Krisis finansial global telah membuat likuiditas di pasar dunia kering. Modal yang sebelumnya rame-rame masuk ke negara emerging market, kembali ke negara asalnya. Indonesia, sebagai salah satu negara berkembang termasuk yang kena getahnya.
Sejumlah lembaga investasi di Indonesia sebelumnya juga dikabarkan termasuk yang kena imbas. Banyak investor penyandang dana yang menarik dananya dari lembaga-lembaga semacam private equity fund tersebut. Karena itu, tak mengherankan para pengelola dananya sibuk melobi investor mereka.
Namun, Saratoga Capital yang mengelola dana US$ 1 miliar ternyata tidak demikian. "Mitra penyandang dana kami tidak ada yang menarik duitnya," ujar Edwin Soeryadjaya, Chairman Saratoga Capital di Jakarta, 20 Mei 2009. "Kami justru dapat suntikan dana baru."
Berbekal dana itulah, putra pendiri Astra Internasional, William Soeryadjaya itu mulai melirik banyak perusahaan. Perusahaan itu bergerak di berbagai sektor. Apa saja sektor dan perusahaan yang diincar, berikut petikan wawancara khusus jurnalis VIVAnews, Mohamad Teguh dan Heri Susanto dengan pengusaha kawakan ini.
Baru pulang dari Amerika Serikat? Ada agenda apa?
Ya. Saya laporan ke International Finance Corporation. Dia kan salah satu limited partner di Saratoga Asia II LP. Kini total dana yang kami kelola hampir US$ 1 miliar.
IFC tidak menarik dananya dari Indonesia di masa krisis ini?
Tidak. Nggak tahu untuk perusahaan yang lain, tapi bagi Saratoga tidak. Karena limited partner kami kuat-kuat. Misalnya, IFC, uang anak perusahaan Bank Dunia itu kan tidak berseri. Commonwealth Develompent Corporation (CDC) juga kuat sekali karena dimiliki oleh pemerintah Inggris. PT Astra Internasional Tbk. juga kuat,… hasil karya ayah saya hahaha.
Kami mendapat tambahan dana US$ 150 juta. Dari situ, kami bisa belanja banyak sih. Sebagian malah sudah diinvestasikan.
Diinvestasikan dimana saja?
Di sektor pertambangan, jalan tol, perkebunan sawit, serta consumer goods.
Sejauh ini berapa keuntungan yang diperoleh limited partner?
Ya cukup baik kok.
Dalam waktu dekat akan akuisisi apalagi?
Rencananya banyak yang mau diakuisisi. Sebab, saya kan bekerja untuk investor. Investor, kalau saya tidak kelola uangnya, ya tidak ada kerjaan untuk saya.
Kabarnya tertarik beli PT Bukit Makmur Mandiri Utama (Buma), perusahaan kontraktor pertambangan?
Eh…Anda tahu dari mana? Itu masih jauh ya karena prosesnya tidak mudah. Itu perusahaan besar dan menyangkut banyak aspek-aspek lain.
Prinsipnya, kalau ada proyek-proyek yang bagus, ya kami lihat. Selain itu kami juga ikut membantu kalau ada yang mau mengambil alih.
Investor mana yang dibantu?
Ada grup dari luar negeri. Saya kan menjadi semacam manajer investasi.
Saratoga akan ikut sebagai pemegang saham?
Mungkin nanti ikut.
Anda khabarnya juga berminat membeli saham BP di Blok Offshore West Java (ONWJ)?
Oh…itu dengan manajer investasi lain. Ada yang ajak kami. Kami kan tidak bisa besar-besar untuk satu proyek. Jadi, ada keterbatasan. sehingga kami urunan dan biasanya mengajak sesama manajer investasi. Namun, dalam konteks ini, kami yang diajak. Bukan kami yang punya gagasan.
Saratoga tidak berminat mayoritas?
Kami kan tidak pernah mayoritas karena keterbatasan keuangan. Misalnya, seperti di PT Adaro Energy Tbk., karena mindset kami sama, apakah itu Theodore Permadi Rachmat, Benny Subianto dan Boy Garibaldi Thohir, maka kami secara bersama menjadi mayoritas.
Dan kami tidak mau merusak citra sehingga kami saling menjaga. Jadi, kebijakan kami sama-sama berbagi apa yang terbaik untuk semua pemangku kepentingan. Itu kan mencakup beberapa hal. Pertama, klien atau konsumen. Kedua, negara terkait pajaknya. Ketiga, untuk karyawan. Keempat, baru pemegang saham. Selama itu dipegang teguh, kita kan bisa maju bersama.
Secara strategis, kami memang ingin memperbesar Adaro. Kalau dari produksi kami targetkan 40 juta ton tahun ini. Kami harapkan ada kenaikan keuntungan.
Benarkah Tata Power, Marubeni dan Barito minati saham Adaro?
Saya tidak tahu. Yang mau (dijual) kan punya orang asing, Goldman Sachs. Kita kan tidak bisa kasih tahu mereka mesti jual mau jual ke siapa.
Bagaimana Anda menyikapi rencana penjualan saham itu?
Ya nggak papa sih mau dijual. Kami tidak ada masalah. Sebab, kami di sana berlima. Boy Thohir, Teddy P. Rachmat, Benny Subianto, Sandiaga Uno dan saya. Kelima orang ini kompak kok.
Di luar sektor pertambangan ada yang Anda minati?
Ada satu perusahaan, saya belum bisa katakan. Saya masih menelitinya. Ya lumayan besar. Ada dua yang kami minati. Satu, perusahaan makanan dan minuman. Satu lagi consumer goods yang lain.
Mengapa consumer goods?
Untuk melengkapi portofolio yang baik. Salah satunya kami tertarik di consumer goods.
Bagaimana kelanjutan proyek jalan tol Anda?
Masih jalan. Namun, kami menghadapi masalah kurang tegasnya pemerintah. Itu kan satu kebijakan pemerintah. Lahan sudah diselesaikan oleh pemerintah. Perbankan yang belum.
Soal politik, menurut Anda dari tiga pasangan calon presiden siapa yang paling bagus?
Kalau bagi pengusaha semua juga bagus. Nanti kita lihat pada 9 Juli 2009.
Sumber : vivanews.com