Kekuatan Yang Dahsyat

singthung

New member
KEKUATAN YANG DAHSYAT

"Ujuko Nâma So Maggo, Abhayâ Nâma Sa Disa Ratho Akujano Nâma, Dhammacakkehi Samyuto"
Sang jalan adalah disebut 'langsung','tanpa rasa takut' adalah tujuannya. Sang kereta adalah disebut 'hening', dan rodanya adalah usaha/daya upaya benar"
(Samyuta Nikâya I.33)


Pendahuluan

Menurut agama Budda, manusia adalah seorang guru potensial akan dirinya sendiri. Hanya karena ketidaktahuannya yang dalam, manusia gagal menyadari potensi penuhnya. Karena Sang Buddha telah menunjukkan kekuatan tersembunyi ini, manusia harus membudayakan pikirannya dan mencoba mengembangkan dengan menyadari kemampuan bawaannya. Pemberdayaan terhadap dirinya sendiri adalah sumber kekuatan untuk menggali potensi yang positif

Agama Buddha mengajak kita untuk menjadi tuan bagi dirinya sendiri, kitalah yang bertanggung atas kebahagiaan dan penderitaan hidup ini. Tidak ada makhluk superior yang menjadi tumpuan harapan kita. Tetapi hal seperti ini tidak disadari banyak orang sehingga banyak orang yang menangis dengan doa untuk mencari rejeki, jodoh, dan keselamatan agar jauh dari bencana. Mereka memohon-mohon dengan mantra untuk menggapai harapan itu.

Bagaimana dengan sikap umat Buddha? Sang Buddha menyatakan dengan jelas bahwa bukan dengan pengucapan ayat-ayat suci, atau penyiksaan diri atau tidur di atas tanah, pengulangan doa-doa, penebusan dosa, kidung, jimat, mantra, jampi, atau doa yang dapat membawa kebahagiaan sejati, Nibbana, hanya pemurnian pikiran melalui usaha sendiri yang dapat melakukannya.

Mengenai doa-doa untuk mencapai pencapaian akhir, Sang Buddha telah membuat analogi tentang seorang anak manusia yang ingin menyeberangi sungai. Jika ia duduk dan berdoa, mengharap agar tepian seberang datang dan membawanya ke seberang, maka doanya tidak akan terjawab. Jika ia benar-benar ingin menyeberang sungai itu, ia harus berusaha; mencari balok kayu dan membikin rakit untuk menyeberang. Sebagai umat Buddha, hendaknya menggunakan kemampuannya untuk menggapai kebahagiaan. Untuk itu diperlukan ketekunan dan kesabaran dalam berjuang. Mungkin ada yang bertanya-tanya tentang paritta yang dibaca dalam ritual agama Buddha. Apakah paritta tidak sama dengan doa? Banyak orang yang bertanya tentang paritta untuk mendapatkan rezeki, jodoh, keselamatan, dan harapan lainnya. Tentunya sikap ini perlu diluruskan, agar tidak terjadi salah pandangan.

Paritta yang dibaca dalam ritual agama Buddha adalah ajaran yang disampaikan Sang Buddha untuk dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Paritta itu sendiri adalah ajaran Sang Buddha yang mengandung sejarah perlindungan. Gatha dan Sutta adalah khotbah Sang Buddha dalam bentuk syair dan prosa, tidak semua Gatha atau Sutta disebut paritta. Dinamakan Paritta karena Gatha atau Sutta itu mempunyai latar belakang dan sejarah tersendiri. Banyak orang yang salah tafsir mengenai Paritta dan ini sangat berbahaya bagi kemajuan batin.

Dogma

Di masyarakat kita masih ada kepercayaan bahwa untuk keluar dari kesulitan atau masalah maka orang tersebut harus pergi ke tempat tertentu yang dianggap kramat. Mereka datang membawa persembahan dan membaca mantra untuk keselamatan dan supaya terbebas dari kesulitan. Kepercayaan ini turun-temurun hingga sampai saat sekarang ini. Tradisi ini sangat dipegang teguh oleh masyarakat yang mempercayai kekuatan tempat kramat dan mantra tersebut tanpa pernah bertanya soal persembahan dan mantra-mantra yang diucapkan. Ada kepercayaan bahwa jika seseorang tidak percaya atau tidak mau datang ke tempat kramat tersebut maka maut akan mengancam. Sehingga berbicara soal mantra dan tempat kramat adalah hal yang tabu. Mereka ketakutan kalau terjadi apa-apa.

Pandangan seperti ini sudah sangat mendarah daging dalam masyarakat tersebut sehingga jika terjadi sesuatu mereka selalu mengatakan bahwa penunggu tempat kramat itu murka dan mereka berusaha untuk memberikan persembahan dan mengucapkan mantra berharap malapetaka yang menimpa segera selesai. Mereka semakin percaya bahwa tempat kramat yang dipuja dan mantra yang diucapkan mengandung kekuatan magis karena malapetaka yang menimpa mereka sirna dan masyarakat kembali hidup tenang. Perlu diketahui bahwa persembahan dan mantra yang mereka ucapkan juga pernah tidak manjur. Kalau tidak manjur penduduk desa tersebut hanya mengatakan bahwa persembahannya kurang dan mantra yang dibaca tidak dengan niat penuh atau ragu-ragu saat membacanya sehingga apa yang diminta tidak dikabulkan.

Inilah pernak-pernik yang ada dalam kehidupan ini. Banyak hal yang kadang aneh menurut nalar tetapi hal tersebut memang terjadi dalam kehidupan ini. Pernah ada yang bertanya, "Ada orang yang sering pergi ke pohon yang besar, memuja dengan persembahan dan mantra. Setelah melakukan kegiatan ritual orang tersebut mendapatkan materi yang melimpah dan menjadi orang yang hidup sejahtera. Dengan melihat kejadian tersebut berarti pohon besar tadi mendatangkan berkah. Apakah benar pohon itu dapat mendatangkan berkah?" Kemudian penulis bertanya balik kepada orang tersebut, kalau memang iya, "Kenapa orang yang menderita dan miskin yang jumlahnya kian banyak itu tidak datang ke pohon kramat tersebut?" Penulis bertanya lagi, "Apakah semua orang yang datang memuja dan membaca mantra di pohon besar tersebut mendapatkan hal yang sama?" Orang yang bertanya itu kemudian berpkir, "benar juga ya."

Orang mendapatkan rezeki, jodoh, keselamatan dan maut tentunya banyak faktor yang mempengaruhi. faktor kehidupan lampau orang tersebut dan juga faktor lain yang ada pada kehidupan sekarang ini. Dogma tidak dapat menyelesaikan semua masalah kehidupan. Kalau dogma itu membawa kemukjizatan kenapa kita tidak menggunakan dogma itu untuk menghadapi masalah-masalah dalam kehidupan ini. Kenyataannya bahwa dogma bukanlah faktor penentu dalam kehidupan ini. Pemahaman dan pengertian tentang hakekat kehidupan ini perlu kita kembangkan agar kita tidak terjebak pada pandangan yang keliru mengenai kehidupan ini.

"Berusaha dan bekerja keras akan membuahkan hasil yang maksimal, tetapi jika kita hanya berpangku tangan dan hanya menunggu berkah maka kita akan membawa tangan kosong."

Mereka Mencari Kekuatan

Setiap orang mendambakan hidupnya bahagia, untuk mendapatkan kebahagiaan itu setiap orang berbeda cara untuk meraih kebahagiaan tersebut. Ada sebuah kebiasaan dalam suatu masyarakat, yaitu; melakukan upacara-upacara untuk mendapatkan berkah. Mereka melakukan persembahan makanan bahkan hewan korban kepada para dewa atau makhluk yang dipuja dengan harapan akan mendapatkan kebahagiaan. Dalam cerita-cerita masyarakat menunjukkan keyakinan yang luar biasa terhadap upacara-upacara tersebut karena konon banyak orang yang berhasil mendapatkan berkah. Mereka percaya bahwa apa yang dilakukan yang merupakan tradisi turun-temurun akan membawa tuah bagi keluarganya dan juga masyarakat lainnya.

Hingga dewasa praktik-praktik seperti itu masih ada dan ada sebagian orang yang mau mengeluarkan jutaan rupiah hanya untuk mendapatkan keberkahan yang ia dambakan. Mereka amat gembira kalau sudah melakukan ritual, mendapat mantra, dan juga memperoleh jimat. Mereka percaya bahwa apa yang dilakukannya mendatangkan rezeki, jodoh, keselamatan, dan keberuntungan yang lain. Memang, ada cerita yang mengatakan bahwa ada orang berhasil karena memiliki mantra, jimat atau melakukan ritual. Akhirnya mereka beranggapan bahwa ritual, mantra, dan jimat benar-benar bermanfaat untuk mendapatkan keberkahan. Kepercayaan yang kuat ini akhirnya menjadi pandangan masyarakat tersebut. Sekilas kalau kita lihat memang iya tetapi kalau kita mau berpikir obyektif tentunya akan berpikir lain.

Sering kali muncul pertanyaanyang mengarah pada kekuatan paritta untuk kehidupan duniawi. Pernah ada yang bertanya, "Apakah ada paritta yang dapat digunakan untuk mengatasi lapar, mendatangkan rezeki, jodoh dan keselamatan, dan untuk menolak bala?" Masih banyak pertanyaan sejenis yang sering ditanyakan oleh umat Buddha. Pertanyaan yang sederhana tetapi jika kita tidak menjawab dengan benar maka kita akan terjebak dengan pertanyaan-pertanyaan tersebut. Sekali kita buka suara bahwa paritta, mantra atau bacaan tertentu sangat ampuh maka orang akan berbondong-bondong untuk mendapatkan paritta, mantra dan doa kepada kita dan akhirnya orang-orang tersebut bukannya memiliki pandangan benar tetapi justru akan memiliki pandangan salah. Orang-orang tersebut juga akan kembali berbondong-bondong kepada kita dengan cacian, makian dan kata-kata kasar tatkala paritta, mantra dan doa yang kita berikan ternyata tidak manjur.

Orang-orang sekarang ini cenderung berpikir ke arah materi dan mereka juga ingin mendapatkan materi itu secara instan. Seandainya ada orang yang menawarkan jimat, mantra, paritta dan doa yang ampuh maka orang-orang tersebut akan segera datang. Demikian cepatnya orang itu datang karena keterikatan dengan materi sangat kuat. Mereka akan segera datang dan merasakan kebahagiaan yang luar biasa. Akan terjadi sebaliknya jika kita suruh datang ke vihara untuk latihan atthasila dan meditasi. Mereka yang mau datang sangatlah sedikit. Banyak di antara mereka yang menggunakan alasan-alasan tertentu untuk tidak datang. Tidak heran jika ada pertanyaan mengenai kekuatan jimat, mantra, dan paritta. Pencarian tersebut sudah terjadi sejak zaman dulu hingga sekarang. Mereka berharap dengan kekuatan-kekuatan itu ketenangan, keselamatan, rezeki, jodoh dan hal-hal yang baik akan segera didapatkan.

"Disiplin, semangat, kerja keras, ketekunan, keuletan, pengorbanan dan kebajikan adalah kunci untuk sukses, tanpa faktor tersebut sulit sekali mendapatkan kesuksesan. Kita tidak bisa hanya sekadar menengadah ke atas dan memohon-mohon".

Sekilas Tentang Paritta

1. MANGALA SUTTA

Pada suatu malam seorang dewa berjumpa dengan Sang Buddha dan meminta penjelasan mengenai berkah utama supaya dapat hidup dalam keselamatan. Paritta ini digunakan untuk perlindungan dari segala bahaya, tetapi juga untuk mencapai keputusan dalam semua jenis masalah. Dalam paritta ini terdapat tuntunan tingkah laku yang akan membawa kepada kebahagiaan.


2. KARANIYA METTA SUTTA

Pada suatu ketika ada lima ratus orang bhikkhu tiba di hutan untuk berlatih meditasi. Dewa-dewi yang tinggal di sana, yaitu di atas pohon-pohon, merasa terganggu. Mereka terpaksa turun ke tanah untuk menghormati bhikkhu-bhikkhu tersebut (supaya mereka tidak duduk lebih tinggi dari para bhikkhu). Setelah beberapa hari dewa-dewi itu merasa hampa lalu menjelma menjadi hantu dan memekik untuk menghalau mereka. Bhikkhu-bhikkhu itu lalu kembali kepada Sang Buddha untuk mendapat nasihat. Sang Buddha mengajarkan mereka sutta ini, lalu mereka kembali ke hutan tersebut dan mengucapkan sutta yang sama. Setelah itu para dewa-dewi merasakan kasih sayang yang dipancarkan dan mereka tidak menghalau para bhikkhu lagi. Paritta kasih sayang ini dibacakan supaya para dewa dan hantu tidak membahayakan atau mengganggu kita. Paritta ini mengajak kita untuk mengembangkan perilaku yang dipenuhi dengan cinta kasih.


3. RATANA SUTTA

Pada suatu ketika, kota Vesali mengalami kekurangan makan (famine) dan wabah penyakit (epidemic). Banyak orang yang meninggal sehingga mayat mereka yang berbahu telah menyebabkan hantu-hantu jahat datang ke Vesali. Karena tidak bisa menyelesaikan ke tiga masalah ini, Raja Vesali memohon bantuan kepada Sang Buddha. Sang Buddha datang dan mengajarkan Ananda untuk membaca paritta ini selama tujuh malam di sekeliling kota Vesali sambil memercikkan air yang ada dalam patta (mangkok) Sang Buddha. Hantu-hantu meninggalkan tempat itu, orang-orang yang menjadi sembuh dan masalahpun terselesaikan.


4. KHANDHA PARITTA

Dalam Culavagga (Vinaya Pitaka) terdapat kisah seorang bhikkhu yang meninggal karena digigit ular. Sang Buddha memberitahu pengikut-Nya bahwa bhikkhu patut memancarkan pikiran kasih sayang kepada ular dengan mengajarkan paritta ini kepada mereka untuk mendapatkan perlindungan. Paritta ini digunakan sebagai suatu perlindungan dari ular dan semua makhluk, terutama pada saat di dalam hutan.


5. VATTAKA PARITTA

Dalam Jataka dikisahkan bahwa pada suatu ketika terjadi kebakaran besar di dalam hutan, untuk melindungi diri dari api yang membahayakan maka anak burung itu ingat kepada Sang Buddha dan membuat pernyataan kebenaran. Api tersebut tidak dapat menjangkau anak burung itu. Paritta yang mengandung kebenaran ini dibacakan untuk perlindungan dari bahaya api.

 
Bls: Kekuatan Yang Dahsyat

indonesia di zaman borobudur berdiri, aliran buddhanya adalah aliran tantrayana yang sangat mengagungkan pembacaan mantera dan bantuan mahluk-mahluk disekitar kita untuk dapat membangun bodrobudur, karena sudah melihat hasilnya yaitu berdirinya borobudur kepercayaan akan hal gaib susah dihilangkan, manusia masih mengharapkan datangnya perubahan nasib atau mujijat minimal dengan pembacaan mantera, mengharapkan manusia memurnikan pikiran tanpa pembacaan mantera atau parita hampir mustahil hanya untuk orang-orang yang berkarma sangat baik seeprti bikhu-bikhu Zen. pemikiran theravada seperti agama samawi padahal beda agama buddha dengan agama samawi karena di tingkat awal untuk umum memang mengandalkan logika tetapi di tingkat lebih tinggi sudah mengandalkan hal-hal gaib contohnya agama samawi untuk mahluk -mahluk yang menderita seperti hantu dan setan-setan kelaparan harus diusir jauh-jauh bila perlu dimusnahkan,sedangkan agama buddha mengasihi semua mahluk, harus mempunyai kekuatan gaib untuk menyeberangkan arwah-arwah para hantu dan setan-setan kelaparan. jadi agama buddha tidak hanya menolong manusia saja tetapi semua mahluk termasuk binatang juga.
 
Bls: Kekuatan Yang Dahsyat

pembacaan mantera baru akan ampuh bila menjalankan pancasila, kedua mantera yang dibaca diajarkan oleh gurunya bukan dari buku. satu lagi bila orang yang mengajarkan membaca mantera itu sudah terbangunkan kundalininya juga ampuh. saya pernah membuktikan dengan mengajarkan seorang anak muda korban narkoba over dosis dirumah sakit sudah meninggal di monitor sudah garis lurus, saya datang hanya melihat dia sadar kembali hanya tidak bisa bernapas meronta-ronta, lalu lehernya dibolongi untuk bernapas hanya bisa bernapas tersendat untuk menarik napas satu kali saja susahnya minta ampun . sungguh kasihan melihatnya lalu saya ketik di hp (sms) suruh baca satu mantera (menyuruhnya zikir terus) cuma sekitar 5 menit napas sudah lancar kembali. sampai sekarang sudah sehat dan sembuh dari narkoba dengan menjapa mantera. satu lagi dia bukan umat buddha tapi umat katholik dan sekarang tetap umat katholik. itu membuktikan membaca mantera sangat ampuh masalah mantera tidak ampuh tergantung orang yang mengajarinya. ?
 
Back
Top