[Sejarah] Kota Tua Jakarta

spirit

Mod
”Kota tua” merupakan saksi sejarah kota Jakarta, dibalik arsitektur bangunannya yang mengagumkan menyimpan ”Misteri” akan peristiwa sejarah di masa lampau. Inilah selintas mengenai kota tua Jakarta dan sejarahnya....

kotat.jpg

Museum Wayang Gedung ini awalnya bernama Gereja Lama Belanda (De Oude Hollandsche Kerk) dibangun pada tahun 1640 M. Pada tahun 1732 M, gedung ini diperbaiki dan berganti nama menjadi Gereja Belanda Baru (De Nieuwe Hollandsche Kerk). Namun, terjadi gempa bumi pada tahun 1808 M yang menyebabkan sebagian bangunan ini hancur. Kemudian dibangun lagi pada Tahun 1912, dan dijual oleh pemerintah Hindia Belanda kepada sebuah perusahaan yang bernama Geo Wehry & Co serta dijadikan kantor hingga tahun 1934. Pada tahun 1936, kepemilikan gedung ini berpindah lagi setelah dibeli oleh sebuah Lembaga Ilmu Pengetahuan, Seni dan Budaya di Batavia milik pemerintah Belanda. Baru pada tahun 1957, gedung ini diserahkan pada Lembaga Kebudayaan Indonesia dan secara resmi dijadikan Museum Wayang pada tanggal 13 Agustus 1975.


sumber: wikimu
 
Bls: [Sejarah] Kota Tua Jakarta

Nambahin...

bank_mandiri.jpg


Museum Bank Mandiri (ex-NHM Building)

“Nederlandsche Handel-Maatschappij (NHM) atau Factorji Batavia adalah Badan operasi sistem tanam paksa yang merupakan reinkarnasi VOC yang telah bangkrut” (Alwi Shahab: Saudagar Baghdad dari Betawi, hal. 135)

Denasionalisasi pada tahun 1960 menjadi salah satu gedung kantor Bank Koperasi Tani & Nelayan (BKTN) Urusan Ekspor Impor, kemudian bersamaan dengan lahirnya Bank Ekspor Impor Indonesia (BankExim) pada 31-12-1968, gedung tsb pun beralih menjadi Kantor Pusat BankExim, hingga akhirnya legal merger BankExim bersama Bank Dagang Negara (BDN), Bank Bumi Daya (BBD) dan Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo) ke dalam Bank Mandiri (1999), maka gedung tsb pun menjadi asset BCB Bank Mandiri yang sekarang dimanfaatkan sebagai Museum Bank Mandiri.

Museum Bank Mandiri terletak di Jl. Lapangan Stasiun No. 1 Jakarta-Kota, Bangunannya menempati area seluas 10.039 m2, Bangunan Nederlandsche Handel

Maatschappij (NHM) dirancang arsitek belanda yaitu J.J.J de Bruyn dan A.P. Smits dan C. van de Linde, Gedung ini mulai dibangun tahun 1929 tanggal 14 Januari 1933 Oleh C.J Karel Van Aalst, Presiden NHM ke-10. Gedung ex-NHM ini tampak kokoh dan megah dengan arsitektur Niew Zakelijk atau Art Deco Klasik, Museum Bank Mandiri menyimpan banyak koleksi berbagai macam jenis blanko dan barang-barang yang ada kaitannya dengan Bank tempo doeloe.

Source



-dipi-
 
Bls: [Sejarah] Kota Tua Jakarta

Sejarah Kota Tua

Pelabuhan Sunda Kelapa diserang oleh tentara Demak pada 1526, yang dipimpin oleh Fatahillah, dan setelah berhasil direbut, namanyapun diganti menjadi Jayakarta pada 22 Juni 1527, kota tersebut luasnya tidak lebih dari 15 hektar dengan pola tata kota tradisional Indonesia. Kota Jayakarta hancur diserang VOC Belanda pada tahun 1619 yang dipimpin oleh Jan Pieterzoon Coen.

Pada tahun 1620 diatas reruntuhan kota Jayakarta, Belanda membangun kota baru yang diberi nama BataviaBatavieren suku bangsa Eropa yang menjadi nenek moyang orang-orang Belanda, disebelah timur sungai Ciliwung yang pusat kotanya kini masih terlihat disekitar Taman Fatahillah sekarang. sebagai penghormatan atas kaum.

Orang-orang pribumi Batavia dijuluki Batavianen (orang Batavia) yang kemudian dikenal sebagai orang Betawi. Orang Betawi sebenarnya adalah keturunan kaum berdarah campuran aneka suku dan bangsa. Kota Batavia pada tahun 1635 diperluas ke sebelah barat sungai Ciliwung diatas bekas kota Jayakarta yang hancur. Kota ini dirancang lengkap dengan sistem pertahannya berupa tembok dan parit sekeliling kota. Tata ruang kota dibagi kedalam blok-blok yang dipisahkan oleh kanal. Pembangunan kota Batavia selesai pada tahun 1650. Setelah pendudukan Jepang pada tahun 1942, nama Batavia diganti menjadi “Jakarta”.

Wilayah Kota Tua

Lingkungan yang termasuk wilayah ini meliputi Sunda Kelapa, Pasar Ikan, Luar Batang, Kali Besar, Taman Fatahillah dan Glodok. Luas wilayah Kota Tua Daerah sekitar sekitar 139 hektar. Kawasan ini merupakan awal dari masa depan perkembangan kota Jakarta sejak abad 14. Selama tahun 1527 ini adalah Kota pelabuhan yang direbut oleh Fatahillah dan berganti nama menjadi Jayakarta. Lebih lanjut lagi di tahun 1620 kota ini dikuasai oleh VOC Belanda yang diubah menjadi Batavia. Pada abad ke 18 , kota ini telah berkembang ke sisi selatan sampai ke daerah di taman Fatahillah dan Glodok sekarang. Sebagai kota tua, Jakarta telah meninggalkan warisan dari sejarah masa lalu mengambil bentuk bangunan dengan arsitektur Eropa dan Cina dari abad 17 sampai awal abad ke-20. Kota tua ini telah dipelihara sebagai kawasan restorasi.

Source


-dipi-
 
Bls: [Sejarah] Kota Tua Jakarta

Molenvliet ( Jl. Hayam Wuruk - Jl. Gajah Mada )

Molenvliet adalah kanal yang digali pada tahun 1648 oleh kapten Cina, Phoa Bing Am, untuk menghanyutkan kayu bakar dan lain-lain dari daerah "dekat hutan" (di sekitar bekas gedung Harmoni) ke Kota. Penggaliannya dimulai dari harmoni dan berakhir di pos keamanan "Bantenburg" yang letaknya kira-kira di dekat Glodok elektronik center sekarang.

Pada waktu itu di sekitar lapangan Glodok terdapat banyak kincir pembuat mesiu, kertas dan lain lainnya. Setelah di galinya Molenvliet. Di sepanjang kedua tepinya, dari utara ke selatan, bemunculanlah bangunan gedung-gedung indah. Diantaranya ialah gedung Arsip Nasional sekarang. Kearah selatan lagi berdiri gedung Weeskamer (Balai Harta Peninggalan). Weeskamer ini tadinya bernama "Berendregt", mengingatkan orang pada nama jalan raya "Berendrechtlaan" (sekarang jalan Batuceper). Di bagian selatan Molenvliet, sebagaimanan telah di sebutkan, tedapat pos keamanan "Rijswijk". Agak di belakang Rijswijk, di dekat pabrik es Petojo, ada dua pos penjagaan bernama "Apenwacht" atay "Jaga Monyet". Rupanya inilah yang menyebabkan daerah itu sekarang disebut Jaga Monyet.

Pada tahun 1740 orang-orang Cina di Batavia melakukan pemberontakan terhadap Belanda. Oleh Belanda pemberontakan ini ditindas dengan sangat kejam. Mayat orang Cina bergelimpangan di sepanjang jalan dan kanal Molenvliet berubah warnanya menjadi merah darah dan mayat mayat mengapung diatasnya. Banyak gedung dibakar oleh pemberontak, tapi banyak juga rumah orang Cina yang di bakar oleh Belanda. Setelah pemberontakan di padamkan, di sepanjang Molenvliet, kompeni mendirikan benteng pertahanan yang kuat dan di perlengkapi dengan meriam. Sampai beberapa waktu yang lalu didekat jembatan pabrik es Petojo, masih terdapan bangunan peninggalannya, berupa bekas tangsi serdadu Belanda.

Dari pos "Rijswijk" ada jalan menuju ke timur, kearah pos "Noordwijk" di Pintu Air. Jlan ini mula mula di sebut " jalan menuju ke Norrdwijk ", tetapi kemudian sejak pemerintahan Inggris dinamakan "Noordwijk" saja. Sekarang jalan tersebut bernama jalan Ir. H. Juanda. Jalan di sepanjang Norrdwijk pada waktu itu belum di keraskan, tetapi di sepanjang tepinya sudah banyak berdiri gedung-gedung yang bagus. Kanal yang diapit oleh jalan Noordwijk dan Rijswijk (jalan Veteran) digali oleh Belanda untuk menghubungkan Molenvliet dengan Kali Ciliwung. Maksudnya bukanlah untuk meningkatkan lallulintas diatas kanal-kanal itu, melainkan untuk memberi kekuatan agar air kanal Molenvliet dapat lebih deras lagi mengalir sehubungan dengan adanya kincir kincir kompeni yang dijalankan oleh kekuatan air di dekat Glodok.

Pos Noordwijk sebenarnya didirikan untuk mengawasi hewan ternak di padang rumput milik tuan tanah Anthony Pavilijoen. Padang rumput itu di namakan "Pavilijoensveld", letaknya kira-kira lapangan Banteng sekarang.


Source

-dipi-
 
Bls: [Sejarah] Kota Tua Jakarta

Kalibesar

332185196637cafcf8fcm.jpg

Kalibesar merupakan nama jalan di daerah Jakarta Utara. Letaknya tidak jauh dari Museum Sejarah Jakarta. Dengan berjalan kaki dari Museum Sejarah Jakarta, kita hanya membutuhkan waktu lima menit saja untuk mencapai jalan Kalibesar ini. Dulu pada abad ke-17, Jalan Kalibesar terkenal sebagai daerah pusat bisnis perdagangan yang cukup terkenal dan bergengsi. Jalan Kalibesar ini biasa disebut Grootegracht yang artinya kali besar, karena di jalan tersebut terdapat kali yang diapit jalan dan bangunan. Selain pusat bisnis perdagangan, di Jalan Kalibesar juga banyak terdapat rumah penduduk Cina. Kali itu sendiri menjadi jalur lalu lintas kapal bongkar muat barang. Hingga akhirnya pada tahun 1740, terjadi kerusuhan di Jalan Kalibesar dan banyak rumah penduduk dibakar.

Pada tahun 1870, Jalan Kalibesar dibangun kembali. Di Jalan Kalibesar terdapat bangunan berlantai dua dan berwarna merah. Nggak heran kalau bangunan ini disebut Toko Merah. Bangunan ini sangat terkenal pada zaman dulu karena pernah ditinggali oleh beberapa Gubernur Jenderal VOC. Saat ini bangunan Toko Merah masih berdiri kokoh dan digunakan sebagai perkantoran.

sumber: wikimu
 
[Sejarah] Tanah Abang Jakarta

tanahab.jpg

Nama Tanah Abang mulai disebut pada abad ke 17, yaitu pada waktu kota Batavia di serang oleh tentara mataram, tahun 1628 tentara mataram mengepung Batavia dari seluruh penjuru dan menggunakan Tanah Abang sebagai pangkalan, yang merupakan tanah terbukti dan di sekitarnya banyak di genangan rawa. Dari tanahnya merah atau Abang dalam bahasa Jawa, maka lahirlah nama Tanah Abang yang berarti Tanah Merah.

Wilayah Tanah Abang pada waktu itu merupakan daerah perkebunan teh, kacang, jahe, melati, sirih, dan lain-lain, yang sampai saat ini dijadikan nama suatu pemukiman di Jakarta Pusat. Pada tanggal 30 Agustus 1735, seorang belanda yang kaya raya bernama Justinus Vinck mendapat izin dari Gubernur Jenderal Abraham Patram membangun pasar. Pasar Tanah Abang dan Pasar Senen (dulu bernama Weltervreden), dalam surat izin tersebut Pasar Weltervreden hari pasarnya adalah, hari sabtu . Pasar Senen khususnya menjual sayur-mayur dan pasar Tanah Abang menjual texstil serta klontong.

Bangunan Pasar pada mulanya sangat sederhana ,terdiri dari dinding bambu dan papan serta atap rumbia dari 229 papan dan 139 petak bambu. Tahun 1740 atau setelah 5 tahun berdirinya pasar Tanah Abang menjadi pembantaian orang –orang Cina dan pasar Tanah Abang ikut terbakar , dan baru dibangun kembali pada tahun 1881 dengan mendapat tambahan hari pasar yaitu hari Rabu ,sehingga menjadi dua kali seminggu Rabu dan Sabtu.

Perbaikan terus dilakukan oleh penguasa dan baru tahun 1926 bentuk bangunan pasar Tanah Abang terdiri dari 3 bangunan Los Panjang dengan dinding Batu Bata dan beratap genteng.

sumber: bajuanak-tanahabang
 
Back
Top