[cerbung] Sebuah kisah usang

radiaku

New member
Note dari penulis:
Cerita ini sebenarnya udah lama gw bikin tapi nggak sempet sempet gw selesaiannya. Kadang kadang nggak ada ide, kadang kadang terlalu sibuk dengan urusan gw....
Moga moga kali ini gw bisa menyelesaikannya...
Cerita ini gw ambil dari blog gw yaitu disini


Sebuah kisah usang

Tokoh :


Ren : Namanya aneh seaneh namanya, tapi lebih aneh orangnya.
Arya : melankolis , desau, galau
Rangga : Anak milyuner di asia, termasuk dari 10 orang berduit di sana.
Via : Adiknya Arya, Seorang gadis tomboy , keras kepala, seorang karateka sabuk hitam. Cewek tangguh yang benar benar tangguh. Berpikiran terbuka, dan sangat bebas.
Risti : Sahabat dari Arya dan Rangga, seorang primadona dan playgirls, Baginya pria tak lebih sesuatu mainan yang menarik dan membuangnya ketika nggak menarik lagi.
Prolog:
Ibu, dari arya adalah designer terkenal di perancis, dan ayahnya adalah seorang seniman fotography, Sekaligus mempunyai Perusahaan yang bergerak dalam bidang fashion dan seni.
Tak tahu darimana ayah dan ibunya arya, mengenal Ren, tapi tiap 2 bulan dalam 1 tahunnya, dia akan menginap di rumahnya Arya, Arya tak terlalu mengenal Ren, tapi dia tahu Ren adalah penyelamat jiwa keluarganya. Ren tak pernah bercerita bahkan kadang kadang jarang sekali berkata. Hidupnya kelihatan tenang dan hambar. Arya pun tak terlalu bertanya, baginya tiap orang punya kebebasan untuk melakukan hal yang dia suka dan dia tak suka.

Sahabat kental Arya adalah Rangga, anak salah satu milyuner di asia. Anak nakal yang luar biasa karena kurangnya limpahan kasih sayang dan didikan dari ayahnya hanya uang uang dan uanglah yang menemani hidupnya. Kalau mau di kata Rangga adalah penjahat bagi masyarakat awam. Tapi bagi Arya, Rangga adalah sahabatnya bahkan sejak SMP.

Dan teryata Rangga mengenal Ren jauh sebelum Arya mengenalnya, sebuah kebetulan yang aneh di dunia yang makin tak karuan ini. Fakta yang lebih mengejutkan lagi adalah Rangga adalah satu satunya sahabat dari Ren.

Dan yang lebih mengejutkan si Via, adeknya yang anti ama laki laki bahkan, dia sendiri pernah di tonjok adiknya gara gara masuk kamarnya tanpa mengetuk pintu. Membiarkan si Ren, tidur di kamarnya bahkan entah kenapa tiba tiba jadi super lengket dan super feminim kalau bertemu Ren. Bahkan dulu dia sempet berpikir, sebenarnya gw ini kakaknya atau bukan ?
 
Last edited:
Pernikahan atau pertemuan....

Pernikahan atau pertemuan....

Gedung mewah dan tampak megah dengan berbagai hiasan sana sini... Meriah dan penuh warna warni dengan lighting yang begitu glamours. Makin lengkap karena yang datang adalah orang orang berdasi dan tentunya bermobil mengkilap. Barisan panjang dalam antrian seperti semut yang sedang berbaris, tapi kali ini mereka berbaris mengisi nama undangan di buku tamu.

Arya hari itu tampak begitu gagah, dan Vita sebagai calon istrinya tampak begitu cantik. Berada di panggung yang ada satu kaki dari deretan kursi tamu. Tapi ada satu yang kurang dalam wajah pengantin pria yang gelisah dan tampak murung, matanya sekali kali melihat ke luar. Dan akhirnya mata itu tiba tiba berbinar.

Serombongan orang berjas hitam dengan kemeja puti didalamnya di padukan dengan dasi hitam. Datang mengiringi seseorang yang tampangnya urakan, pakaian kaos putih, dan celana jeans biru yang sudah butut.

Bisik bisik santer di sana sini, Seorang keamanan yang mencoba menahan mereka, di urus oleh salah satu pengawalnya. Dan segala tetek bengek buku tamu di urus oleh sang pengawal. "Putra milyader dari asia itu adalah temannya pengantin pria" itulah bisik bisik para tamu.

Sang tamu yang urakan ini pun bukan lewat samping untuk dari melangkah maju ke depan panggung dan salah satu bodyguard mengambil kursi untuk pijakan ke atas panggung. "Urakan dan tanpa tata krama" mungkin itulah yang akan para undangan katakan.

Sang pengantin pria pun bangkit berdiri dan melangkah depan. Kedua orang saling bertatapan saling suasana hening, para tamu yang sedang mengisi undangan pun berhenti sementara, semua mata ke arah dua orang ini. "Apakah yang terjadi berikutnya, apakah berkelahian ?"

Dan tiba tiba sang tamu urakan ini mengembangkan tangannya, begitu juga sang pengantin saling mengembangkan tangan dan merangkul.

"Ha... Ha... Ha...", Tawa yang panjang mengakhiri drama tersebut.
"Akhirnya kau menikah juga, Arya ? " kata tanya si tamu urakan ini sambil melanjutkan tawanya.
"Apa kau mengharap aku jadi perjaka tua" kata Arya dengan muka masam

Suara ketawa makin keras dari tamu urakan ini. Mereka adalah 2 orang sahabat , sahabat karib sejak sma, nama lelaki urakan ini adalah Rangga, Anak seorang pengusaha dari ASIA, Masih punya darah belanda dalam dirinya.

Belum selesai suara ketawa itu dan.......

BRUAK!.... Buk......

Sesosok satpam yang berotot yang tadi menghalangi salah Rangga, terlempar dari bersamaan dengan hancurnya pintu kayu berat terbuat dari jati. Gemparlah seluruh undangan, seluruh mata terbelalak dan memandang berdiri memandang keluar, tak terkecuali Rangga dan Arya.

Dari arah luar mungkin seseorang berpakaian lusuh, kaos yang sudah tak karuan lagi warnanya, dan celana yang entah bagaimana warnanya jika kau menyebutnya dulu itu putih. Tidak beralas kaki dan kulit coklat. Tapi semua itu bukanlah hal yang bisa di pandang, wajahnya yang tampak biasa aja, begitu muda dan begitu bersih. tapi saat kau melihat matanya. Matanya begitu dingin , begitu dalam. Tampak mata yang memandang satu titik, depan.

Orang ini berjalan tanpa melihat samping kiri atau kanan, lebih tepatnya di matanya tak ada orang sama sekali. Semua tamu tak bergerak melihatnya, entah darimana tapi orang ini membawa hawa yang membuat bulu kuduk merinding.

Arya cuma mengelengkan kepala sambil tersenyum ke arah istrinya sambil mengisyaratkan tenang tak perlu panik. Via cuma tersenyum dia sudah tahu isyarat itu.... Semalam Arya sudah menceritakan padanya akan 2 temannya yang akan datang.

"Dia berubah banyak!", kata Rangga dengan bergumam, walaupun gumaman itu terdengar oleh Arya.
"Benar, dia tampak arrogant daripada biasanya", timpal Arya.
"Bukan, dulu dia tak mau membikin ribut dengan siapapun, tapi kali ini dia benar benar tak memandang manusia satupun" Desah Rangga.
 
Last edited:
Orang tua Arya memberikan isyarat kepada security untuk diam dan menenangkan tamu sekaligus , Mereka bahkan tersenyum, bahkan jauh lebih bahagia saat anak mereka menikah. Pemuda ini tetap melangkah, melewati pengawal Rangga yang memberikan jalan sambil sedikit membungkuk dengan hormat.

Melompati panggung yang hampir 1 setengah meter, dan terus melangkah menuju Rangga dan Arya, Rangga sudah bersiap siap memeluknya. Tapi orang ini tetap melangkah menuju ke arah pengantin perempuan.

Mereka saling berpandangan
"Apa aku di mukaku ada topengnya!" Tanya Rangga
"Tidak" jawab Arya singkat
"Trus kenapa si brengsek itu tidak menyapa kita...!!!" Hampir berteriak si Rangga menuding ke arah pemuda itu
"Bukankah kau bilang dia tidak memandang siapapun lagi?" sindir Arya
Rangga melotot ke arah Arya, Arya cuma mengeleng lemah sambil tersenyum.

Pemuda ini tampak memberikan sesuatu ke arah Vita sang pengantin perempuan, sambil mengucapkan beberapa patah kata. Tampak Vita begitu gembira sambil tersenyum lebar. Kemudian dia berjalan ke arah samping panggung menemui kedua Orang tua Arya, entah memberi apa atau bicara apa. Ekpresi yang sama muncul dari Orang tua Arya, Begitu gembira. Seakan pemuda ini adalah dewa yang datang membawa kebahagian, walaupun kontras dengan wajah tanpa ekpresi dan kaku dari sang pemuda. Kemudian pemuda ini melangkah ke arah dimana dia berjalan masuk tadi, kembali lagi melewati Rangga dan Arya.

Berhenti dan menyodorkan sesuatu ke Arya. "Apa ini ?" Tanya arya sambil mengulurkan tangannya mengambil benda itu. Sebuah kantong, dan ada sebuah catatan kecil di dalam kantong itu. Arya berubah wajahnya, tiba tiba dia bergerak memegang tangan si Pemuda, "Terima kasih....., Ren...." nada suara Arya tampaknya penuh haru.

Ren tidak berbicara sepatah katapun lalu beranjak pergi. "TUNGGUUUU....!!!!" sebuah nada keras muncul dari mulut Rangga yang mematung dari tadi. Ren berhenti, Rangga berjalan ke depan Ren, sambil mengulurkan tangannya. "Mana...?" ada suara geram di dalam kata kata itu tadi. "Lu tak usah berlagak tak tahu, kau sudah memberikan hadiah untuk setiap orang, mana bagian gw?" sambung Rangga.

Ren masih diam, tak bergerak, tak memandang, tak bereaksi. "Jangan bilang lu nggak bawa sesuatu untuk gw?",Ren masih diam, diam pun sebuah jawaban. Kali ini emosi Rangga tak tertahan lagi, tangannya sudah terkepal tampaknya dia akan segera meninju muka si Ren.

Untunglah sebelum semua itu terjadi, Sebuah suara halus memanggil, "Abaaaangggg......". Tiba tiba dari mata Ren, berkilat sekejab lalu kembali normal. Sekejab tapi Rangga sudah melihat hal itu. Dia menyingkir ke samping sambil tersenyum bahagia.

Dari arah samping sesosok bidadari setengah berlari ke arah Ren. Ren tak berbalik tak bergerak. Bidadari ini sampai di hadapan Ren, memegang tangannya, sambil merajuk layaknya anak kecil meminta mainan ke ayahnya. "Mana hadiah buat Via?" Via sambil menarik narik tangan Ren. Tangan kanan Ren, bergerak masuk kekantongnya, mengeluarkan sebuah benda kecil berwarna memancarkan cahaya hijau yang redup, membuat sesuana tiba tiba jadi tenang, nyaman.

Mata Via berbinar, "Untukku?" tanya Via sambil mengambil benda itu. Dia sudah sangat mengenal Ren lebih dari siapapun. Ren tak suka basa basi, tak suka berbicara sesuatu yang sudah pasti.

"Makasih bang" Via sambil memakai kalungnya, wajahnya begitu berbinar, tersenyum dengan lebar, bulan pun tiba tiba kehilangan keindahannya. Sambil bergerak kesana kemari, entah kenapa kalau bertemu dengan Ren, Via tiba tiba jadi anak kecil dan centil.

"Tampaknya dia masih manusia dan kau akan mendapat seorang adik ipar" Kata Rangga kepada Arya
Arya mengerutkan keningnya, "siapa yang kau maksud?"
Rangga cuma melirik ke arah Ren.
Arya berubah wajahnya, "Nggak mungkin, ngaco elu.... hahahahahahah"
"Aku melihat kilatan di matanya, saat Via memanggilnya" desah Rangga
Arya melongo, menatap bodoh ke arah Ren, dan Via tampak begitu gembira dengan hadiah dari Ren.
"Huahahahahahahahahahahha" tiba tiba Rangga tertawa
"Kenapa kau ?"
"Teryata bahkan si Ren pun tak lepas dari masalah Cinta....., Cinta... Sebenarnya apakah itu, sampai bisa membuat Manusia Baja seperti Ren goyang keyakinannya" Tanya Rangga sambil berlagak bingung.
"Sebelum berkata tentang orang lain, liat dirimu sendiri"
"Aku...?? Selama hidup aku tak mengerti cinta...., Cinta sulit di pahami"Kata Rangga sengit

Arya cuma tersenyum dan mengelengkan kepalanya, Masih jelas di ingatannya. Saat dia datang ke rumah Rangga untuk mengajaknya ke Bali. Dan Rangga yang bisanya hidupnya adalah Sex, Smoke, Alcohol, Drugs is fun, nothing less nothing more. Lagu yang dia tahu cuma Metalica - Enter Sandman, Place for My Head - Linkin Park, dan lagu Rock lainnya.

Siang itu, Arya melihat pemandangan luar biasa, bahkan sekalipun di dunia ini dia mungkin masih bisa percaya kalau ada kucing yang bisa terbang. Tapi dia tidak akan percaya jika melihat yang ada di depannya.

Rangga lagi memainkan sebuah lagu "Richard Marx - I'll Be Right Here Waiting for You", yang lebih gila lagi dia memainkannya dengan piano. Rangga seorang rocker, racer, anak jalanan. Kalau gitar mungkin dia masih akan bilang hal itu lumrah, tapi ini piano yang seperti menurut Rangga itu adalah salah satu alat music cengeng.Dan Arya berdiri bengong selama hampir 15 menit, sambil bertanya di dalam hati, apakah dia salah masuk rumah. Ataukah dia sedang berada dalam mimpi.

Arya melihat ke arah Ren, Manusia yang tak pernah dia sangka sangka akan jatuh cinta, bahkan kepada adiknya. "Dunia benar benar sudah gila." kata Arya dalam hati.

Ren melangkah pergi, Via tak menahannya, dia seperti memahami Lelaki itu tanpa perlu berkata kata lagi.
 
Cerita Masa lalu
Ren melangkah tanpa melihat, seperti juga saat datang. Berjalan lurus seolah olah di dunia ini tiada seorang pun. Seluruh bisikan dan tatapan mata para undangan yang bingung dengan kejadian inipun tak sedikitpun membuatnya menoleh.

Tiba tiba dari arah pintu larilah sosok, bergaun merah berbahan sutra yang keliatan mahal, sambil memegang gaunnya yang membuatnya tampak elegan dan menyolok mata para lelaki.

Sosok berpakaian merah ini berhenti menghadang jalan Ren, dan tanpa basa basi menampar Ren.

"Plak....."
Suara tamparan yang cukup keras, karena Rangga pun sampai mendengar, Arya pun tampak terkejut dengan adegan ini. Mata para undangan semuanya tertuju ke drama yang terjadi di depan mata mereka.

Tampak sesosok bidadari yang luar biasa cantik dan memikat secara sensual, berkata dengan emosi sambil memegang baju Ren yang tak karuan warnanya. Tampaknya marah, kesal berteriak teriak tanpa kejelasan.

"Bodoh.....!! Kenapa dia datang saat Ren dalam keadaan seperti ini" Ucapan itu blum selesai di ucapkan tapi Rangga sudah lari menyusul Ren.
Arya pun terkejut, tanpa sadar dia pun menyusul Rangga.

Belum sampai si Rangga, Ren sudah melangkah maju, dan tak ayal lagi Risti tertabrak langkah Ren. Risti terpental 1 meter ke arah samping depan.
"Buuukkkk......" Suara jatuh Risti di iringi teriakannya.

Semua orang terkejut, banyak teriakan kaget. Dan Risti tak kalah kagetnya dengan para undangan, bahkan rasa kagetnya pun melebihi rasa sakitnya. Menatap Ren dengan mata tidak percaya, Ren tetep tanpa ekpresi tanpa dingin dan tenang, bahkan melebihi biasanya.

Kembali lagi Ren melangkah tanpa berpaling meninggalkan sejuta tanda tanya, meninggalkan bekas yang mendalam.

Rangga sudah sampai di tempat memapah Risti untuk bangun dan tentu saja keramaian terjadi di para undangan, ada apa dan kenapa ?
Untunglah pembawa acaranya dengan manis mengatakan itulah sandiwara untuk memeriahkan acara kemudian mengalihkan perhatian mereka untuk acara selanjutnya.


Ruangan di belakang...
Risti menangis dalam dada Rangga, seumur hidup Risti jarang menangis dan kali ini untuk pertama kalinya dia menangis untuk laki laki. Laki laki yang bahkan tak memandang dirinya. Arya yang cuma bisa mengeleng, urusan kali ini benar benar membuatnya bingung.

"Gw harus ketemu dia!" Risti memohon kepada Rangga
"Buat apa ? Untuk membuat kisah yang tak perlu lagi ?" Tanya Rangga
"Lu yang membuat kejadian kayak gini.....bla.... bla bla" Risti kembali histeris, berteriak teriak yang intinya menyalahkan Rangga.
Rangga cuma bisa mendesah dan memakluminya, gara gara perbuatannya membuat kejadian jadi rumit. Dia tak pernah berpikir kejadiannya akan seperti ini, Risti yang penakluk pria, akhirnya menangis untuk pria. Dan lebih rumit lagi Ren telah mencapai tahapan yang luar biasa, melewati perasaan, emosi.

"Gw harus ketemu dia, ngga! harus... pokoknya harus.... Lu harus tanggung jawab, biar masalah ini selesai. Lu khan laki laki?" Kata Risti setelah tenang.
Rangga cuma tersenyum kecut, "Sekalipun gw ingin membantu elu tapi gw nggak bisa"
"Kenapa...????" Kata Risti meninggi lagi.
"Karena aku tak tahu dimana dia sekarang berada."
"Tapi lu khan temannya ?"
Rangga membungkam, Risti memandang Arya, dan Arya pun kembali mengeleng.
Risti tertunduk lesu, hancur sudah harapannya. Dia mencoba sekuatnya menahan air mata yang turun dari matanya, mencoba kuat tapi kali ini dia benar benar bingung.

"Tapi aku tahu siapa orang yang tahu di mana Ren" Tiba tiba Arya memecah keheningan.
"Beneran? Siapa ...?" Mata Risti kembali berbinar.
"Tapi aku tak yakin dia mau membantu dirimu"
"Kenapa ?"
"Jika punya saingan, apakah kau mau membantunya?" Arya balik bertanya.
Risti tak menjawab, dia cukup mengerti apa kata saingan itu. Karena dia sudah sering bersaing dengan wanita lain dalam petualangannya.
"Biar aku bicara dengan dia, siapa orangnya ?" Risti sudah memutuskan, yang penting bertemu Ren, lainnya pikir nanti.

Blum sempat Arya berbicara. Ada suara yang menyahut.
"Tak perlu, Ku antar kalian ke tempat Ren"
Semuanya menengok, ke arah pintu dan tampak Via nampak disana.
 
@hulk

tetep, ada kelanjutannya.. tapi cerita ini gw posting tanpa edit.. Masih jeleknya. Karena ini bentuk rawny... :p

and satu lagi, cerita ini bukan cerita kasar tapi mungkin cerita sentimentil berdasarkan beberapa teman gw. and ini blum masuk dalam inti cerita sebenarnya....
 
Last edited:
Didalam sebuah mobil hitam, tampak elegan dan mahal. Melaju kencang menembus hingar bingar jakarta.
"Kenapa kau harus ikut juga?" tanya Rangga ke pada Arya.
"Tidak ada apa apa ?" Jawab Arya lemah.
"Tapi ini malam pernikahanmu, harusnya kalian merayakan honeymoon atau apalah..." Suara Rangga meninggi.
"Karena Ren adalah temanku!" jawab Arya tandas.

Rangga terbungkam lagi. Rangga duduk bersama Arya dan Risti. Via berada di kursi depan bersama sopir pribadi Rangga. Semua orang diem, entah kenapa suasananya jadi aneh. Hanya deru suara lembut dari mesin yang mengiringi malam ini.

"Kapan kita sampai ?" tanya Risti memecah hening.
"4 jam perjalanan kalau tidak macet" jawab Via nggak menoleh.
"Tapi apakah Ren benar benar di sana.? Bagaimana kalau dia blum sampai ?" ada nada panik dalam pertanyaan Risti.
Via tak menjawab, ganti Rangga yang menjawab, "Pasti sampai, pasti ada. Sekalipun kau punya sayap blum tentu bisa mengejar Ren".
satu jawaban aneh untuk 2 pertanyaan. Risti agak sedikit bingung, walaupun dia sudah mendengar cerita luar biasa tentang Ren, tapi dia tetep merasa aneh. Rangga dan Arya, bahkan Via dan sekeluarganya, mengambarkan Ren seperti orang dalam khayalan.

Kembali lagi setiap orang tenggelam dalam lamunannya masing masing.
Via memandang gelapnya langit, dari kaca hitam mobil. Dia masih ingat pertama kali Ren datang. Baju lusuh dan penampilan dingin, "Gembel dari mana nih?" Via bertanya tanya dalam hati. Saat dia menyapa tapi Ren bahkan tanpa acuh meninggalkannya begitu saja. Dan betapa orang tuanya memuji muji Ren tanpa henti. Komplit sudah penderitaannya. "Emang siapa sih Ren, penting ya?" Risti dongkol. Walaupun emang benar segala sesuatu yang di kerjaan Ren pasti luar biasa.

Via baru saja bangun dari tidurnya, sambil mengeliat turun ke dapur, entah kenapa dari atas tadi dia sudah mencium bau luar biasa enaknya. Otomatis tujuannya mencari makan. Dan saat itu entah kenapa dapur yang biasanya sepi. Ramai oleh beberapa orang yaitu Ayahnya, Ibunya, bahkan Arya + Rangga yang nggak pernah mau ketinggalan.
"Vi, sini makan dulu, Hari ini spesial neeh, Jarang jarang lho Ren mau masak. " Sambut Ayahnya sambil mulut penuh nasi.
Via cuma mengangguk dengan lesu, dia masih marah dengan perkenalan pertamanya dengan Ren kemarin. Tapi bau itu benar benar mengodanya, Bahkan Rangga yang biasanya berceloteh ria tampak sibuk makan tanpa henti.

Ren sendiri tampak sibuk di dapur, dengan gerakan yang luar biasa mengerakan tangannya, layaknya koki luar biasa dan anehnya dia menemukan Ren memasukan Vodka ke dalam masakan, dan beberapa bumbu dengan kecepatan luar biasa. Dan bau harum itu terasa luar biasa lagi.
Akhirnya Via mengambil tempat duduk anehnya nggak ada yang mau menyapanya, Ibunya maupun Ayahnya tetap asik dengan makanannya. Semuanya tampak berkonsentrasi pada makanan dan menarik satu piring nasi goreng yang tampaknya nggak menarik tanpa ada tambahan lainnya, dan bahkan tampak simple tanpa sayur atau penghias lainnya, warnanya pun tampak sedikit hitam.
"Makanan apa ini? " Gerutu Via dalam hati, tapi hidungnya mengatakan bahwa bau luar biasa itu dari makanan yang tampak hancur itu.

Via mulai menyendok makanannya dan mengunyahnya, sambil siap siap untuk muntah. Tapi......... Via terpana sendiri, rasa yang luar biasa menariknya untuk mengunyah kunyah dan makan lagi. Uenak tenan....!!! Dan Via pun tenggelam antara sendok, piring dan nasi gorengnya.

Akhirnya selesai juga makannya, Via menghembus napas panjang. Rasa luar biasa tadi masih terasa di lidahnya.
"Ini minum dulu" Arya menyodorkan segelas air kepada Via
Blum sampai seteguk, Via baru menyadari itu bukan air, tapi sesuatu yang lain yang membuat rasa luar biasa tadi menghilang.
"Ehhh... Apa ini?" kata via agak dongkol, karena gara gara air itu membuatnya kehilangan rasa enak tadi.
"Tenang, Vi, Ren itu tadi baru makanan pembuka, Makanan utamanya blum keluar" Sela Rangga seperti mengerti apa yang di pikirkan Via. Rangga tak menoleh padanya, matanya memandang ke arah Ren yang tampak sibuk. Via baru menyadari, kalau setiap orang hakikatnya memandang ke arah yang sama.

"Itu tadi Arak putih, buatan Ren sendiri. Tujuannya menghilangkan rasa buat makanan utama. Hari ini Ren mau membuat "7 awan", Dijamin elu bakal merasa makanan yang elu makan selama ini nggak ada apa apanya di banding ini" Jawab Arya tanpa menoleh lagi.
 
Setelah kejadian di dapur itu, Via makin sedikit agak berubah pandangannya soal Ren, tapi teryata itupun nggak lama. Dia makin makin sebel ama cowok yang aneh satu ini.

Papanya dengan antusias menceritakan Ren, bahkan lebih antusias daripada saat dia dapet Peringkat tertinggi di smanya. Saat dia Mendapatkanya Blackbelt pertamanya. dan yang lebih menyebalkan lagi, Si Ren tampak tak peduli dengan pujian bahkan tampak tak acuh dengan papanya, padahal dia khan numpang disini, pikir Via begitu.

Tapi yang aneh tampaknya papanya tak peduli dan tetep aja Ren, dan Ren lagi. Bahkan Arya kakaknya sendiri pun tak pernah di bicarain oleh papanya. Huh makin keki ama mahkluk yang namanya Ren.
 
Back
Top