Maaf, Aku Terlambat

Kalina

Moderator
Yoga buru-buru membereskan buku-bukunya. Ia sudah janji pada pacarnya, Kalin, akan menjemputnya di sekolah. Mereka beda sekolah.

Kalin sudah menunggu di depan gerbang sekolah. Sudah lima belas menit sejak pukul satu ia menunggu. Jarak antara sekolahnya dengan sekolah Yoga tidak begitu jauh. Sepuluh menit sudah sampai, kalau tidak ada macet. Paling lama tiga puluh menit, sambil terjebak macet. Berkali-kali Kalin mengintip jam di ponselnya. Sudah jam dua kurang sepuluh menit. "Yoga mana, sih?"
Tengah menunggu, ada si Rubben. "Lin, nunggu si Yoga?"
"Iya, nih. Lo ada pulsa, ga? Gue mau telpon dia."
"Ada. Nih." Rubben memberikan ponselnya pada Kalin.
Berkali-kali Kalin mencoba menghubungi Yoga. Tapi, sepertinya, ponsel Yoga tidak aktif. "Duh, Yoga ke mana, sih? Gue kan musti nemenin mama ke mall jam tiga."
"Bareng gue aja. Lo sms ke Yoga, bilang, kalo lo dah pulang ma gue, karena dia telat jemputnya."
"Ya, deh."
Kalin pun naik ke motor Rubben.

Sepulang dari mall, Kalin nonton televisi. Ada berita kecelakaan di jalan dekat sekolahnya. Sepertinya parah. Tapi, Kalin memang tidak suka berita kecelakaan. Maka, ia pindah chanelnya.

Malam tiba. Sudah pukul sembilan. Yoga tidak telpon, atau membalas sms Kalin. Telpon rumahnya tidak ada yang menjawab. Ponsel Yoga juga tidak kunjung aktif. Sampai pukul sebelas malam, Kalin tidak tidur, menunggu telpon atau sms dari Yoga. "Yoga, kamu ke mana, sih..? Aku kangen banget sama kamu.."
Kemudian.. terdengar suara pintu diketuk orang. Kalin segera turun, hendak membukakan.
"Yoga..!!" Kalin jadi antusias sekali. Ia memeluk Yoga. "Kamu ke mana aja, sih?"
"Sayang.. aku minta maaf. Tadi aku terlambat jemput kamu."
Kalin melepas pelukannya. "Ga pa-pa."
Yoga tersenyum. "Oh ya, malam ini, aku mau pergi jauh. Jadi, mulai besok, aku ga bisa jemput kamu lagi."
"Kamu mau ke mana? Ikut, dong.."
"Kamu ga boleh ikut. Nanti aja.. aku kasih tau kamu."
"Tapi, kamu telpon aku, yah.. Kasih kabar. Kamu tau kan, aku ga bisa kalo ga ngobrol sama kamu, walau pun cuma sehari."
"Maaf. Aku juga ga bisa telpon kamu. Ponsel aku rusak. Trus, tempat yang mau aku datengin, ga ada sinyal di sana."
"Oh.. ya deh.. ga pa-pa. Yang penting, kamu jangan lirik cewek lain."
Yoga tersenyum. "Oh ya, ini buat kamu." Yoga mengeluarkan sebuah harmonika warna biru. "Ini harmonika kesayangan aku. Kalo kamu kangen sama aku, mainin aja lagu kesayangan kita berdua."
Ada rasa haru dalam benak Kalin.
"Ya udah, aku harus pergi sekarang. Kamu, jangan lupa istirahat, yah. Jangan terlalu capek. Makan teratur. Jangan suka bikin mama papa kamu kesel. Jaga diri kamu baik-baik, yah.."
Kalin menganggukkan kepala. "Kamu juga hati-hati, yah. Jangan lupa istirahat."
"Iya. Ya udah. Kalo gitu, aku pergi dulu. Selamat malam, Kalin sayang.." Yoga memeluk dan mencium kening Kalin. Begitu juga Kalin membalas ciuman itu di kening Yoga.

Keesokan paginya..
Rubben menghampiri Kalin dengan buru-buru. "Kalin!"
"Ada apaan? Kayak yang abis dikejar setan aja, lo!"
Rubben mengatur nafasnya. "Lin.. Yoga.."
"Yoga kenapa, Ben?"
Sepertinya, Rubben tak sanggup bilang, apa yang terjadi. Ia malah memeluk Kalin. "Lo yang tabah.."
Tanpa disadari, Kalin meneteskan air mata. "Emangnya.. Yoga kenapa, Ben..?"
"Yoga.. Udah.. ga ada."
"Ga ada gimana? Semalem, dia pamit ma gue, kalau mau pergi jauh, dan ga bisa nelpon atau sms gue, karena ponselnya rusak."
"Kalin.. Yoga udah meninggal kemarin siang. Kecelakaan di jalan deket sekolah kita."
"Apa..? Semalem, Yoga dateng ke rumah gue. Dia ngasih harmonika kesayangannya ini.. Mana mungkin dia meninggal? Dia.. cuma mau pergi jauh.."
Pelukan Rubben semakin erat. Tangisan Kalin semakin menderai. Mereka langsung ke makam Yoga.

Di pemakaman..
Kalin jadi histeris. "Yoga..!!! Jangan tinggalin aku.. Yoga..!!!"
Rubben menepuk pundak Kalin, sambil berkata, "Tabah, yah.."

Sejak Yoga meninggal, Kalin sering sekali datang ke makam Yoga. Hampir setiap hari. Memainkan harmonika, dengan lagu-lagu kesayangan Kalin dan Yoga. Kadang, Kalin bernyanyi sendirian.
"Andai.. ku bisa.. Akan ku balas semua yang pernah engkau berikan. Sungguh lemah diriku. Tak berarti hidupku. Bila tak ada dirimu.."

TAMAT
 
Back
Top