Kalina
Moderator
Pengusaha ternak di kawasan Amerika, Eropa bahkan Asia kini banyak yang mengembangkan teknik kloning (penggandaan gen yang menghasilkan turunan yang sama). Penelitian terbaru mengungkapkan konsumsi susu dan daging dari ternak kloning sama amannya dengan ternak biasa.
Kloning dilakukan dengan cara meniru (menggandakan) DNA yang diambil dari hewan asli. Jadi hewan ternak diproduksi tanpa melalui pembuahan sperma dan ovum seperti biasanya. Caranya dengan membuat embrio di luar lalu dimasukkan ke tubuh hewan kemudian melahirkan seperti biasa.
Investigasi terbaru yang dilakukan The Advisory Committee on Novel Foods and Processes (ACNFP) pada Agustus 2010 menemukan susu dan daging dari keturunan sapi kloning sama amannya dengan ternak biasa.
Seperti dilansir dari SkyNews, Senin (29/11/2010) susu dan daging ternak kloning diketahui telah banyak dipasarkan di toko-toko di wilayah Eropa seperti Inggris. Selama ini Eropa adalah kawasan yang sangat ketat memperbolehkan penjualan pangan dan ternak hasil kloning atau transgenik.
"ACNFP telah mengkonfirmasi bahwa daging dan susu dari ternak hasil kloning dan keturunannya tidak menunjukkan perbedaan yang substansial dengan daging dan susu yang diproduksi secara konvensional karena itu tidak ada risiko keamanan pangan," kata Andrew Wadge, kepala peneliti dari Food Standards Agency (FSA).
FSA akan membahas hasil kesimpulan ACNFP itu pada Desember mendatang yang hasil pembahasannya akan direkomendasikan ke pemerintah Inggris apakah akan membolehkan penjualan susu dan daging ternak kloning atau tidak.
Namun para penggiat tanaman dan hewan organik tetap mempertanyakan sisi etika dari konsumsi ternak kloning tersebut. Mereka masih mempertanyakan teknik-teknik rekayasa bagaimana pun akan ada dampaknya.
Teknik kloning atau transgenik memang bisa meningkatkan produksi pangan dan ternak. Namun bagi kalangan konvensional, konsumsi pangan atau ternak rekayasa dianggap tidak etis baik dari sisi normal sosial dan agama.
Kloning dilakukan dengan cara meniru (menggandakan) DNA yang diambil dari hewan asli. Jadi hewan ternak diproduksi tanpa melalui pembuahan sperma dan ovum seperti biasanya. Caranya dengan membuat embrio di luar lalu dimasukkan ke tubuh hewan kemudian melahirkan seperti biasa.
Investigasi terbaru yang dilakukan The Advisory Committee on Novel Foods and Processes (ACNFP) pada Agustus 2010 menemukan susu dan daging dari keturunan sapi kloning sama amannya dengan ternak biasa.
Seperti dilansir dari SkyNews, Senin (29/11/2010) susu dan daging ternak kloning diketahui telah banyak dipasarkan di toko-toko di wilayah Eropa seperti Inggris. Selama ini Eropa adalah kawasan yang sangat ketat memperbolehkan penjualan pangan dan ternak hasil kloning atau transgenik.
"ACNFP telah mengkonfirmasi bahwa daging dan susu dari ternak hasil kloning dan keturunannya tidak menunjukkan perbedaan yang substansial dengan daging dan susu yang diproduksi secara konvensional karena itu tidak ada risiko keamanan pangan," kata Andrew Wadge, kepala peneliti dari Food Standards Agency (FSA).
FSA akan membahas hasil kesimpulan ACNFP itu pada Desember mendatang yang hasil pembahasannya akan direkomendasikan ke pemerintah Inggris apakah akan membolehkan penjualan susu dan daging ternak kloning atau tidak.
Namun para penggiat tanaman dan hewan organik tetap mempertanyakan sisi etika dari konsumsi ternak kloning tersebut. Mereka masih mempertanyakan teknik-teknik rekayasa bagaimana pun akan ada dampaknya.
Teknik kloning atau transgenik memang bisa meningkatkan produksi pangan dan ternak. Namun bagi kalangan konvensional, konsumsi pangan atau ternak rekayasa dianggap tidak etis baik dari sisi normal sosial dan agama.