Megha
New member
Pasca Perceraian, Maia Estianty Ke Psikiater Sembuhkan Luka
Di balik keceriaannya, Maia Estianty masih menyimpan duka.
Di balik keceriaannya, Maia Estianty masih menyimpan duka.
Jauh dari anak membuatnya sering menangis sendiri. Dia juga membutuhkan waktu untuk bisa membuka diri terhadap pria lain. Terutama, setelah Pengadilan Agama Jakarta Selatan mengabulkan gugat cerainya terhadap sang suami, Ahmad Dhani.
Sejauh mana Maia Estianty berjuang mengatasi polemik luka hatinya, dan langkah apa yang dia lakukan, yuk..... kita simak dialog dari hati ke hati Maia Estianty.
Apa kabar Mbak ?
Baik. Tetapi, saat ini masih proses healing. Berkonsultasi dengan psikiater. Tapi, bukan berarti aku gila. Aku berusaha menyembuhkan luka-luka karena bagaimanapun, aku pernah trauma.
Masih terasa berat ?
Sampai saat ini, kesedihan kehilangan anak-anak masih ada. Konsultasi dengan psikiater adalah salah satu terapi agar bisa tetap kuat. Aku kangen sama anak, di kamar sering nangis. Orang-orang rumah yang tahu kalau aku itu nangis.
Tetapi, tampaknya tetap ceria aja tuh ?
Di luar aku tidak boleh terlihat cengeng. Aku sedang berusaha belajar untuk melepas semuanya dan bersyukur dengan apa yang didapatkan.
Rutin bertemu anak-anak ?
Lumayan. Bahkan, terakhir saat bertemu dengan Al, El, dan Dul, mereka menyarankan aku untuk segera cari pacar baru. Kata mereka, biar aku happy.
Nggak Ingin segera menemukan pendamping ?
Sejauh ini, mencari pasangan hidup baru belum menjadi prioritas. Kalaupun ada yang mendekati, tidak bisa sembarangan diterima. Pengalaman membuatku mempertimbangkan banyak hal. Minimal, bertemu dengan pria yang satu tipe, cocok, dan mengerti duniaku.
Dunia seperti apa tuh ?
Dalam duniaku, Maia itu produser. Maia punya anak tiga. Maia punya kerjaan yang mungkin ditinggal-tinggal pergi ke luar kota. Sampai saat ini, banyak yang bisa ngertiin. Bahkan, banyak juga yang ngajakin kawin, tapi aku nggak mau.
Kenapa ?
Aku tidak ingin karir di dunia musik kelak dijegal suami. Jika suami meminta berhenti menyanyi, aku sanggup. Tapi, kalau disuruh berhenti bermusik, tidak bisa. Sebab, musik setiap hari di kepalaku. Pekerjaan juga penolong di kala duka sedang menghampiri. Kalau nggak kerja, pikiran jadi macem-macem. Menemukan yang mengerti seperti itulah yang agak sulit. (jp/ly)