Biodata Rachman Halim

Status
Not open for further replies.

Gia_Viana

New member
images


Rachman Halim atau Tjoa To Hing lahir di Kediri, 30 Juli 1947.Beliau meninggal di Singapura, 27 Juli 2008 pada umur 60 tahun. Dia adalah pemimpin perusahaan rokok Indonesia, Gudang Garam yang berbasis di Kediri, Jawa Timur. Ia adalah putra pertama pendiri Gudang garam, Surya Wonowidjojo.

Halim adalah orang terkaya ke-4 di Asia Tenggara pada tahun 2004 menurut majalah Forbes, dan terkaya ke-214 di dunia pada tahun 2005. Ia meninggal pada 27 Juli 2008 pada usia 60 tahun akibat penyakit jantung koroner yang dideritanya.


Sumber : wikipedia
 
Sejarah PT. gudang garam dikutif dari http://turmono.blogspot.com/

PT. Gudang Garam merupakan salah satu perusahaan rokok di Indonesia yang telah berjalan sejak zaman Orde Lama. Pemilik saat ini adalah generasi kedua yang terdiri dari sembilan bersaudara, tetapi yang aktif di perusahaan hanya tiga orang. Kinerja Gudang Garam di Era tahun 80-an begitu dapat menguasai pasar hingga tahun 90-an, hal ini dibuktikan bahwa Gudang Garam dinyatakan sebagai pembayar pajak terbesar kepada negara, akan tetapi era 90-an hingga sekarang petanya telah berubah bahkan, cenderung menurun apabila dibandingkan beberapa pesaingnya semisal Sampoerna, Djarum serta rokok lainnya. Posisi Gudang Garam di pentas persaingan bisnis rokok nasional makin rentan untuk melorot. Kinerja produk andalannya cenderung stagnan, bahkan beberapa mengalami penurunan secara signifikan, padahal pesaingnya semakin memperkuat diri. Sebagai sebuah institusi bisnis sungguh tidak ada yang salah dari Gudang Garam justru sebaliknya malah membanggakan.

Dari sisi kinerja perusahaan tidak pernah ada masalah setidaknya itu yang terlihat dari luar. Komunikasi yang terjalin antara perusahaan dengan masyarakat sekitar khusus untuk masyarakat Jawa Timur, Kediri khususnya bahkan program CSR-nya telah banyak membantu masyarakat melalui bantuan ke sekolah-sekolah, Mesjid, Gereja, Klenteng, beasiswa serta pemberdayaan masyarakat lainnya. Selain juga menyerap jumlah tenaga kerja yang begitu banyak di daerah sekitar pabrik, para pemiliknya (yang tidak suka publikasi) sudah menjadi rahasia umum dan sangat filantropis. Perusahaan sehebat Gudang Garam dengan reputasinya jelas merupakan aset yang berharga bagi Indonesia. Keberadaannya bukan sekedar penting sebagai penyumbang kas negara tetapi sebagai lokomotif perekonomian baik didaerah maupun dalam skala nasional.

Dari sisi kinerja sejak tahun 2006 perusahaan telah mampu mencetak laba sebesar Rp 1,01 trilyun. Tetapi dibandingkan dengan assetnya yang sebesar Rp 26,34 trilyun laba sebesar itu tergolong kecil. Apabila dibandingkan dengan dengan HM Sampoerna yang tahun lalu telah mencetak laba sebesar Rp 3,56 trilyun dari asset yang sebesar Rp 29,55 trilyun. Selama Lima tahun terakhir harus diakui atau tidak Gudang Garam terlihat kedodoran dengan HM Sampoerna yang nota bene keduanya merupakan perusahaan publik yang saat ini merupakan pesaing terdekatnya. Tahun 2002 HM Sampoerna beromzet Rp 15,3 trilyun dengan laba 1.68 trilyun sedangkan Gudang Garam beromzet Rp 20,94 trilyun dengan laba Rp 2,07 trilyun, Hal ini berarti selama lima tahun terakhir Gudang Garam telah ketinggalan dari pesaingnya bukan hanya dalam pertumbuhan omzet tetapi juga kemampuannya dalam hal mencetak laba bersih dibandingkan dengan HM Sampoerna.

Dari sisi produk, Gudang Garam telah memiliki Gudang Garam merah yang pernah melambungkan namanya, Gudang Garam Profesional kemasan 16 batang, Gudang Garam Surya kemasan 12 batang, Gudang Garam Filter kretek cigaretes, Gudang Garam Signatures, dan Gudang Garam Mild Slim. Dari beberapa produk Gudang Garam tersebut ternyata beberapa diantaranya sudah sebagian ditinggalkan oleh penggemarnya, ada yang disebabkan karena ”persepsi” terkesan ”jadul” ataupun beberapa diantaranya dari produk rokoknya tersebut yang misalnya size-nya yang terlalu besar, atau terkesan tidak dapat membaca trend pasar khususnya anak-anak muda, karena memang di sektor ini Gudang Garam kalah dari pesaing-pesaingnya.

Kalau hal ini dibiarkan berlarut larut tidak mustahil nama Gudang Garam akan hanya merupakan tinggal nama saja dan hanya merupakan sebuah cerita lama. Akan tetapi hal ini belum merupakan akhir dari segalanya. Banyak perusahaan yang masalahnya lebih pelik bahkan dari Gudang Garam terbukti mampu mengatasi masalahnya dengan baik. Kuncinya barangkali lebih dapat menjalin komunikasi yang terbuka baik antar pemilik, pemilik dengan karyawan di intern perusahaan juga yang tidak kalah pentingnya komunikasi Gudang Garam dengan konsumen, karena bagaimanapun kesempatan masih terbuka dan akan selalu terbuka

Yang paling pasif yang dilakukan oleh Gudang Garam adalah perihal komunikasi, baik komunikasi akan produk tersebut ke masyarakat, dalam berbagai versi, misalnya kalau dibandingkan dengan pesaingnya Mildnya Sampoerna, Gudang Garam tidak memiliki bentuk komunikasi yang khas dalam menyampaikan produknya terhadap masyarakat sehingga sehebat apapun pembaharuan yang dilakukan oleh intern Gudang Garam terkesan sia-sia. Komunikasi sebuah perusahaan rokok (karena rokok tidak boleh diiklankan secara langsung perihal produknya) melalui berbagai media baik media televisi, cetak, reklame serta berbagai media lainnya sangat perlu untuk terus kontinue, kalau perlu iklannya berseri sehingga inovasi yang dilakukan diluar kualitas produk dengan iklan masyarakat akan mempunyai penilaian sendiri tentang kekhasan model penyampaian melalui media.
 
Status
Not open for further replies.
Back
Top