" Jodohku Impianku "

kessy_kessy

New member
Suatu sore di sabtu yang tenang, setelah selesai mandi, gue langsung siap-siap. Kebetulan hari itu gue ada rencana buat jalan sama teman gue buat nonton film “Ada Apa Dengan Cinta”, yang ngga lain itu adalah film favorit gue. Selain itu gue suka banget sama pemain wanita dalam film itu, dia adalah Dian Sastrowardoyo. I think she’s the best actress in the world. Gue ngga hanya suka dari sisi aktingnya aja tapi dari attiude, akademik, dan terakhir yang gue ngga bisa bohong, gue kagum sama kecantikannya. Keluarga dan teman-teman gue sudah tahu semua kalau gue ngefans dan jatuh cinta berat sama pemeran Cinta dalam film yang dikenal dengan “AADC” itu. Gue punya semua DVD dan VCD filmnya mulai dari film pertamanya sampai film terbarunya sekalipun. Gue juga ngumpulin artikel–artikel, gambar atau foto-foto tentang dirinya dari koran, majalah, dan internet. Kalau mau jujur, gue sudah melakukan berbagai macam usaha agar gue bisa ketemu idola gue itu. Mulai dari cari alamat rumah,nomor telepon rumah, dan handphonenya, tapi selalu gagal dan gue ngga pernah menyerah. Sebenarnya ini bukan pertama kali gue nonton film itu, kira-kira gue udah nonton 7 kali. Tapi dengan semangat 45 gue tetep mau nonton “lagi” dan ngga ada yang bisa menghalangi dan ganggu acara gue.
Kira-kira jam 16.00 gue sudah siap dengan penampilan terbaik dan menghabiskan parfum nyokap yang sebenarnya memang sudah tinggal sedikit. Tapi karena gue janji sama temen gue yang bernama Dicky Frismandoni jam 17.00, jadi sambil nunggu gue main komputer dan Online dulu. Sekitar setengah jam kemudian Dicky dateng.
“Bi, Dicky suruh masuk terus suruh tunggu sebentar !!” seru gue ke Bibi.
“Oiya Mas,” jawab Bibi.
Setelah itu gue langsung kembali siap-siap, membetulkan pakaian gue yang sudah agak lecek dan nyemprot parfum lagi, maklumlah kan mau nonton film spesial.
“Sorry Dick lama.” kata gue sambil berharap Dicky ngga marah.
“Ahh ngga apa-apa, tenang aja,” jawab Dicky dengan santai.
“Bagus deh, lu memang teman gue yang paling pengertian.”
Dengan raut muka yang berubah “Ehh gila !! lu ngomong apaan sih ?! Kita langsung berangkat aja deh.”
“Ha.. haa.. haa,” gue tertawa dengan puas.
“Bi, ntar kalo mama sama papa pulang, bilangin Vicky ngga makan malam di rumah, jadi ngga usah di tungguin,” ujar gue sambil menutup pintu.
“Baik Mas.”
Langsung gue sama Dicky menuju garasi buat ambil mobil. Diperjalanan gue sempat bingung sama Dicky, karena dari tadi dia memandangi gue sambil senyum-senyum simpul ngga jelas.
“Lu kenapa sih ?? Ada yang salah sama gue ??” tanya gue sambil melihat diri gue ke kaca spion.
“Ha..haa..haa..haa,” Dicky terus tertawa dengan tawa yang semakin membesar.”Lu mau tau ngga kenapa ??” tanya Dicky.
“Kenapa ??” jawab gue dengan penuh penasaran.
“Kalau di liat-liat lu mirip sama Nicholas Syahputra !!”
“Hah ??”
“Serius lu ??”
“AAAAAAAAA... !!” teriak gue dengan penuh histeris.
Mulai dari situ selama perjalanan kita ke PIM, gue hanya terus senyum dan kadang tiba-tiba gue tertawa sendiri membayangkan perkataan Dicky. Jadi kalau ada yang bilang gue mirip Nicholas Syahputra, yang ngga lain adalah lawan main di film yang mau gue tonton, tertawa dan teriak adalah ungkapan perasaan yang menurut gue paling pas buat menggambarkan betapa senangnya gue saat itu. Tanpa meremehkan fans-fans dia yang lain, gue berpendapat gue bukan sekedar fans “sembarangan”, sampai-sampai gue berharap gue bisa menjadi pendamping hidup atau suaminya.
Kembali ke acara nonton gue. Sekitar jam 18.30, gue sampai di PIM, gue sama Dicky langsung beli tiket dan gue dapat nonton yang jam 19.15. Karena kita masih punya waktu sekitar setengah jam lagi, kebetulan gue sama Dicky orangnya iseng, jadi kita memutuskan jalan-jalan dulu sambil cuci mata dan ngga lupa mengomentari penampilan orang-orang di Mall.
“Ehh tuh tuh liat yang pake baju pink !!” bisik gue.
“Mana mana ??” tanya Dicky sambil mencari-cari wanita yang gue maksud.
“Itu yang deket lift.”
“Iya iya gue liat,” jawabnya dengan dilanjutkan dengan tertawa.
“Ngomong-ngomong disini ada yang mau kawin ya ??” tanya gue iseng.
“Ya ngga lah, ini kan Mall bukan KUA.”
“Lah trus itu wanita kok mirip penyanyi OrTu ya ??”
“Apaan tuh OrTu ??”
“Organ Tunggal.”
“Wakakakakakak” tawa kami terbahak-bahak padahal menurut gue sama sekali ngga ada yang lucu.
Setelah puas menertawakan dan mengomentari penampilan orang-orang pada malam itu dan waktu juga udah menunjukan 19.12, kami langsung menuju ke tempat kami nonton. Ngga lupa sebelum masuk ke dalam bioskop, kami beli satu 1 Medium Popcorn dan 2 gelas Coca-Cola. Karena ini bukan film baru, jadi penonton ngga terlalu banyak.
“Wahh sepi, gue bisa teriak-teriak sepuas gue nih.” Ujar gue dengan penuh gembira.
Biasanya gue kalo nonton film-filmnya Dian Sastro, gue selalu teriak, gitu juga kalo gue ngeliat foto atau gambar dia, pasti teriak. Tapi sekarang udah sedikit bisa di control.
“Ehh !! awas lu ya kalau sampai teriak-teriak, gue pulang !!” seru Dicky dengan nada tinggi.
Di awal film gue ijin sama Dicky.
“Gue boleh teriak ngga ??”
“Kagak.”
Beberapa lama kemudian gue nanya lagi sambil terus menonton.
“Dick, gue dah boleh teriak belum ??”
“Kagak !!” jawab dicky dengan mata melotot.
Kemudian di pertengahan film, gue kembali nanya sama Dicky.
“Woi, please gue di ijinin teriak ya ??” dengan muka memelas.
Dicky ngga menjawab tapi dia melempari gue dengan popcorn.
“Ehh tuh popcorn gue beli 35 ribu, masa di buang-buang.” ingat di luar sana masih banyak orang yang susah cari makan, kita seharusya bersyukur sa.... “
“STOP !!” dicky memotong kata-kata gue.”Lu mendingan teriak aja deh daripada ceramah gitu, sesat tahu !!”
“Bener ??” tanya gue dengan semangat.”AA...”
“Ssssstt !!”
Ternyata penonton yang ada dibelakang gue dari tadi terganggu, jadi acara teriak gue belum dimulai udah disuruh berhenti.
“Nach kan, gue bilang juga apa, ck ck ck,” gerutu Dicky.
“Idiih,” ujar gue dengan penuh kesal.
Setelah film selesai, gue sama Dicky setuju buat makan dulu sebelum pulang. Akhirnya kami beli Mc Donalds yang take away. Sekitar jam 22.30, kita sampai di rumah gue.
“Vik, gue langsung pulang ya !!” kata Dicky sambil berjalan menuju garasi ambil motor gedenya.
“Hoeaaam, ngga mau minum dulu ??” tanya gue dengan mata yang tinggal segaris, maklum gue dah ngantuk banget.
“Thanks deh, assalamualaikum !!”
“Jangan lupa acara besok !!” teriak gue.
Keesokan harinya, dengan sukses gue bisa bangun pagi. Gue bangun jam 9.00 pagi.
“Tok.. tok.. tok..” terdengar suara dari pintu kamar gue.
“Ada apaan ?? udah bangun kok,” seru gue dengan lantang.
Sambil buka pintu seorang wanita penggemar yang berparas cantik dengan rambut yang keriting berpakaian daster kuning masuk, yang ternyata nyokap gue. Dengan wajah kebingungan nyokap nanya gue dengan pertanyaan yang ngga wajar.
“Ky, kamu ngompol ya ??
“Idiih, maksudnya apaan tuh ??” tanya gue dengan alis kanan naik.
“Kalo jam segini udah bangun, pasti kamu ngompol, kamu kan bangun pagi kalau ngompol doang.”
“Busyeeet, pagi-pagi gini gue dah lecehin, kalau bukan nyokap gue sendiri, dah gue laporin ke Komnas HAM !!” seru gue dalam hati.
Setelah selesai bercengkrama yang menyebalkan sama nyokap, gue langsung mandi. Seperti biasa kalau lagi mandi, gue paling interest nyanyi lagu “Padi” favorit gue.
“Aku tak bisa luluhkan hatimu.. Dan aku tak bisa menyentuh cintamu Dian Sastroku.. Sya la la la.”
Ngga lama Dicky dateng dengan berpakaian rapih dan keren banget.
“Wow, ada Irwansyah masuk rumah gue,” gurau gue ke Dicky yang saat itu bener-bener lagi ganteng seganteng-gantengnya umat.
“Muji apa ngeledek lu !!” tanya Dicky.
Hari ini gue sama Dicky ada rencana buat meet and greet sama Dian Sastro di acara premiere film terbarunya yang berjudul “3 Wish 3 Love” di Blitzmegaplex, Grand Indonesia, Jakarta Pusat. Diperjalanan gue sempat mampir dulu buat beli bunga mawar.
“Buat apaan tuh bunga ??” tanya Dicky serius.
“Mau gue kasih ke Dian Sastro,” jawab gue dengan senyum.
Setelah sampai, ternyata udah banyak orang dari berbagai macam kalangan, mulai dari artis, sineas, dan wartawan.
“Vik, mana ??” tanya Dicky.
“Sabar, ini gue juga lagi nyari,” ujar gue sambil melihat kanan-kiri.
“Noch !!” seru Dicky dengan keras
Kemudian gue menghampiri waiter buat minta tolong dengan tip 20 ribu buat kasih bunga yang udah gue beli sebelumnya ke idola gue yang sepertinya sedang wawancara.
“Ehh, kenapa ngga lu kasih sendiri aja ?? kan biar dia tau lu yang mana,” protes Dicky.
“Maunya juga gitu, tapi gue belum siap”
“Ahh payah nih,” ujarnya.
Setelah acara selesai, gue ajak Dicky buat langsung pulang.
“Langsung pulang yuk ??”
“Lu ngga salah ngomong ??” tanya Dicky balik dengan heran.
“Udah pokoknya pulang.”
“Aneh.”
Di mobil gue terus senyum membayangkan apa yang akan terjadi nanti atau besok.
“Gue curiga, lu pasti ada rahasia sama gue,” tanya Dicky sambil mendorong-dorong bahu gue.
“Emm, sebenarnya gue tadi ngga cuma kasih mawar doang, gue juga kasih surat yang isinya gue ajak dia ketemu di Segara, Ancol jam 4 sore.”
“SERIUS LU ??” tanya Dicky dengan penuh kaget. “Tapi lu ntar tau dari mana dia datang dan mau apa ngga ??”
“Itu udah gue pikirin sebelumnya, disitu gue tulis kalo dia setuju, dia bisa mc (missed call) gue.”
“Ck ck ck, gue salut sama lu, semoga sukses deh,” kata Dicky.
Dimalam harinya, gue sama sekali ngga keluar kamar dari maghrib. Gue cuma tiduran sambil berharap bakal ada mc buat gue. Hampir jam 1 pagi, gue masih belum tidur dan terus berharap ada yang mc ke hp gue. Kira-kira jam 3 pagi gue tidur karena ngantuk dan bete sendiri. Sebelum tidur gue berdoa.
“Semoga hamba bangun nanti, udah ada yang mc, Amin.”
“Ada apa dengan cinta.. perbedaan aku..” ringtone hp gue bunyi yang kemudian tiba-tiba berhenti.
Langsung gue bangun dan melihat ada yang mc ke hp gue. Spontan gue langsung loncat dari tempat tidur dan bersuka cita riang gembira kesana kemari.
“Hore !! Doa gue manjur,” teriak gue.
Setelah gue puas meluapkan kegembiraan gue saat itu, gue langsung buka hp gue buat ngeliat nomor yang mc gue itu. Ternyata itu si Dicky. Kecewa bercampur sedih menghampiri suasana hati gue saat itu.
“Manjur sih manjur, tapi kenapa si Dicky marmut yang mc gue !!”
Di malam berikutnya, hal yang sama gue lakukan. Karena ngga sabar, sekitar jam 22.10 gue memutuskan buat nelpon Dian Sastro. Beberapa saat sebelum gue nelpon, ada telpon masuk dan tanpa melihat nomornya, gue langsung angkat.

“Halo !!” terdengar seperti suara wanita.
“Halo, ini siapa ya ??” tanya gue dengan santai.
“Kamu yang kirim bunga mawar kemarin ya ??” tanya wanita itu dengan lembut.
Mendengar pertanyaannya, gue langsung bangkit dari tempat tidur gue dan kemudian melihat nomor hp yang masuk tersebut. Ternyata dia adalah wanita yang gue tunggu-tunggu.
Jawab gue dengan terbata-bata, “Iyyyy.. iya iya.”
“Kamu ngga apa-apa ??”
“Eee.. hah ?? apa ?? kenapa ??” jawab gue dengan jantung yang berdegup kencang.
“Gini deh, aku terima ajakan kamu tapi hari ini, kalau besok-besok aku ngga bisa.”
"Ooo.. kke.”
“Bye, see you soon !!” ujarnya sebelum menutup telepon.
Langsung gue bergegas siap-siap dan berpenampilan se-OK dan semaksimal mungkin yang gue bisa. Gue ngga sangka semua ini bisa terjadi. Sampai gue di Segara jam 3.55, gue langsung memilih tempat yang menurut gue paling indah dan private buat kami berdua. Gue sengaja datang lebih cepat, karena ini adalah pertemuan pertama gue secara langsung dengan idola gue, jadi gue ngga mau ada kesan buruk tentang gue apa lagi gue yang ngajak. Jam menunjukan jam 4.20 sore, dan wanita yang gue tunggu-tunggu akhirnya datang.
“Emm.. Hai !!” sapa gue dengan sedikit gemetar dan keringat yang membasahi hidung.
“Udah lama ?? Sorry ya” ujarnya.
“Ngga kok, oiya tadi aku udah pesan makanan favorit kamu.”
“Makasih ya, aku bingung mau mulai dari mana, sebenarnya tujuan kamu ajak aku kesini itu apa ya ??”
“Sepertinya kita makan dulu aja, ntar aku pasti cerita semuanya,” jawab gue sok cool
“Oh ya udah.”
Hampir satu setengah jam kita disana, menghabiskan waktu dengan makan bersama, i talking with him about everything seperti hobbies, books, film, terus sharing satu sama lain, bersenda gurau, dan hal-hal lainnya.
“Kamu mau langsung pulang ??” tanya gue.
“Ngga, aku ada acara lagi di tempat lain,” jawabnya sambil kemudian dia dan gue berjalan meninggalkan meja makan.
“Kok kamu ngga bilang ?? Dimana ?? Acaranya jam berapa ?? Telat ngga ??” tanya gue dengan sedikit panik.
“Ha.. haa.. ngga kok, acaranya sekitar jam 7,” jawabnya sambil tersenyum manis.
“Perlu gue jemput ??”
“Ngga usah makasih.”
Beberapa bulan setelah pertemuan itu, hubungan kami semakin akrab. Kadang gue sms atau telpon dia, walaupun ngga selalu di balas atau di angkat. Setiap tanggal 29 ditiap bulan, gue selalu kirim satu paket bunga mawar putih kesukaannya ke rumahnya. Gue pilih tanggal 29 karena pada tanggal itu gue sama dia pertama kali bertemu. Kami juga menjadi sering ketemu setelah gue masuk di dunia yang sama dengannya. Kemudian satu kesempatan datang ke gue berupa tawaran buat bermain film karya Rako Prijanto berjudul “Ungu Violet”, di film itu gue memerankan seorang pria yang di dalam film itu gue main bareng Dian Sastrowardoyo, Rima Melati, Gary Iskak, Ade Irawan, Titi Qadarsih, Katinka. Selama prose shooting yang berlangsung hampir 3 bulan, membuat hubungan gue dengan Dian Sastro udah bukan seperti fans dan idolanya, tetapi sudah lebih dalam dan serius. Hari-hari selalu kami lalui bersama. Tiada perasaan sedih dan gundah yang menyelimuti kami saat itu. Suatu malam, kami berencana makan malam di sebuah restoran favorit kami berdua di daerah Bangka, Jakarta Selatan. Sebelumnya gue menjemputnya terlebih dulu.
“Aku boleh comment ngga ??” tanya gue sambil membukakan pintu mobil.
“Tentang apa ?? Boleh.”
“Malam ini aku merasa spesial dan bangga karena cuma aku yang bisa makan malam dengan wanita seindah kamu,” ujar gue sambil menatap kedua matanya.
“Makasih ya, keindahan aku ngga akan ada artinya tanpa kamu.”
Setelah mendengar kata-katanya, gue merasa malam itu adalah malam yang tepat buat mengungkapkan bagaimana perasaan gue yang sebenarnya. Sesampainya kami di restoran, tanpa berlama-lama kami langsung memilih tempat duduk dan memesan makanan. Di sela-sela kami menunggu makanan datang kami tiba-tiba saling menatap satu sama lain.
“Vik,” panggilnya.
“Ya,” jawab gue dengan terus sambil menatapnya.
“Kamu tahu kenapa aku bisa ada disini ?? Karena kamu, selama ini aku merasa nyaman saat bersama kamu, bersama kamu juga aku menemukan kebahagiaan yang belum pernah aku rasakan sebelumnya, aku harap kamu jangan berubah sedikitpun demi aku.”
“Awalnya aku pikir, hal yang paling sulit untuk dilakukan adalah minta maaf, ternyata ada yang lebih sulit dari itu,” ujar gue sambil meraih kedua tangannya.
“Apa ??”
“Menyatakan perasaan kita ke orang lain,” jawab gue dengan tenang.
“Maksud kamu ??”
“Saat ini di malam ini, sosok wanita yang selama ini aku nanti dan aku inginkan sudah berada disini, sekarang Dia berada tepat didepan aku, matanya yang indah, senyumnya yang menawan, dan hatinya yang lembut seolah membuat aku seperti debu yang lemah diterpa angin, meski ngga pernah terucap, aku yakin kamu merasakan dalamnya cinta aku ke kamu. Emm.. kamu mau jadi wanita yang spesial dalam hidup aku ??” tanya gue dengan campur rasa deg-degkan dan harap-harap cemas.
“Iya, aku mau.”
“Uhh.. Lega juga akhirnya, makasih ya,” Gue tersenyum dan kemudian mencium keningnya.
“Feel me with your love forever,” ujarnya.
“Pasti.. pasti.. i promise i would never let you go cause you’re my everthing and i love you full now and forever.”
Kejadian yang mungkin hanya berlansung 15 menit, tapi ngga pernah bisa gue lupa. Dua tahun berselang, kami berdua merasa mantap dan sudah siap dan juga sudah mendapat restu dari kedua orang tua untuk memasuki tahap yang lebih serius lagi, yaitu menikah. Pada hari ulang tahunnya pada tanggal 16 Maret, bertempat di rumahnya di Jakarta Selatan, gue melamarnya di saksikan teman-teman dam juga wartawan. Suatu moment terindah yang pernah gue alami saat itu. Kemudian dua bulan setelah itu pada tanggal yang sama, kami melangsungkan pernikahan dan malamnya resepsi dilangsungkan menggunakan adat Jawa di Grand Hyyat Hotel, Jakarta Pusat yang dihadiri keluarga, kerabat, teman-teman, dan juga wartawan. Sesuatu yang gue ngga pernah duga-duga sebelumnya, yang dulu gue benar-benar pikir itu semua hanya mimpi, saat ini JODOHKU benar-benar IMPIANKU.
 
Bls: " Jodohku Impianku "

review,ahhh!!!
saya dah baca,,,,,
nice,,,,

ini karya sendiri???
gaya bahasanya mudah dipahami,,,
^-^

senang,dehh
saya menantikan short story anda berikutnyaaaa,,,,,
keep posting,yaaaa
 
Bls: " Jodohku Impianku "

Waah... curhatnya kepanjangan, bikinin kesimpulannya dong.

:)( Ya,.... kesimpulannya : bila Anda Ortu perhatikan anak remaja Anda saat beranjak dewasa dan ngefans berat dengan Idolanya, atau bila Anda seorang Gadisl muda/Pria muda lajang yang ngefans berat dengan Idolanya : bayangkan bagaimana rasanya.
 
Bls: " Jodohku Impianku "

hehehe.. sangat inspiring. Mengejar mimpi.. karena mimpi bukan hal yang sulit diwujudkan di alam nyata ya. Semangat.
 
Back
Top