The Knights of Templar/Ksatria Templar.

Dipi76

New member
Templarsign.jpg

Ordo Bait Allah adalah ordo-religi-militer Kristen terbesar dan paling kuat, disebut juga Para Perwira Miskin Kristus dan Bait Salomo (bahasa Inggris:poor Fellow-Soldiers of Christ and of the Temple of Solomo, bahasa Latin: pauperes commilitones Christi Templique Solomonici), berpusat di Yerusalem dan dikenal sebagai para Ksatria Templar (bahasa Inggris: Knights Templar) yang dibentuk pada 1119, setelah Perang Salib Pertama pada 1096, untuk membantu Kerajaan Yerusalem melindungi kerajaannya, dan untuk memastikan keamanan para peziarah Eropa yang pergi ke Yerusalem.

Organisasi

Kaum Templar diatur sebagai sebuah ordo monastik, mengikuti aturan yang diciptakan untuk mereka oleh Bernard dari Clairvaux, seorang anggota Ordo Sistersian. Kaum Templar sangat berhubungan dan dengan cepat menjadi penggerak utama dalam politik internasional di masa Perang Salib. Suatu saat pernah mereka diberikan sejumlah bula Kepausan istimewa (lihat Omne Datum Optimum) yang mengijinkan mereka mengumpulkan pajak dan menerima sumbangan di wilayah yang berada di bawah kuasa mereka, hingga membantu peningkatan kekuasaannya.

Ada empat divisi persaudaraan dalam Templar:
  • ksatria, dilengkapi sebagai kavaleri berat;
  • sersan, dilengkapi sebagai kavaleri ringan dan diambil dari kelas sosial yang lebih rendah dari ksatria;
  • petani, yang menangani harta milik Ordo;
  • pendeta tentara, yang ditahbiskan sebagai imam dan merawat kebutuhan rohani Ordo.
Setiap ksatria dibantu oleh sepuluh orang. Sebagian bruder memusatkan tugasnya dalam perbankan, karena Ordo ini seringkali dipercayakan dengan harta berharga para peserta Perang Salib. Namun kebanyakan Ksatria Templar ini memusatkan tugasnya pada peperangan. Ini memang sebuah ordo militer yang secara langsung hanya bertanggung jawab kepada Paus. Sebagian menganggapnya sebagai pendahulu dari tentara profesional modern dan satuan-satuan pasukan elit khusus. Kaum Templar menggunakan kekayaan mereka untuk membangun banyak perbentengan di seluruh Tanah Suci. Mereka adalah satuan-satuan yang terlatih paling baik dan paling berdisiplin di masa itu.

Omne Datum Optimum (Bahasa Latin untuk "Setiap hadiah sempurna", sebuah kutipan dari Surat Yakobus) adalah sebuah Bulla kepausan yang dikeluarkan oleh Paus Innosensius II di tahun 1139 yang mulai menyokong Ordo Para Ksatria Miskin Kristus dan Bait Salomo (Ksatria Templar), dimana Peraturan Templar secara resmi disetujui dan perlindungan kepausan diberikan. Disamping itu, Omne Datum Optimum menjanjikan semua pampasan perang dari penaklukan Muslim diperuntukkan bagi ordo ini, dan membebaskan mereka dari keharusan membayar sumbangan zakat dan pajak.

Walau bulla ini adalah sebuah bulla yang tidak umum dalam dan dari dirinya sendiri, dokumen ini diikuti oleh bulla Milites Templi dari Paus Selestinus II di tahun 1144 dan bulla Militia Dei dari Paus Eugenius III di tahun 1145, yang secara bersama-sama memberikan Ksatria Templar hak dan keistimewaan yang sangat luas. Dinataranya, ordo ini diperbolehkan untuk membangun gerejanya sendiri, memakamkan anggotanya di tanah gereja mereka tadi, dan mengumpulkan pajak atas hak milik mereka setahun sekali. Tempat pemakaman Templar yang unik terbukti menjadi sesuatu yang sangat kontroversial.
Bulla kepausan adalah semacam segel (bahasa Latin: bulla) yang dikeluarkan oleh seorang paus. Bulla kepausan pada awalnya dikeluarkan oleh paus untuk berbagai macam komunikasi untuk publik, tetapi setelah abad ke-15, hanya untuk perayaan formal. Bulla kepausan telah digunakan sejak abad ke-6.

Sejarah

Templar didirikan oleh Hugh de Payens, seorang ksatria Perang Salib Pertama, bersama dengan 9 orang ksatria lainnya, pada sekitar tahun 1119. Mereka tetap tinggal di Tanah Suci seusai perang untuk mengawal para peziarah yang datang dari Jaffa ke Yerusalem.

Nama mereka merujuk kepada markas besar mereka yang historis, yaitu Bait Suci Yerusalem di Gunung Bait Suci. Apa yang dikira kaum Templar sebagai Bait Suci Yahudi di Yerusalem sesungguhnya adalah Masjid al-Aqsa, sebuah tempat suci Islam di puncak Bukit Moria, yang mereka ganti namanya menjadi Templum Domini (Bait Suci Tuhan). Puncak ini suci bagi orang Yahudi dan Kristen dan dikenal sebagai Gunung Bait Suci, namun bagi orang Muslim dikenal sebagai Al-Haram ash-Sharif (tempat perlindungan kudus). Templum Domini menjadi model bagi gereja-gereja Templar di kemudian hari di Eropa, seperti misalnya Gereja Temple di London, dan ditampilkan pada beberapa Segel Templar.

Selain di Palestina, ordo ini berperang di Reconquista Spanyol dan Portugal, yaitu perebutan kembali Spanyol dan Portugal dari tangan kekuasaan Islam. Markas besar kaum Templar di Tomar, Portugal adalah Convento de Cristo. Mereka diberikan tanah yang luas dan kastil di daerah yang masih kosong. Pada suatu saat, mereka mewarisi kerajaan Aragon, bersama-sama dengan ordo-ordo militer lainnya. Para Ksatria Templar dapat dikenali melalui mantel luar putih mereka, dengan salib merah yang menonjol yang ditempatkan di atas jantung atau di dada, seperti yang dapat dilihat dalam banyak gambar tentang para perwira Salib.

Perbankan

Hampir secara kebetulan kaum Templar terjun ke dunia perbankan. Ketika orang-orang bergabung dengan ordo ini, sering mereka menyumbangkan uang dalam jumlah besar atau harta milik lainnya kepada ordo ini karena semua harus mengambil sumpah kemiskinan. Ditambah dengan bantuan besar-besaran dari Paus, kekuatan finansial mereka sudah terjamin sejak awal. Karena kaum Templar menyimpan uang tunai di kantor-kantor cabang dan greja-gereja mereka, wajarlah bila pada 1135 Ordo ini mulai meminjamkan uang kepada para peziarah Spanyol yang ingin berkunjung ke Tanah suci. Keterlibatan para Ksatria ini dalam perbankan berkembang di kemudian hari menjadi basis yang baru bagi uang, karena kaum Templar semakin terlibat dalam kegiatan perbankan. Salah satu petunjuk dari koneksi politik mereka yang kuat ialah bahwa keterlibatan kaum Templar dengan riba tidak menimbulkan pertikaian di kalangan Ordo itu maupun Gereja pada umumnya. Tuduhan ini biasanya dihindarkan, dengan dikeluarkannya peraturan bahwa kaum Templar mempunyai hak atas produksi harta milik yang digadaikan.

Koneksi politik kaum Templar dan kesadaran akan sifat komersial dan urban dari komunitas seberang lautan sudah barang tentu menyebabkan Ordo ini memperoleh posisi kekuatan yang penting, baik di Eropa maupun di Tanah Suci. Sukses mereka membangkitkan keprihatinan di kalangan banyak ordo lainnya dan belakangan juga di kalangan kaum bangsawan dan raja-raja Eropa pula, yang pada saat itu berusaha memonopoli kekuasaan atas uang dan perbankan setelah masa kacau yang panjang di mana masyarakat sipil, khususnya Gereja dan ordo awamnya, telah mendominasi aktivitas finansial. Harta milik kaum Templar meluas di Eropa maupun di Timur Tengah, termasuk untuk beberapa waktu di seluruh Pulau Siprus.

Kehancuran

Keruntuhan kaum Templar mungkin dimulai oleh masalah pinjaman. Filipus IV, Raja Prancis membutuhkan uang tunai untuk peperangannya dan meminta bantuan uang dari kaum Templar. Mereka menolak. Raja berusaha meminta Paus mengucilkan kaum Templar karena penolakan ini, tetapi Paus Bonifasius VIII menolak. Filipus mengirim penasihatnya Guillaume de Nogaret, dalam upaya menculik Paus. Bonifasius VIII meninggal hanya sebulan kemudian karena terkejut atas usaha itu dan perlakuan yang buruk. Paus berikutnya, Benediktus XI, mencabut pengucilan atas Filip IV tetapi menolak untuk membebaskan Nogaret. Timbul kecurigaan bahwa Paus meninggal karena diracuni oleh agen Nogaret.

Paus berikutnya, Clemens V, setuju atas tuntutan-tuntutan Filipus IV terhadap kaum Templar, dan belakangan memindahkan takhta kepausan ke Avignon. Pada 13 Oktober(hari Jumat tanggal 13) yang sial tahun 1307, keseluruhan Ksatria Templar di Prancis secara berbarengan ditawan oleh agen-agen Filipus, kemudian disiksa agar mengakui adanya ajaran sesat di kalangan Ordo itu. Pada umumnya orang berpendapat bahwa Filipus, yang merebut perbendaharaan dan menghancurkan sistem perbankan biara, iri terhadap kekayaan dan kekuasaan kaum Templar, dan berusaha mengendalikannya untuk dirinya sendiri. Kejadian-kejadian ini dan aset-aset perbankan kaum Templar yang asli untuk para deposan yang mendadak berpindah-pindah, adalah dua dari banyak perubahan ke arah sistem persetujuan militer untuk mendukung uang Eropa, dan menyingkirkan kekuasaan ini dari Ordo-ordo Gereja. Menyaksikan nasib kaum Templar, para Hospitaller St. Yohanes dari Yerusalem dan Rhodes dan Malta juga merasa harus meninggalkan usaha perbankan mereka. Banyak dari harta kaum Templar di luar Prancis dialihkan oleh Paus kepada para Ksatria Hospitaller, dan banyak Ksatria Templar yang masih tersisa juga diterima menjadi anggota Hospitaller.

Banyak raja dan kaum bangsawan yang mendukung para Ksatria itu saat itu, dan baru membubarkan ordo tersebut di wilayah mereka ketika mereka diperintahkan oleh Paus Clemens V. Robert the Bruce, Raja Skotlandia, telah di-ekskomunikasi karena alasan-alasan lain, dan karena itu tidak mau mendengarkan perintah Paus. Di Portugal, nama Ordo ini diubah menjadi Ordo Kristus, dan diyakini telah ikut berperan dalam penemuan-penemuan pelayaran Portugis yang pertama. Pangeran Henry si Pelayar memimpin ordo Portugis ini selama 20 tahun hingga kematiannya. Di Spanyol, di mana raja Aragon juga menentang penyerahan warisan kaum Templar kepada kaum Hospitaller (seperti yang diperintahkan oleh Clemens V), Ordo Motesalah yang mengambil alih aset-aset kaum Templar.

Dalam agama Kristen, ekskomunikasi (pengucilan) adalah hukuman yang dijatuhkan oleh Gereja kepada umatnya yang dianggap melakukan pelanggaran berat. Anggota yang dikenai ekskomunikasi dilarang mengikuti perjamuan kudus dan (komuni) sampai ia bersedia menunjukkan penyesalan dengan cara bertobat.

Tuduhan ajaran sesat

Perdebatan berlanjut tentang apakah tuduhan tentang ajaran sesat memang layak dikenai menurut ukuran masa itu. Di bawah siksaan, sebagian kaum Templar mengaku melakukan tindakan-tindakan homoseksual, dan bahwa mereka menyembah kepala manusia dan sebuah agama misteri yang dikenal sebagai Bafomet. Para pemimpin mereka belakangan menyangkal pengakuan-pengakuan ini dan karena itu mereka dihukum mati. Sebagian pakar menolak semua ini dan menganggapnya sebagai pengakuan yang dipaksakan, sesuatu yang biasa terjadi di masa Inkuisisi.

Yang lainnya berpendapat bahwa tuduhan-tuduhan ini sebenarnya disebabkan oleh kesalahpahaman tentang ritual-ritual rahasia yang diadakan di balik pintu tertutup yang berasal pada pergumulan pahit Tentara Salib melawan kaum Sarasin. Hal ini mencakup penyangkalan terhadap Kristus dan meludahi Salib tiga kali, serta mencium bokong orang lain. Menurut sebagian pakar, dan dokumen-dokumen Vatikan yang baru-baru ini ditemukan, tindakan-tindakan ini dimaksudkan sebagai simulasi terhadap kemungkinan penghinaan dan siksaan yang akan dialami oleh seorang Tentara Salib bila mereka ditangkap oleh kaum Sarasin. Menurut alur penalaran ini, mereka diajarkan bagaimana melakukan kemurtadan hanya dengan pikiran saja dan bukan dengan hati.

Mengenai tuduhan penyembahan kepala dan bahwa kaum Templar berusaha mencampurkan kekristenan dengan Islam, sebagian pakar berpendapat bahwa yang pertama merujuk kepada ritual yang dilakukan dengan relikui Santa Eufemia, salah satu dari 11 hamba perempuan Santa Ursula, Hughes de Payens, dan Yohanes Pembaptis dan bukan penyembahan berhala. Kata yang terakhir konon berasal dari para "chaplain" yang menciptakan istilah Bafomet melalui kode Atbash untuk memistikkan istilah Sophia (kata Yunani untuk "hikmat"). Meskipun semakin diterima, penafsiran ini kontroversial karena penafsiran yang lebih luas diterima ialah bahwa Bafomet adalah sebuah penghinaan dalam bahasa Prancis kuno terhadap nama Nabi Muhammad SAW.

Teori persekongkolan berkaitan dengan tekanan terhadap para Ksatria Templar yang seringkali melampaui motif yang disebutkan, yaitu merampas harta milik dan memperkuat kekuatan geopolitik. Menurut posisi Gereja Katolik penganiayaan ini tidak adil, bahwa kaum Templar itu tidak mempunyai kesalahan, dan bahwa Paus pada saat itu dimanipulasi untuk menindas mereka. Jawaban Gereja pada waktu itu memperkuat posisi ini. Proses kepausan yang dimulai oleh Paus Clemens V untuk menginvestigasi baik Ordo secara keseluruhan maupun para anggotanya secara individu sama sekali tidak menemukan seorangpun ksatria yang bersalah menyebarkan ajaran sesat di luar Prancis. Sebanyak 54 ksatria dihukum mati di Prancis oleh penguasa Prancis dengan tuduhan pengaja-pengajar sesat setelah menyangkal kesaksian-kesaksian awal mereka yang disampaikan di hadapan Komisi Kepausan. Hukuman mati ini didorong oleh keinginan Filipus untuk mencegah lebih banyak kaum Templar memiliki gagasan-gagasn yang berani. Upaya ini gagal sama sekali, karena banyak orang lain yang memberikan kesaksian menolak tuduhan-tuduhan ajaran sesat ini dalam investigasi kepausan yang diadakan kemudian.

Pada akhirnya hanya tiga orang yang dituduh sesat langsung oleh Komisi Kepausan yaitu Jacques de Molay dan dua bawahan langsungnya. Mereka diharuskan menolak ajaran sesat mereka secara terbuka di muka umum. De Molay memperoleh keberanian kembali dan menyatakan bahwa Ordo dan ia bersama kedua rekannya tidak bersalah. Keduanya ditangkap oleh penguasa Prancis dan dituduh sebagai penyesat kambuhan, lalu dibakar pada salib pada 1314. Komisi Kepausan menemukan bahwa Ordo itu secara keseluruhan tidak sesat, meskipun ada bukti-bukti terisolasi tentang penyebaran ajaran sesat. Malah Komisi ini mendukung bahwa Ordo itu harus dipertahankan. Namun Clemens V, karena menghadapi pendapat umum yang kian meningkat dan menentang Ordo itu, merasa bahwa satu-satunya pilihan adalah menekan Ordo tersebut, artinya menarik persetujuan paus atasnya.

Sebuah bukti yang menunjukkan bahwa Clemens V sama sekali tidak rela bekerja sama dengan Filipus ialah bahwa Paus memutuskan harta dan tanah Ordo itu dialihkan kepada Ordo Hospitaller (meskipun sebagian tanah kaum Tempar dikuasai oleh Filipus dan para bangsawan Eropa lainnya selama bertahun-tahun. Hal ini bertentangan dengan kehendak Filipus agar harta mereka yang di Prancis dialihkan kepadanya.

Sebuah legenda yang dikenal luas mengatakan bahwa ketika ia dibakar pada salib Jacques de Molay, Guru Besar dari para Ksatria templar, mengutuk Raja Filipus dan Paus Clemens V bahwa mereka akan menemui peradilan kekal dalam tempo satu tahun. Paus Clemens V meninggal hanya satu bulan kemudian, sementara Filipus IV tujuh bulan sesudahnya. Para komentator sangat gembira dengan perkembangan itu dan seringkali menyampaikan cerita ini dalam laporan mereka.
Jacques de Molay

Jacques de Molay adalah pemimpin ksatria templar yang terakhir, atau jabatannya lebih dikenal dengan sebutan Grandmaster. Sama seperti nasib kebanyakan ksatria templar pada masa kepemimpinan Paus Clemens V, Jaques juga dihukum mati dengan disiksa terlebih dahulu. Dia dan para pengikutnya dituduh telah menyebarkan ajaran sesat. Sebelum mati, Jaques de Molay sempat mengutuk Clemens V dan Filipus yang Adil, bahwa mereka juga akan menemui ajal secara tidak wajar, sama seperti dirinya yang disiksa kemudian dibakar hidup-hidup. Dia juga bersumpah tidak pernah mengikuti bahkan menyebarkan ajaran sesat. Kutukannya terbukti dengan kematian dua orang yang menghukumnya, yakni Clemens V dan Fillipus yang Adil. Keduanya mati karena penyakit, belum 1 tahun dari kematian Jaques de Molay

Source

-dipi-
 
Last edited:
Bls: [Sejarah] The Knights Templar/Ksatria Templar.

Daftar pemimpin dari tahun 1118 sampai dengan tahun 1314

1. Huguens de Payns (1118-1136)
2. Robert de Craon (Robertus Burgundio) (1136-1146)
3. Everard des Barres (Ebrardus de Barris) (1146-1149)
4. Bernard de Tremelay (1149-1153)
5. André de Montbard (1153-1156)
6. Bertrand de Blanchefort (1156-1169)
7. Philippe de Milly (Philippus de Neapoli/de Nablus) (1169-1171)
8. Odo (Eudes) de St Amand (Odon de Saint-Chamand) (1171-1179)
9. Arnaud de Toroge (Arnaldus de Turre Rubea/de Torroja )(1179-1184)
10. Gérard de Ridefort (1185-1189)
11. Robert de Sablé (Robertus de Sabloloi) (1191-1193)
12. Gilbert Horal (Gilbertus Erail/Herail /Arayl /Horal/Roral) (1193-1200)
13. Phillipe de Plessis Plaissie/ Plesse /Plessiez (1201-1208)
14. Guillaume de Chartres (Willemus de Carnoto) (1209-1219)
15. Pierre (Pedro) de Montaigu (Petrus de Monteacuto) (1219-1230)
16. Armand de Perigord (Hermannus Petragoricensis aka Hermann de Pierre-Grosse) (1232-1244)
17. Richard de Bures (1245-1247)
18. Guillaume de Sonnac (Guillelmus de Sonayo) (1247-1250)
19. Renaud de Vichiers (Rainaldus de Vicherio) (1250-1256)
20. Thomas Berard (1256-1273)
21. Guillaume de Beaujeu (Guillelmus de Belloico) (1273-1291)
22. Thibaud Gaudin (Thiband Ggandin) (1291-1292)
23. Jacques de Molay (1292-1314)


-dipi-
 
Back
Top