Cerita sambung-sambung

Siapa Aku?

"Siapa aku?" itulah kata-kata yang kuucapkan pertama kali ketika ku tersadar. Tiba- tiba aku berada di dalam sebuah ruangan yang tak kukenal. "Dimana ini?" tanyaku lagi. Aneh, hanya ada aku seorang diri di ruangan ini. Tiba - tiba ada seorang wanita menghampiriku. "Kau sudah sadar?" tanyanya. Kutatap wanita itu. Terlihat kecemasan yang tergambar dalam wajahnya. Siapa wanita ini, tanyaku dalam hati. Seolah dapat membaca pikiranku, dia menjwab, "Nama saya Liana, saya menemukan kamu pingsan di dekat sungai" Aku pingsan di tengah sungai? pikirku bingung. "Kamu tidk usah khawatir, saya akan merawat sampai kamu sembuh." katanya sambil menyodorkan segelas air putih padaku. Siapa aku? Siapa keluargaku? Mengapa aku pingsan di dekat sungai? aku tak mengerti sama sekali. "Siapa namamu?" tanuya wanita bernama Liana itu. "Aku tak tahu", jawabku pelan.

(lanjutin ya! dengn kata2mu sendiri)
 
Last edited:
halo... lama gak ol nih... ok, fifa. gw lanjutin walau gak bisa ngarang.

mendengar jawabanku dia terpana. "ka-ka-kau kehilangan ingatan?" tanyanya. aku mengangguk pelan. liana berfikit sjenak. "baiklah, sebaiknya kau tinggal bersamaku saja. aku akan melindungimu. mm, sebaiknya kau kuberi nama. namamu... fitri? bagaimana dengan ityu?" tanyanya. aku hanya mengangguk. tak apalah aku tinggal bersamanya dengan nama fitri, tak ada pilihan lain.

udah segitu aja gw pusinx nih, gak biasa ngarang. yang lainx terusin ya
 
oh thanks ya, nia. yang lain juga lanjutin donkz! gw mo lanjut lagi nih..

Setelah lama bercakap-cakap, Liana meninggalkan ruangan itu. Aku berusaha mencoba mengingat-ingat masa laluku. Siapa aku? Siapa aku? tanyaku berulang-ulang dalam hati. Percuma, sudah setengah jam aku berpikir, tidak ada yang dapat kupikirkan. "Fitri? Waktunya makan siang." terdengar suara lembut Liana memanggilku. Aku segera bangkit dari tempat tidur dan keluar kamar. Nanti akan kupikirkan lagi, batinku. Setelah selesai makan, Liana mengajakku jalan-jalan ke tepi sungai.

Sesampainya disana, tiba-tiba kuteringat sesuatu. Rasanya aku seperti pernah kesini, batinku. Kulihat sungai yang begitu jernih dan ikan-ikan yang berenang di dalamnya. Kucoba merasakan sentuhan air itu. Sejuk dan segar! Aku merasa nyaman di sungai ini. Tiba-tiba aku terpeleset. "Fitriiii!!" teriak Liana. Liana meraih tanganku yang hampir tercebur dalam sungai ini. Tiba-tiba aku merasa takut "L-Liana, s..s-se-se-sebaiknya kita segera pu..lang sa..ja" ujarku. Liana mengangguk. Aneh, wajahnya tidak seperti yang eaktu itu. Wajah ramahnya lanyap. Senyumnya menghilang. Aku semakin takut melihatnya.

ayo lanjuuuut...
 
w lnjutn ya....

aku mulai berpikir untuk mencari tahu siapa diriku. kutinggalkan rumah liana diam2 dan pergi seorang diri. tapi...pergi k mana? apa aki nisa menemukan jati diriku yang sebenarnya? hatiku diliputu rasa bimbang dan ragu2. kuurungkan niatku untuk pergi. akupun masih penasaran dengan liana. apa arti air mukanya yang waktu itu? aku semakin tak mengerti (w aj g ngrti mo nulis aopa).
 
gw juga gak ngerti haha... lanjut aja deh...

Semalaman aku tak tidur memikirkan apa yang sebaiknya kulakukan. Aku menguap dan menahan kantuk. Sebentar lagi pagi. Sebaiknya segera kubuka jendela agar dapat melihat sang fajar tersenyum padaku. Benar juga, tak lama kemudian sang fajar mulai menampakkan dirinya beserta suara ayam jantan berkokok. Kubuka jendela lebar - lebar dan tersenyum melihat suasana pagi yang indah ini. Embun yang menetes pada daun terlihat berkilauan. Daun - daun berwarna hijau keemasan karena disinari sinar matahari. Sangat indah melihatnya. Bagaikan kristal putih di atas lembaran emas. Suara kicauan burung sangat merdu, bahkan terdengar lebih merdu dari suara Westlife (gw jitak gw sndiri wktu nulis kalimat ini). Langit yang berwarna biru begitu cerah, seolah menggantikan malam yang suram. Aaah, inilah hidup, pikirku. Tiba - tiba kuingat tujuanku semula. Aku memandang dunia ini begitu indah, dan aku... Ah, aku ingin menjelajahi dunia luas. Duniaku bukan hanya di sini, bukan hanya Liana dan aku. Akupun tak tahu siapa diriku. Yang kutahu, aku yang dulu bukanlah anak asuhan Liana yang bernama Fitri. Aku tahu, aku harus pergi. Menjelajahi dunai, mencari tahu siapa aku, orangtuaku, dan sebagainya. Aku tahu, aku tahu aku harus pergi tapi... "Fitri? Sudah bangun rupanya," deg! suara Liana membuyarkan lamunanku. Segera kuurungkan niatku untuk pergi. "Fitri, segeralah mandi. Aku akan menyiapkan sarapan," katanya sambil menguap kecil. Aku mengangguk dan langsung menuju kamar mandi.
 
Kunikmati sarapan pagi ini. Makanannya lezat dan suasananya menakjubkan. Liana membereskan meja dan mencuci piring. Sekali lagi kunikmati suasana pagi ini. "Liana, bolehkah aku pergi sebentar?" tanyaku. "Kau mau ke mana?" tanyanya heran. "Yah, cuma jalan-jalan pagi. Boleh kan?" Fitri terlihat berpikir sejenak. "Boleh, deh. Hati-hati di jalan," katanya setelah berpikir selama 15 menit. Aku bersorak girang dalam hati. "Aku pergi dulu!" ujarku lalu kemudian melesat pergi setelah memakai sepatu. Hm, hm, senangnya, gumamku dalam hati. Ini waktunya pergi! Tapi aku tak mau pergi. Atau tepatnya, tak bisa pergi. Sejenak aku merasa bimbang lagi. BRAKK! "Aduuuuhh..." rintihku. "Maaf, kamu nggak apa- apa?" tanya sesosok yang menabrakku. Aku menoleh, maksudku ingin marah tapi... oh oh... aku melihat sesosok pria tinggi tegap, rambutnya halus dan hitam berkilauan terkena sinar matahari. Kulitnya yang kecoklatan menambah kesan gagah dalam dirinya. Mata yang berwarna coklat cerah dengan sorot pandang yang tajam. Hidung yang mancung dan lehernya yang menawan (hhe... rahasia nih... gw suka leher cowok). Sangat... sangat... sangat, aku lupa kata itu namun yang kutahu adalah suatu keindahan, keindahan yang mempesona bagaikan suasana pagi tadi. "Hei, kamu tidak apa-apa?" tanyanya lagi. Sepertinya dia merasa sedikit risi karena aku memandangnya sejak tadi. "Aah, aku, aku,...," entah kenapa aku merasa gugup. "Aku... a, aku baik... baik baik saja..." ucapku dengan gemetar. "Syukurlah kalau begitu. Kalau begitu sampai jumpa!" katanya dengan wajah ceria dan sosok itu pun pergi merninggalkanku. Ah, sangat indah, ini seindah,... bukan, lebih indah dari suasana pagi tadi.
 
absen, mau ikutan ah..

aku berjalan dengan ringan, terasa seperti melayang. Pria itu sangat menawan, tapi siapa dia? Sorot matanya sangat dalam & seolah menghujam jantung orang yang menatapnya.


Keesokan hari disaat yang sama sehabis sarapan aku berjalan-jalan & melihatnya sedang duduk membaca buku ditaman kompleks. Aku terdiam, aku memandanginya dari kejauhan. Damai sekali wajahnya, tapi siapa wanita yang duduk disampingnya? aku merasa kenal dengan wanita itu, tapi siapa? ah masa bodoh..

Cukup lama aku berjalan-jalan keliling kompleks, ternyata tempat ini indah sekali dipagi hari. tiba-tiba "Bukkkkk" aduh lagi-lagi aku ditabrak. Kesal sekali, tubuhku jadi kotor. Eeeits... ternyata cowok bermata indah itu yang (lagi-lagi) menabrakku. "kamu nggak apa-apa?" aku menggeleng sambil membersihkan kotoran yang menempel dicelana panjangku. Orang ini membersihkan celanaku juga, Oh my gosh.. "ayo bangun" katanya sambil mengulurkan kedua tangannya yang salah satunya juga sedang memegang buku yang sepertinya sudah dari taman tadi dia baca. Aku ragu, tapi kemudian tangan itu menyambutku. Tangannya yang besar & lembut menarik & membangunkanku, astaga ia tersenyum..

Dia terlihat seperti menahan tawa. "ada apa?" tanyaku bingung
"wajah kamu lucu, jadi merah gitu" sambil senyum-senyum "kenapa aku keren ya?"
"ih pede banget sih" kataku agak senyum protes.
kemudian kami berjalan sambil mengobrol, ya kami mengobrol panjang. Entah mengapa damai sekali berada didekatnya, tubuh besarnya melindungiku dari sengatan matahari yang agak meninggi diatas langit.

"eh.... eeem... sorry ya gara-gara gw celana loe jadi kotor gitu, oh ya nama gw Diego" sambil meluncurkan senyum paling manis yang pernah ku lihat.

tanpa terasa kami sudah sampai di jalan bercabang, kami berpisah dijalan ini. dia berjalan ke sebalah kanan sedangkan aku yang satunya. aku masih terdiam di persimpangan jalan ini, memperhatikannya menghilang dari pandangan. Ah pantas saja dua kali kami bertabrakan, ternyata ia membaca sambil berjalan.

Diego.. nama yang bagus :)




Lanjut >>>
 
Last edited:
Sudah 2 minggu aku tak melihat Diego. Sudah kucari-cari di mana-mana, di taman, di jalan biasa, toko eskrim, hampir seluruh kompleks. Tapi dia tak ada di mana-mana. Haah, duniaku terasa sepi tanpamu... Diego... dia keren banget sih!

Suatu hari, Liana mendekatiku dan berkata, "Fitri, kamu mau sekolah nggak?" Apa? Kupingku rasanya bergerak mendengarnya. Sekolah? Tentu saja aku mau. Duniaku kan, bukan hanya di sini. Bukan hanya satu dua orang yang wajib kukenal. "Mau," ujarku pelan, tapi Liana dapat melihat raut wajahku yang gembira. "Kalau begitu aku akan mendaftarkanmu. Bersiap-siaplah, sekolah dimulai tiga hari lagi."
 
tiga hari kemudian, akhirnya aku berangkat ke sekolah mewah.... Liana kaya sih... di hari pertamaku aku menangkap siluet yang sangat kukenal. "Diego! aku kangeen..." tapi...... dia bukan diego.... siapa dia?... "Diego? aku tidak mengenalnya... kamu anak baru ya? namaku max, bukan diego!!!!!!!!!!" katanya. mata yang dingin itu membuatku takut. takut sekali. max? rasanya aku pernah mengenalnya. dimana ya? apa ada kunci ingatan masa laluku?
 
rupanya bel sekolah berbunyi.....


_________________________
cinta terkadang indah bila diucap,tapi yang aq tahu cinta bukan sekedar ucapan belaka tetapi sebuah bukti nyata yang selalu terukir indah di dunia.
 
aku segera berlari. kelas 1-X..... 1-X dimana ya?? ni sekolah banyak banget ruang kelasnya..... ampe cape liatnya 1-A sampai 3-Z........uwaaakh....... dan GUWUBRAKZZZ........(yang zzz-nya kutambah aja ya buat menambah lebay...) nabrak deeeh.... aku emang ceroboooh..... dan...."Fit? kamu sekolah di sini?" tanya seseorang. "Die.... Diego?" tanyaku tak percaya
 
benerkah kamu diego???? selama ini.... ahh lupakan (fitri tiba tiba berwajah merah malu) Fit... kamu tak apa apa??? ayo kita masuk kelas... kelas berapa kamu disini fit?? aq baru kelas satu go... kalau kamu??? oh aq sudah kelas 2 disini....

kita berpisah di lorong itu yach .... lalu meraka pun berpisah menuju kelas masing masing....
 
Last edited:
Diego?? sapa itu aq ahmad bajuri... mantan pacar kamu.... masa kamu lupa sih???

aduhhh ojaaan (kek yang di sketsa) aku lupa maaf yach.... kamu lagi ngapain disini mad???

aq sedang berjalan jalan saja sambil mencari macan terbang ku lepas dari kandang....

wah kacaw ni... gak dimasukin cerita ah...
 
Ow...ow... rasanya jantungku berdebar-debar melihat wajahnya... oh tidak... seakan2 aku merasa habis minum kopi... oh, diego...
AAKH! aku baru sadar kalau bel sekolah sudah berbunyi! kelas 1-x... akkh! sudah terlambat! aku seger berlari menuju kelas 1-x dan....
 
bgtu aq masuk,
30 pasang mata memandangku serentak.
Aku terkejut dan berhenti tepat didepan pintu.
Seorang guru tinggi dengan wajah yang lumayan cantik namun dengan bibirnya yang melengkung kebawah menunjukkan ketegasannya dan sifatnya yang pemarah. Ia memandangku tajam.
"Murid baru?" tanyanya. Aku mengangguk gemetar.
"Baik anak-anak. Hari ini kalian mendapat teman baru! Perkenalkan dirimu!" sahut guru bernama Bu Nita itu. Aku mengangguk.
"Perkenalkan, nama saya Fitri" ucapku berusaha tersenyum semani-manisnya.
"Baik! Adakah kursi kosong dikelas ini?" tanya Bu Nita. Seorang murid bertubuh tinggi berdiri. "Saya punya kursi kosong disebelah saya, Bu!" sahut murid yang menurutku cukup keren. "Baiklah! Fitri, duduk disebelah Daniel!" perintah Bu Nita. wow, namanya, mantap... pikirku. Aku berjalan menuju tempat dudukku. Ketika aku mendekati Daniel. Entah mengapa, aku merasa mengenalinya,,,

Siapakah gerangan dia?
 
Back
Top