Robin Hood bukan petualang tapi pejuang
Film Robin Hood yang pernah populer dibintangi oleh Kevin Costner rancananya akan booming kembali diperankan oleh aktor ternama Russel Crow (pemeran utama Gladiator). Film kali ini digarap oleh Cannes pembuat film The Da Vinci Code.
Namun sejumlah kritikus segera mengendus bahwa di film ini sepertinya ada masalah. Beberapa tahun terakhir ini, **** pembuka Cannes memang sering jatuh ke film-film yang biasa saja (kalau bukan agak lemah dari seluruh film yang diputar). Hollywood memang pintar. Ada sekitar 3.000 jurnalis dari 80 negara yang menghadiri pembukaan Cannes, dan ini jelas momen paling pas untuk world- premiere. Robin Hood akan jadi topik hangat di media dan membuat orarig penasaran untuk menontonnya. Berarti tambah pemasukan. Mirip taktik tahun 2006, ketika kehormatan **** pembuka Cannes jatuh ke film biasa saja tapi sukses secara komersial, berjudul The Da Vinci Code.
Robin Hood versi Scott ini mengeksplorasi asal mula kemunculan legenda hutan Sherwood itu. Robin Longstride (Russel Crowe) tadinya adalah pemanah pada pasukan Raja Richard dan ikut bertempur selama Perang Salib. Namun, karena sebuah insiden, ia dijatuhi hukum militer. Ketika Richard tewas dalam pertempuran, Robin menggunakan kesempatan itu untuk lari dan jadi desertir.
Tapi, di pelarian, ia secara tidak sengaja bertemu pasukan pribadi Richard yang sedang dibantai tentara Prancis. Sebelim tewas, salah satu dari mereka, yakni Sir Robert Loxley (Douglas Hodge), sempat meminta Robin menyampaikan pesan pribadi kepada keluarganya di Nottingham. Di sanalah Robin akhirnya bertemu janda Loxley, Marion (Catc Blanchett), yang kelak menjadi pasangannya.
Dibandingkan dengan versi lain, Robin Hood versi Scott ini tidak banyak memberikan porsi untuk petualangan pribadi. Konflik utamanya bukanlah Robin Hood versus Sheriff Nottingham (yang berkoalisi dengan Raja John) seperti pada Robin Hood: Prince of Thieves (1991) yang dibintangi Kevin Costner.
Wälau mengambil posisi sebagai prekuel, mereka yang menyangka film ini akan mengisahkan bagaimana Robin Longstride bertransformasi menjadi Robin Hood kemungkinan kecewa. Fokus film ini adalah soal lain, yakni konflik Inggris versus Prancis. Robin Hood hanya salah satu bagian.
Sebenarnya plot semacarn itu pula yang membuat Robin Hood jadi terasa kurang gereget. Fokusnya lemah. Scott berusaha menempatkan Robin dalam konteks epik perang lnggris-Prancis, sebagaimana ia menaruh Balian dalam epik Perang Salib dalam Kingdom of Heaven (2005). Sayang, kali ini ia gagal.
Jadi, bagi Anda yang ingin seru menonton film ini sebaiknya engga usah mengaitkan dan membandingkannya dengan film sebelumnya. Biar dapat suasana baru.