Kalina
Moderator
JAKARTA - Sukses menelurkan dua antologi cerpen dan dua karya kolaborasi dengan beberapa penulis, Happy Salma kembali memperlihatkan kebolehannya dalam mengarang. Perempuan 30 tahun itu turut menyumbangkan tulisannya dalam kumpulan cerpen bertajuk 24 Sauh yang dirilis hari ini.
Happy mengungkapkan, dirinya sangat bangga dilibatkan dalam proyek tersebut. Sebab, dalam kumpulan cerpen yang melibatkan 24 wanita dari berbagai kalangan itu terdapat sederet nama-nama besar, seperti Menteri Pemberdayaan Perempuan Linda Gumelar hingga pengusaha Dewi Motik.
"Jujur, ini merupakan kebanggaan tersendiri karena karyaku bisa bersanding dengan beliau-beliau. Ada ibu Linda Gumelar sampai ibu Dewi Motik," paparnya ketika dihubungi kemarin (31/1).
Dalam antologi tersebut, aktris kelahiran 4 Januari 1980 itu menyumbangkan karyanya yang bertajuk Ibu Ida. "Kebetulan tema dan ceritanya cocok. Aku pilih cerpen tersebut dan ternyata diterima," ujar Happy.
Lewat cerpen bertajuk Ibu Ida itu, Happy mencoba menyampaikan pesan moral. Di situ, dikisahkan seorang ibu single parent yang sangat mencintai anaknya. Saking cintanya, perasaan tersebut akhirnya merusak sang anak. "Aku itu mau menyampaikan, melakukan kekerasan pada anak itu nggak baik. Tapi, mencintai anak sampai memanjakan dia habis-habisan juga jelek," ulasnya.
Happy mengungkapkan, dirinya sangat bangga dilibatkan dalam proyek tersebut. Sebab, dalam kumpulan cerpen yang melibatkan 24 wanita dari berbagai kalangan itu terdapat sederet nama-nama besar, seperti Menteri Pemberdayaan Perempuan Linda Gumelar hingga pengusaha Dewi Motik.
"Jujur, ini merupakan kebanggaan tersendiri karena karyaku bisa bersanding dengan beliau-beliau. Ada ibu Linda Gumelar sampai ibu Dewi Motik," paparnya ketika dihubungi kemarin (31/1).
Dalam antologi tersebut, aktris kelahiran 4 Januari 1980 itu menyumbangkan karyanya yang bertajuk Ibu Ida. "Kebetulan tema dan ceritanya cocok. Aku pilih cerpen tersebut dan ternyata diterima," ujar Happy.
Lewat cerpen bertajuk Ibu Ida itu, Happy mencoba menyampaikan pesan moral. Di situ, dikisahkan seorang ibu single parent yang sangat mencintai anaknya. Saking cintanya, perasaan tersebut akhirnya merusak sang anak. "Aku itu mau menyampaikan, melakukan kekerasan pada anak itu nggak baik. Tapi, mencintai anak sampai memanjakan dia habis-habisan juga jelek," ulasnya.