang lain akan diampuni atau tidak, karena hanya Dialah yang mengetahui dengan benar hati orang tersebut.

Ooooh begitu cara pemahamannya.

Berarti memang ada kesulitan dalam mengerti apa yg dimaksudkan oleh Alkitab, mungkin ini karena efek dari ingin mempelajari Alkitab sendiri itu tadi, sehingga pemahamannyapun berselera sendiri tanpa mengindahkan yg lain.

Yg Katolik Imani adalah seperti ini:

Hanya Yesus sendiri yang dapat mendamaikan kita dengan Tuhan atas segala dosa-dosa yang dibuat oleh umat manusia (1 Yoh 2:2; 1 Tim 2:5). Karena hanya ada satu Imam yang benar, yaitu Yesus Kristus (Ibr 3:1; Ibr 7:22-27). Imam atau pastor di Gereja Katolik tidak dapat menggantikan Yesus, satu-satunya Imam besar dan benar.

Namun, sebenarnya, Yesus sendiri yang memberikan kuasa kepada Gereja yang dilaksanakan oleh para imam. Mari sekarang kita melihat apa yang dikatakan oleh Yesus sendiri sebelum Dia naik ke Surga di dalam Yohanes 20:21-23 yang menjadi dasar untuk Sakramen Pengampunan Dosa.
21) Maka kata Yesus sekali lagi: “Damai sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu.” 22)Dan sesudah berkata demikian, Ia menghembusi mereka dan berkata: “Terimalah Roh Kudus. 23)Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada.”
Nah pemahamannya jadi harus seperti itu masa perutusan yg di berikan Yesus kepada Gereja harus di tolak ?,

Pembenaran orang percaya adalah seketika

System Katolik menolak bahwa kita dibenarkan semata-mata oleh iman pada Kristus untuk memperoleh keselamatan yang diberikan cuma-cuma oleh anugerah. Sebaliknya, mereka mengajarkan bahwa kita dibenarkan tidak semata-mata oleh iman pada Kristus, melainkan oleh iman yang menjadi aktif oleh perbuatan baik kita.

Aaaahhh tidak tau Katolik tetapi sudah pandai menilai.

Yakobus 2
2:20 Hai manusia yang bebal, maukah engkau mengakui sekarang, bahwa iman tanpa perbuatan adalah iman yang kosong?

Yakobus 2
2:26 Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati.


Rasain loh di sebut sebagai manusia bebal

Iman seperti ini, seperti diajarkan pada sistem Katolik dinyatakan dapat membenarkan orang berdosa bukan karena hal itu didasarkan kepada kebenaran Kristus, melainkan karena hal itu adalah kebenaran yang melekat pada manusia, suatu kebenaran yang merupakan produk dari baptisan yang membuat seseorang setia pada pengajaran sistem Katolik yaitu pengampunan kekal melalui sakramen. Manusia dibenarkan bukan karena iman tapi oleh sakramen.

Dengan demikian, pembenaran individu Katolik bersifat progresif, yaitu oleh baptisan di regenerasi dan dimurnikan dari waktu ke waktu oleh pengakuan dan penebusan dosa, bertumbuh dalam anugerah dan kekudusan melalui sakramen lainnya sehingga suatu hari yang bersangkutan boleh menjadi sedemikian kudus untuk disucikan memasuki Surga!
Lalu, penganut Katolik percaya bahwa mereka berkenan pada Allah oleh karena kebenaran yang melekat pada diri mereka yang telah pula menerima sakramen baptisan serta diperkaya oleh sakramen-sakramen lainnya. Karena Katolik menerima anugerah penyucian yang terkait pada tiap sakramen, para pengikutnya diajarkan bahwa mereka menjadi benar atau kudus berdasarkan kepada perkataan hakiki mereka sendiri tanpa oleh kebenaran yang terkait.

Jangan terlalu banyak bermimpi, kalau sudah sekian lama jadi Katolik tidak mau memahami jangan salahkan Katoliknya.

Silahkan di tambahkan jika ada kekurangan dan perbaiki jika ada kesalahan.

MGBU
 
Back
Top