Festival Musim Panas

liebeBlaCK

New member
Festival Musim Panas di Korea​
Musim panas di Korea berarti musimnya untuk bersenang-senang. Ada cuaca yang cerah, makanan yang banyak, turis yang berlimpah, dan berbagai festival yang menarik.

MUSIM panas di Korea berarti musimnya untuk bersenang-senang. Ada cuaca yang cerah, makanan yang banyak, turis yang berlimpah, dan berbagai festival yang menarik.

HAEUNDAE SAND FESTIVAL

Haeundae adalah pantai paling populer di Korea Selatan. Pantai yang indah serta pasirnya yang putih menjadi daya tarik utama pantai ini. Saat musim panas, pantai ini menjadi pantai pertama yang akan dikunjungi warga maupun turis yang ada di Korea untuk berjemur menikmati sinar matahari di musim panas. Tak heran, Haeundae menjadi tempat diselenggarakannya festival pantai.

Dalam Haeundae Sand Festival, pengunjung bisa menikmati berbagai replika monumen-monumen terkenal di dunia yang dibuat dari pasir pantai. Para pembuatnya adalah tim-tim internasional yang memperebutkan hadiah besar jika memenangkan kompetisi pembuatan replika ini. Selain replika, daya tarik lainnya ialah pengunjung bisa mencoba "dikubur" dengan pasir panas.

Kabarnya, aktivitas unik ini bisa menambah kesehatan dan kecantikan bagi yang melakukannya. Kalau tak mau "dikubur", pengunjung masih bisa menikmati pesta kembang api yang dipertunjukkan pada malam hari. Atau masih ada pula berbagai kompetisi khas pantai lainnya, seperti lomba voli pantai atau lari maraton. Atau pengunjung bisa sekadar berjalan-jalan menikmati pantai sepanjang hampir dua kilometer tersebut sambil menikmati kelembutan pasir putih yang tergerus oleh kaki-kaki yang melangkah.

Haeundae Sand Festival biasanya diselenggarakan pada awal Juni, pada akhir pekan. Festival ini mulai diadakan pada tahun 2005, sebagai bagian dari kegiatan APEC.

GANGNEUNG DANO FESTIVAL

Yang tertarik dengan festival budaya Korea, Gangneung Dano Festival adalah tempat yang tepat untuk dikunjungi. Dalam festival ini pengunjung bisa menyaksikan upacara pernikahan tradisional Korea dan pembuatan nasi khas Korea.

Yang unik, pengunjung juga bisa menyaksikan kontes berbicara dengan dialek lokal, mencuci rambut dengan bendera, dan minum alkohol untuk para Dewa. Minum minuman beralkohol untuk para Dewa atau biasa disebut Sinju Bitgi adalah kegiatan pembuka festival.

Setelah itu, festival akan dilanjutkan dengan Daegwallyeong Guksa Seonghwangje yang merupakan upacara penghormatan bagi Biksu Beomil yang dipercaya menjaga wilayah Gangneung dan Yeongsinje.

Selanjutnya, acara akan diisi dengan berbagai kegiatan tradisional seperti kompetisi gulat, swing riding, dan kompetisi unik lainnya. Dalam festival ini, kekuatan spiritual memang kental terlihat. Penduduk lokal percaya bahwa kekuatan spiritual yang ada di gunung akan turun dan memberkati wilayah Yeongdong, lokasi festival, melalui Namdaecheon River.

BORYEONG MUD FESTIVAL

Inilah festival yang paling menarik turis asing untuk disinggahi. Sesuai namanya, inilah festival yang mempersilakan para pengunjung untuk bersenangsenang dalam "kubangan" lumpur.

Diselenggarakan di pantai Daecheon, para peserta bisa bermain gulat, seluncur, atau bahkan berenang di sebuah kolam raksasa yang berisi lumpur. Festival ini akan diadakan pada 17-25 Juli 2010. Berbagai kegiatan mulai dari parade jalanan, parade yacht, pijat lumpur, melukis dengan lumpur, sampai pertunjukan musik dan pesta sampai malam hari sudah disiapkan untuk meramaikan festival.

WORLD TAEKWONDO CULTURE EXPO

Sebanyak 2.000 peserta dari 50 negara datang ke festival ini untuk mengikuti kompetisi, seminar, dan ekshibisi. Yang menarik dari festival ini, tentu saja selain atraksi bela diri taekwondo, ada pula pertunjukan kebudayaan, juga tur mengelilingi Muju, Buan, dan Jeonjo, sebuah tempat yang menjadi cikal-bakal lahirnya olahraga ini di Korea.

Jika tertarik melihat kompetisi sekaligus berjalan-jalan ke Provinsi Jeollabuk-do, tempat festival ini akan diselenggarakan, datang saja ke Korea Selatan pada 2-7 Juli 2010.

THE GREAT BATTLE OF HANSAN FESTIVAL

Great Battle of Hansan adalah salah satu dari empat pertempuran laut terkenal dalam sejarah Korea. Untuk mengenang sekaligus menghormati Laksamana Lee Sun Shin -pemimpin dalam pertempuran tersebut- diselenggarakanlah festival ini.

Dalam festival ini, pengunjung bisa melihat replika Geobukseons, kapal perang Korea yang dipakai dalam pertempuran tersebut. Ada pula parade, pertunjukan tari, sekaligus hidangan makanan yang berlimpah. Pengunjung juga bisa melihat-lihat pemandangan indah Kota Tongyeong, tempat berlangsungnya acara, yang kerap dijuluki sebagai Napoli-nya Asia.
 
Re: FESTIFAL MUSIM PANAS

KEMERIAHAN FESTIVAL MUSIM PANAS DI JEPANG

Sepanjang tahun di Jepang dipenuhi dengan festival-festival yang menarik. Kita tentu telah sangat akrab dengan banyaknya hari libur di Indonesia. Di Jepang kita akan menjumpai jumlah hari libur yang kurang lebih sama banyaknya. Sebagian besar hari libur itu adalah untuk memperingati festival yang secara rutin digelar tiap tahun secara turun temurun, yang slah satunya adalah festival musim panas. Sebuah perpaduan yang sangat indah antara masa lampau dengan masa kini, manakala melihat rombongan gadis berkimono melenggang di tengah rimbunan gedung pencakar langit, dan ribuan orang berjas rapi di kawasan kota Tokyo.

1. Tanabata
Asal-usul festival ini sangat menarik untuk diceritakan, bermula di Tiongkok dan diperkenalkan kepada masyarakat Jepang pada jaman Nara. Kisahnya bermula pada cerita cinta dua manusia bernama Altair (Hikoboshi) dan Vega (Orihime), bintang tercerah dalam rasi bintang Lyra. Hikoboshi adalah seorang penggembala sapi, sedangkan Orihime adalah seorang putri yang memiliki kepandaian menenun. Mereka menelantarkan pekerjaan mereka karena cinta tersebut, dan hal ini membuat Raja Langit marah sehingga memisahkan mereka berdua menggunakan sungai Amanogawa. Orihime dan Hikoboshi hanya dapat bertemu pada malam ketujuh bulan ketujuh setiap tahunnya, melewati sebuah jembatan ajaib. Jika pada malam tersebut terjadi hujan, sungai yang memisahkan mereka akan meluap dan mereka harus menunggu hingga tahun depan untuk kembali bertemu.
Salah satu tradisi yang paling terkenal adalah menulis tanzaku, permohonan dan impian yang dituliskan di atas selembar kertas atau potongan kayu dan digantungkan pada batangan bambu. Setelahnya, permohonan-permohonan ini akan diapungkan di sungai atau dibakar pada tengah malam, dengan tujuan agar segala sesuatu yang buruk segera berlalu. Harapan mereka dipercaya akan terkabul apabila pada hari itu hujan tidak turun


2. Hanabi (Kembang api)
Perayaan khas di musim panas, bermula dari zaman Edo (1600-1868). Merupakan pesta kembang api yang diadakan di seluruh wilayah Jepang pada pertengahan bulan Agustus. Selain itu, ada juga permainan-permainan seru seperti menangkap ikan mas koki menggunakan kawat berlapis kertas tipis, dan banyak kedai-kedai yang menjual berbagai macam makanan seperti permen apel, manisan, dan lain-lain. Di sekitar tempat dimana berlangsung pesta kembang api terdapat berbagai kios-kios hiburan yang menyediakan makanan, minuman, permainan anak tersebut. Mereka datang bersama keluarga, sebagian ada yang mengenakan yukata (kimono dari katun, sederhana) sambil membawa kipas kertas pengusir udara panas di musim panas


3. O-Bon
Merupakan peristiwa keagamaan Budhis dimana setiap keluarga di Jepang menyiapkan segala sesuatu untuk menyambut datangnya arwah para leluhur yang tinggal untuk beberapa hari lamanya di rumah mereka. Sejumlah penerangan api yang dipasang di sekitar rumah merupakan sambutan selamat datang. Selama masa O-bon, keluarga meletakkan sesajen buah-buahan dll, di meja sajen. Di beberapa daerah juga, dilakukan tarian massal O-bon dengan iringan sejumlah instrumen musik tradisional seperti tambur taiko, sruling, dll dengan irama yang dinamis. Sebagai penutup perayaan, dilakukan pelarungan lentera-lentera kecil berwarna-warni di sungai terdekat secara beramai-ramai


4. Tsukimi
Merupakan pesta menikmati indahnya bulan purnama di musim panas sekitar pertengahan bulan Agustus. Di Jendela dimana terlihat bulan purnama, diletakkan sesajen khusus. Hal ini sebenarnya merupakan wujud pemujaan alam oleh masyarakat pertanian untuk memperoleh panen yang berlimpah


5. Hakata Gion Yamakasa (1-15 Juli) di Hakata (prefektur Fukuoka)
Perayaan ini dimulai sejak zaman Kamakura (1185-1333), dalam rangka mengusir bencana penyakit. Kuil-kuil kecil (Shinto) gotongan (O-mikoshi) diarak beramai-ramai, beriringan dengan kendaraan-kendaraan hias yang disebut Kazari Yamagasa dengan boneka-boneka besar yang menggambarkan tokoh-tokoh legenda atau sejarah


6. Tenjin Matsuri (24-25 Juli) di Osaka
Merupakan salah satu festival besar dan terkenal di Jepang, dimulai sekitar tahun 1000. Ribuan orang berarakan menggotong kuil-kuil kecil o-mikoshi dari kuil Temmangu ke Jembatan Tenjin, kemudian naik perahu-perahu hias dan selanjutnya dilakukan pesta kembang api



7. Awa Odori (12-15 Agustus, mulai senja)
Merupakan bagian dari perayaan O-bon dalam rangka menyambut dan mengantarkan kembali arwah para leluhur. Tarian massal ini konon dimulai lebih dari 400tahun yang lalu, dan dewasa ini diikuti oleh ratusan ribu peserta yang menari berirama dengan iringan alat music tradisional shamisen, tambur, seruling, dan lonceng. Biasanya ada pembimbing tari yang memimpin agar para peserta dapat menari secara sinkron



8. Akita Kanto Matsuri (3-6 Agustus, mulai jam 7 malam) di kota Akita
Merupakan salah satu dari tiga festival terbesar Jepang utara. Yang menjadi ciri khasnya adalah 46 lentera yang dipasang pada kerangka besar yang dibuat dari batang-batang bambu (kanto) setinggi 12 meter. Para pembawa kanto ini menunjukkan kepiawaian mereka menjaga keseimbangan, meletakkan kanto di telapak tangan, dahi, bahu, atau pinggang. Setiap kanto bermotif khusus, biasanya melambangkan panjang umur dan panen berlimpah


9. Nebuta Matsuri (1-7 Agustus)
Diadakan di Aomori dan Hirosaki. Iring-iringan kendaraan hias bergambar makhluk raksasa penyebab kantuk di musim panas. Festival ini dimaksudkan untuk mengusir makhluk ini. Kata “nebuta” berasal dari “nemuri” (kantuk). Banyak sekali orang yang ikut menyaksikan festival ini setiap tahunnya
 
Re: FESTIFAL MUSIM PANAS

FESTIFAL MUSIM PANAS DI JERMAN


Cannsatter Volkfest
Cannsatter Volkfest, Festival Musim Panen Jerman yang Terinspirasi Letusan Gunung Tambora
Harus Kenakan Dresscode, Tak Boleh Merokok di Tenda

Festival Cannstatter erat hubungannya dengan Indonesia. Jika saja pada 1815 Gunung Tambora di Sumbawa tidak meletus, mungkin festival rakyat terbesar kedua di dunia setelah Oktoberfest ini tak pernah ada. Berikut laporan kontributor Jawa Pos MARIA W. PARAMITA dari Stuttgart, Jerman.

==================

BANYAK yang bilang Cannstatter Volkfest adalah tiruan Oktoberfest. Padahal, sebenarnya bukan. Jika Oktoberfest ditujukan untuk memperingati pernikahan Raja Bavarian Ludwig I dan Ratu Theresia, Cannstatter adalah festival musim panen. Festival yang dihelat di tepi Sungai Neckar, di kawasan Bad Cannstat, Stuttgart, ini sudah berumur 192 tahun.

Festival itu merupakan perwujudan rasa syukur rakyat Wurttemberg atas hasil panen mereka. Letusan Gunung Tambora pada 1815 telah mengubah iklim dunia. Orang-orang Eropa menyebutnya bencana klimatik. Letusan gunung yang terletak di Sumbawa, NTB, itu memang mahadasyat. Sekitar 160 kilometer kubik batu terlontar dari perut gunung merapi tersebut. Abunya mencapai ketinggian 70 kilometer dan menghitamkan langit. "Letusannya sama dengan 170.000 bom Hiroshima," kata Sabine Hoffman, sejarawan dari Universitas Stuttgart.

Letusan Tambora tercatat sebagai letusan terbesar sepanjang sejarah. Letusannya terdengar hingga Sumatera dan berkekuatan ledak hingga 800 megaton atau setara empat kali lipat letusan Krakatau pada 1883.

Letusan gunung itu menyebabkan iklim dunia berubah. Jerman saat itu mengalami musim dingin terpanjang. "Volcanic winter, salju turun hingga Mei," lanjutnya.
Setelah itu, musim panas tak kunjung datang. Hal ini berlangsung dua tahun. "Rakyat Jerman saat itu benar-benar dalam kondisi buruk, kelaparan di mana-mana karena pertanian tidak menghasilkan sama sekali," tambahnya.

Pagebluk pangan itu berlangsung hingga tiga tahun. Pada 1818, kondisi iklim di Jerman mulai normal kembali dan lahan pertanian berangsur-angsur dapat ditanami. Pada September 1818, masa panen pertama setelah tiga tahun paceklik pangan disambut suka cita warga Jerman.

Mayor Wurtemberg saat itu, Raja Wilhem, dan Ratu Katarina merayakan masa panen sebagai ucapan rasa syukur atas terlewatinya masa krisis pangan. Perayaan panen raya itu kemudian dinamai Cannstatter Volkfest. "Sejak itu Cannstatter Volkfest digelar setiap tahun hingga sekarang," terang Hoffman.

Raja Wilhem memerintahkan arsiteknya, Nikolaus Thouret, membuat sebuah simbol bagi perayaan ini. Hasilnya, sebuah tugu yang dihiasi berbagai hasil panen berdiri di tengah lapangan. Festival itu dari tahun ke tahun semakin berkembang. Awalnya, hanya beberapa tenda bir berdiri di arena festival. Sekarang tak kurang dari tujuh tenda raksasa mendominasi arena festival.

Setiap tahun sekitar empat juta pengunjung datang ke Stuttgart untuk mengambil bagian dalam festival ini. Hari pertama festival dibuka dengan pawai rakyat. Mereka memamerkan hasil-hasil pertaniannya. Mereka menghias traktor dan kereta kuda dengan berbagai macam sayuran dan buah. Mereka juga membagi-bagikan suvenir sesuai dengan hasil pertanian ataupun produk olahan pertanian mereka kepada pengunjung di sepanjang rute pawai.

Mulai pasta yang terbuat dari kentang, buah-buahan, aneka macam makanan ringan, permen, bir, dan juga anggur. Para pengunjung festival kompak mengenakan dresscode pakaian daerah masing-masing. Kaum laki-laki mengenakan celana kulit cokelat sepanjang lutut, kemeja kotak-kotak, dan bretel. Sementara para wanita memakai rok selutut berwarna-warni, dengan lapisan mirip celemek, dan kemeja putih.

Pemandangan seperti itu umum dijumpai di arena festival. Tua muda, semuanya kompak mengenakan "kostum" festival. Umumnya mereka datang dengan satu tujuan untuk minum bir dan makan. "Bir adalah bagian dari tradisi kami," lanjutnya.

Seperti tenda-tenda bir di Oktoberfest Munich, tenda bir di Cannstatter juga tak pernah sepi dari pengunjung. Walau antrean tak sepadat Oktoberfest, jalur reservasi memang lebih aman jika ingin merasakan duduk di tenda Cannstatter. Rata-rata reservasi yang dibuat bukan satu atau dua meja. Reservasi untuk jumlah yang lebih besar.

Ketika saya masuk ke tenda Stuttgarter Hofbrau, seluruh meja di bagian selatan sudah dipesan untuk rombongan 450 orang. Di meja-meja itu tercantum kertas berisi nama pemesan, jumlah meja yang dipesan, serta waktu pemesanan.

Di meja lain juga terpesan untuk 200 orang, 80 orang, dan jumlah besar lainnya. Tak heran jika antaran tanpa reservasi bisa berlangsung hingga berjam-jam. Bahkan, sering antrean harus dihentikan gara-gara jam buka tenda sudah tidak lagi memungkinkan menerima pengunjung.

Walaupun selalu padat pengunjung, tenda harus tutup pada pukul 23.00 di hari biasa dan pukul 23.30 di akhir pekan. Peraturan yang diterapkan di Cannstatter Volkfest tak berbeda dengan peraturan di Oktoberfest. Anak-anak di bawah usia enam tahun harus meninggalkan tenda sebelum pukul 20.00.

Begitu pula besaran denda 500 Euro (sekitar Rp 6 juta, dengan kurs 1 Euro = Rp 12 ribu, Red) bagi pengunjung yang berkelahi, aturannya juga sama dengan Oktoberfest. Yang juga menarik, pengunjung dilarang keras merokok di dalam tenda. Sebab, dikhawatirkan asap rokok membuat sesak pengunjung yang memadati tenda. Selain itu, api rokok bisa menjadi pemicu kebakaran.

Harga bir di festival ini juga hampir sama dengan harga bir di Oktoberfest. Misalnya, segelas bir berukuran satu liter dipatok 7,60 Euro hingga 8,80 Euro. "Bagi rakyat Jerman, bir adalah minuman wajib yang harus mereka tenggak dalam setiap festival. Karena itu, dalam festival ini pun pesta minum bir jadi menu utama," jelas Hoffman. (*/c2/ari)
 
Back
Top