MajaPahit dari Sudut Pandang yg Berbeda

ishimaru

New member
76813_179357838744316_100000103039755_662114_4162799_n.jpg


Seorang sejarawan pernah berujar bahwa sejarah itu adalah versi atau sudut pandang orang yang membuatnya. Versi ini sangat tergantung dengan niat atau motivasi si pembuatnya. Barangkali ini pula yang terjadi dengan Majapahit, sebuah kerajaan maha besar masa lampau yang pernah ada di negara yang kini disebut Indonesia. Kekuasaannya membentang luas hingga mencakup sebagian besar negara yang kini dikenal sebagai Asia Tenggara. Namun demikian, ada sesuatu yang ‘terasa aneh’ menyangkut kerajaan yang puing-puing peninggalan kebesaran masa lalunya masih dapat ditemukan di kawasan Trowulan Mojokerto ini. Sejak memasuki Sekolah Dasar, kita sudah disuguhi pemahaman bahwa Majapahit adalah sebuah kerajaan Hindu terbesar yang pernah ada dalam sejarah masa lalu kepulauan Nusantra yang kini dkenal Indonesia. Inilah sesuatu yang terasa aneh tersebut. Pemahaman sejarah tersebut seakan melupakan beragam bukti arkeologis, sosiologis dan antropologis yang berkaitan dengan Majapahit yang jika dicerna dan dipahami secara ‘jujur’ akan mengungkapkan fakta yang mengejutkan sekaligus juga mematahkan pemahaman yang sudah berkembang selama ini dalam khazanah sejarah masyarakat Nusantara.



‘Kegelisahan’ semacam inilah yang mungkin memotivasi Tim Kajian Kesultanan Majapahit dari Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKP) Pengurus Daerah Muhammadiyah Yogyakarta untuk melakukan kajian ulang terhadap sejarah Majapahit. Setelah sekian lama berkutat dengan beragam fakt-data arkeologis, sosiologis dan antropolis, maka Tim kemudian menerbitkannya dalam sebuah buku awal berjudul ‘Kesultanan Majapahit, Fakta Sejarah Yang Tersembunyi’. Buku ini hingga saat ini masih diterbitkan terbatas, terutama menyongsong Muktamar Satu Abad Muhammadiyah di Yogyakarta beberapa waktu yang lalu. Sejarah Majapahit yang dikenal selama ini di kalangan masyarakat adalah sejarah yang disesuaikan untuk kepentingan penjajah (Belanda) yang ingin terus bercokol di kepulauan Nusantara. Akibatnya, sejarah masa lampau yang berkaitan dengan kawasan ini dibuat untuk kepentingan tersebut. Hal ini dapat pula dianalogikan dengan sejarah mengenai PKI. Sejarah yang berkaitan dengan partai komunis ini yang dibuat di masa Orde Baru tentu berbeda dengan sejarah PKI yang dibuat di era Orde Lama dan bahkan era reformasi saat ini. Hal ini karena berkaitan dengan kepentingan masing-masing dalam membuat sejarah tersebut. Dalam konteks Majapahit, Belanda berkepentingan untuk menguasai Nusantara yang mayoritas penduduknya adalah muslim. Untuk itu, diciptakanlah pemahaman bahwa Majapahit yang menjadi kebanggaan masyarakat Indonesia adalah kerajaan Hindu dan Islam masuk ke Nusantara belakangan dengan mendobrak tatanan yang sudah berkembang dan ada dalam masyarakat.



Apa yang diungkapkan oleh buku ini tentu memiliki bukti berupa fakta dan data yang selama ini tersembunyi atau sengaja disembunyikan. Beberapa fakta dan data yang menguatkan keyakinan bahwa kerajaan Majpahit sesungguhnya adalah kerajaan Islam atau Kesultanan Majapahit adalah sebagai berikut:



1. Ditemukan atau adanya koin-koin emas Majapahit yang bertuliskan kata-kata ‘La Ilaha Illallah Muhammad Rasulullah’. Koin semacam ini dapat ditemukan dalam Museum Majapahit di kawasan Trowulan Mojokerto Jawa Timur. Koin adalah alat pembayaran resmi yang berlaku di sebuah wilayah kerajaan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sangat tidak mungkin sebuah kerajaan Hindu memiliki alat pembayaran resmi berupa koin emas bertuliskan kata-kata Tauhid.



2. Pada batu nisan Syeikh Maulana Malik Ibrahim yang selama ini dikenal sebagai Wali pertama dalam sistem Wali Songo yang menyebarkan Islam di Tanah Jawa terdapat tulisan yang menyatakan bahwa beliau adalah Qadhi atau hakim agama Islam kerajaan Majapahit. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Agama Islam adalah agama resmi yang dianut oleh Majapahit karena memiliki Qadhi yang dalam sebuah kerajaan berperan sebagai hakim agama dan penasehat bidang agama bagi sebuah kesultanan atau kerajaan Islam.



3. Pada lambang Majapahit yang berupa delapan sinar matahari terdapat beberapa tulisan Arab, yaitu shifat, asma, ma’rifat, Adam, Muhammad, Allah, tauhid dan dzat. Kata-kata yang beraksara Arab ini terdapat di antara sinar-sinar matahari yang ada pada lambang Majapahit ini. Untuk lebih mendekatkan pemahaman mengenai lambang Majapahit ini, maka dapat dilihat pada logo Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, atau dapat pula dilihat pada logo yang digunakan Muhammadiyah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Majapahit sesungguhnya adalah Kerajaan Islam atau Kesultanan Islam karena menggunakan logo resmi yang memakai simbol-simbol Islam.



4. Pendiri Majapahit, Raden Wijaya, adalah seorang muslim. Hal ini karena Raden Wijaya merupakan cucu dari Raja Sunda, Prabu Guru Dharmasiksa yang sekaligus juga ulama Islam Pasundan yang mengajarkan hidup prihatin layaknya ajaran-ajaran suf, sedangkan neneknya adalah seorang muslimah, keturunan dari penguasa Sriwijaya. Meskipun bergelar Kertarajasa Jayawardhana yang sangat bernuasa Hindu karena menggunakan bahasa Sanskerta, tetapi bukan lantas menjadi justifikasi bahwa beliau adalah seorang penganut Hindu. Bahasa Sanskerta di masa lalu lazim digunakan untuk memberi penghormatan yang tinggi kepada seseorang, apalagi seorang raja. Gelar seperti inipun hingga saat ini masih digunakan oleh para raja muslim Jawa, seperti Hamengku Buwono dan Paku Alam Yogyakarta serta Paku Buwono di Solo. Di samping itu, Gajah Mada yang menjadi Patih Majapahit yang sangat terkenal terutama karena Sumpah Palapanya ternyata adalah seorang muslim. Hal ini karena nama aslinya adalah Gaj Ahmada, seorang ulama Islam yang mengabdikan kemampuannya dengan menjadi Patih di Kerajaan Majapahit. Hanya saja, untuk lebih memudahkan penyebutan yang biasanya berlaku dalam masyarakat Jawa, maka digunakan Gajahmada saja. Dengan demikian, penulisan Gajah Mada yang benar adalah Gajahmada dan bukan ‘Gajah Mada’. Pada nisan makam Gajahmada di Mojokerto pun terdapat tulisan ‘La Ilaha Illallah Muhammad Rasulullah’ yang menunjukkan bahwa Patih yang biasa dikenal masyarakat sebagai Syeikh Mada setelah pengunduran dirinya sebagai Patih Majapatih ini adalah seorang muslim.



5. Jika fakta-fakta di atas masih berkaitan dengan internal Majapahit, maka fakta-fakta berikut berhubungan dengan sejarah dunia secara global. Sebagaimana diketahui bahwa 1253 M, tentara Mongol dibawah pimpinan Hulagu Khan menyerbu Baghdad yang dikatakan sebagai pembalasan terhadap sikap para penguasa Abbasiyah yang seringkali menghina dan menistakan keturunan Rasulullah. Akibatnya, Timur Tengah berada dalam situasi yang berkecamuk dan terjebak dalam kondisi konflik yang tidak menentu. Dampak selanjutnya adalah terjadinya eksodus besar-besaran kaum muslim dari Timur Tengah, terutama para keturunan Nabi yang biasa dikenal dengan ‘Allawiyah. Kelompok ini sebagian besar menuju kawasan Nuswantara (Nusantara) yang memang dikenal memiliki tempat-tempat yang eksotis dan kaya dengan sumberdaya alam dan kemudian menetap dan beranakpinak di tempat ini. Dari keturunan pada pendatang inilah sebagian besar penguasa beragam kerajaan Nusantara berasal, tanpa terkecuali Majapahit. Iniilah beberapa bukti dari fakta dan data yang mengungkapkan bahwa sesungguhnya Majapahit adalah Kesultanan Islam yang berkuasa di sebagian besar kawasan yang kini dikenal sebagai Asia Tenggara ini. Sekali lagi terbukti bahwa sejarah itu adalah versi, tergantung untuk apa sejarah itu dibuat dan tentunya terkandung di dalamnya beragam kepentingan.



Wallahu A’lam Bishshawab.

154343_179358022077631_100000103039755_662117_6518767_n.jpg

Penulisnya bukan saya tapi saya (baca: kopas) ambil dari pak Pahrudin HM ( http://sejarah.kompasiana.com/2010/10/22/kesultanan-majapahit/ )





*artikel ini juga saia copas dari catatan FB temen ...maap kalu repost ato salah thread ....::
 
Last edited by a moderator:
Didiskusikan di Thread history aja gimana? :D
Jadi bisa juga dibandingkan dengan sudut pandang yang lain, sehingga bisa dikira2 apa yang sesungguhnya bisa dicatat dalam sejarah yang benar.


-dipi-
 
Ok aku pindahkan ke forum history aja ya, biar lebih pas pembahasannya.

Untuk Mod Forum agama Islam, minta ijin memindahkan Threadnya.


-dipi-
 
sebuah fakta yang tutup tutupi oleh masyarakat jawa dan indonesia

bahwa pati gajahmada adalahs eorang muslim sejatih
 
Coba kita lihat dari sisi yang lain, ya. yuk kita diskusikan...

Aku sendiri udah membaca buku soal majapahit di atas, dan sekilas pendapatku adalah kesimpulan yang diambil terlalu terburu-buru dan tidak dilengkapi dengan bukti2 primer, hanya digunakan bukti sekunder lalu diambil suatu kesimpulan berdasarkan hipotesa dari bukti sekunder tersebut. Dan tentu saja ini bisa aku katakan terburu-buru.

Ditemukan atau adanya koin-koin emas Majapahit yang bertuliskan kata-kata ‘La Ilaha Illallah Muhammad Rasulullah’. Koin semacam ini dapat ditemukan dalam Museum Majapahit di kawasan Trowulan Mojokerto Jawa Timur. Koin adalah alat pembayaran resmi yang berlaku di sebuah wilayah kerajaan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sangat tidak mungkin sebuah kerajaan Hindu memiliki alat pembayaran resmi berupa koin emas bertuliskan kata-kata Tauhid.
Hal yang aku kutip diatas itu, seperti yang aku bilang, adalah sebuah kesimpulan yang terburu-buru dan sangat prematur. Pertama begini, Koin emas itu bisa saja ada pada masa akhir runtuhnya Majapahit pada era Prabu Brawijaya V, di mana pada masa itu pengaruh Islam sudah mulai masuk dan bukan tidak mungkin koin2 itu berasal dari jaman ini. Tapi tentunya sangatlah tidak elok jika membantah suatu hipotesa dengan melontarkan hipotesa lainnya. Maka ada penjelasan kedua, yaitu soal alat pembayaran resmi pada era majapahit, yang berkaitan dengan kepeng logam cina. Kepeng logam Cina mulai menyebar ke Asia Tenggara bersamaan dengan majunya perniagaan Dinasti Sung (960-1279). Salah satu tempat yang banyak dibanjiri kepeng jenis ini adalah Jawa, di mana para pedagangnya berperan besar dalam jaringan perniagaan regional. Teks-teks dari Cina berulang kali menyebutkan adanya mata uang dari logam campuran yang dibuat di Jawa. Kronik Cina pertama yang menyebutkan hal itu adalah Lingwai Daida pada abad ke-12, dan Zhufan Zhi karya Zhao Rugua berkali-kali mengutip kalimat-kalimant dalam Lingwai Daida. Pada tahun 1349 kronik Cina lain yang berjudul Daoyi Zhileu memberitakan: “Kebiasaan orang negeri itu (Jawa) adalah membuat uang logam dengan campuran perak, timah, timbel, dan tembaga yang dilebur menjadi satu …. Uang itu dinamakan ‘uang perak’.”

Mengenai “uang perak” dalam kronik Daoyi Zhileu, Indonesian Heritage menyebutkan bahwa pada masa Majapahit terdapat mata uang yang disebut gobog. Inilah yang oleh Lombard (2008: 160) disebut “mata uang takhayul”. Mata uang ini merupakan tiruan kasar dari kepeng Cina, dibuat dari campuran tembaga dengan lubang persegi di tengah-tengah tetapi dengan garis tengah yang lebih besar (kira-kira 4 cm) dari kepeng Cina. Bentuk lubangnya pun bervariasi: bulat, segi empat, dan segi enam. Pada sisi depan dan belakang, terdapat pelbagai motif—menggantikan aksara Cina—paling sering karakter wayang, dan tak pernah ada cetakan angka nilainya.

Opini ketiga, soal emas. Penempaan emas itu terjadi pertama kali di nusantara yaitu pada jaman Sultan Mughayat Syah dari Samudra Pasai, tahunnya berkisar pada abad 15 dan 16. Sebelumnya logam yang ditempa dalam bentuk koin adalah berasal dari campuran timah.

Kesimpulannya adalah:
  1. Uang emas tersebut bukanlah uang resmi dari pemerintahan Majapahit dari era Raden Wijaya sampai era Brawijaya. Bukankah akan terasa janggal jika sedari awal, jika dikatakan Islam sudah mempengaruhi majapahit sejak era raden wijaya, uang resmi yang digunakan masih belum menggunakan simbol2 Islam?
  2. Lebih masuk akal untuk mengambil kesimpulan bahwa uang atau koin mas tersebut berasal dari era brawijaya, di mana Islam sudah mulai masuk dan pembuatan atau penempaan emas sudah ada. Meningat tahun2 dimulainya penempaan emas itu sama dengan tahun2 akhir dari majapahit pada era prabu brawijaya.
  3. Diketemukannya koin emas dengan simbol2 Islam tersebut, bukan berarti menafikan bahwa secara keseluruhan Majapahit bisa dikatakan sebagai kerajaan Islam sedari awal. Dan itulah yang aku katakan sebagai sebuah kesimpulan yang sangat terburu-buru dan prematur.
Pada batu nisan Syeikh Maulana Malik Ibrahim yang selama ini dikenal sebagai Wali pertama dalam sistem Wali Songo yang menyebarkan Islam di Tanah Jawa terdapat tulisan yang menyatakan bahwa beliau adalah Qadhi atau hakim agama Islam kerajaan Majapahit. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Agama Islam adalah agama resmi yang dianut oleh Majapahit karena memiliki Qadhi yang dalam sebuah kerajaan berperan sebagai hakim agama dan penasehat bidang agama bagi sebuah kesultanan atau kerajaan Islam.
Ini juga sebuah kesimpulan yang sangat prematur dan terburu2. Hanya berdasarkan hipotesa yang agak sedikit ngawur.
Sunan gresik ini hidup pada jaman akhir kekuasaan Majapahit, di mana pada saat itu penerimaan terhadap budaya (termasuk Islam) dan orang asing begitu terbuka. Sebagaimana yang dilakukan para wali awal lainnya, aktivitas pertama yang dilakukan Maulana Malik Ibrahim ialah berdagang. Ia berdagang di tempat pelabuhan terbuka, yang sekarang dinamakan desa Roomo, Manyar. Perdagangan membuatnya dapat berinteraksi dengan masyarakat banyak, selain itu raja dan para bangsawan dapat pula turut serta dalam kegiatan perdagangan tersebut sebagai pelaku jual-beli, pemilik kapal atau pemodal. Setelah cukup mapan di masyarakat, Maulana Malik Ibrahim kemudian melakukan kunjungan ke ibukota Majapahit di Trowulan. Raja Majapahit meskipun tidak masuk Islam tetapi menerimanya dengan baik, bahkan memberikannya sebidang tanah di pinggiran kota Gresik. Wilayah itulah yang sekarang dikenal dengan nama desa Gapura. Cerita rakyat tersebut diduga mengandung unsur-unsur kebenaran; mengingat menurut Groeneveldt pada saat Maulana Malik Ibrahim hidup, di ibukota Majapahit telah banyak orang asing termasuk dari Asia Barat.

Penyebutan qadhi atau hakim Islam tentu tidak serta merta mengacu pada hakim resmi pada sebuah kerajaan dalam hal ini Majapahit.

Inkripsi pada makamnya sendiri berbunyi seperti ini:
Ini adalah makam almarhum seorang yang dapat diharapkan mendapat pengampunan Allah dan yang mengharapkan kepada rahmat Tuhannya Yang Maha Luhur, guru para pangeran dan sebagai tongkat sekalian para Sultan dan Wazir, siraman bagi kaum fakir dan miskin. Yang berbahagia dan syahid penguasa dan urusan agama: Malik Ibrahim yang terkenal dengan kebaikannya. Semoga Allah melimpahkan rahmat dan ridha-Nya dan semoga menempatkannya di surga. Ia wafat pada hari Senin 12 Rabi'ul Awwal 822 Hijriah.
Pada lambang Majapahit yang berupa delapan sinar matahari terdapat beberapa tulisan Arab, yaitu shifat, asma, ma’rifat, Adam, Muhammad, Allah, tauhid dan dzat. Kata-kata yang beraksara Arab ini terdapat di antara sinar-sinar matahari yang ada pada lambang Majapahit ini. Untuk lebih mendekatkan pemahaman mengenai lambang Majapahit ini, maka dapat dilihat pada logo Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, atau dapat pula dilihat pada logo yang digunakan Muhammadiyah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Majapahit sesungguhnya adalah Kerajaan Islam atau Kesultanan Islam karena menggunakan logo resmi yang memakai simbol-simbol Islam.

suryamajapahit.jpg


Sejauh ini dari beberapa sumber kitab dan peninggalan2 arkeologi jaman majapahit, logo di ataslah yang terbukti sebagai lambang resmi kerajaan Majapahit.


Bersambung aahhh....:))

Soal diskusi hal yang lain, nanti disambung lagi...


-dipi-
 
makasih dah dipindah ...sbenarnya sie emang ragu mau ditaruh d mana antara agama ato history ...mari kita lanjutkan diskusinya ...:)
 
wahhhh.. meski ane sering banget lewat Trowulan tapi belum pernah sekalipun mampir ke museum.. wkwkwkwk parah.. kapan2 tak mampir rek.. yang deket kompleks candi2 itu kan ya?

tapi menurutku kok terlalu dini -memuslimkan- Majapahit.
 
jangan lupa bank, barang2nya diphoto satu2 truz d pajang d mari ...:D

kalu menurut pendapat bodoh aye nich, mgkin islam memang sudah ada dan diakui d zaman itu tp ga seheboh seperti yg dgembar-gemborkan ...kale ...
 
moga2 aja peninggalan di museum tidak habis terjual wkwkwkwkwk
tapi memang seh, pada waktu itu majapahit kan deket dengan walisongo
 
Oke lanjut ya...:D
sekarang kita bahas soal ini
Pendiri Majapahit, Raden Wijaya, adalah seorang muslim. Hal ini karena Raden Wijaya merupakan cucu dari Raja Sunda, Prabu Guru Dharmasiksa yang sekaligus juga ulama Islam Pasundan yang mengajarkan hidup prihatin layaknya ajaran-ajaran suf, sedangkan neneknya adalah seorang muslimah, keturunan dari penguasa Sriwijaya.
Pernyataan ini jelas sangat spekulatif. Pertama, karena Raden wijaya dalam Negarakertagama disebutkan sebagai anak dari Dyah Lembu Tal, putra dari Narasingamurti. Sedangkan ibunya tidak pernah tertulis dalam negarakertagama, karena di dalam kitab itu yang tertulis lengkap soal keturunan hanyalah Hayam Wuruk. Jika misalnya pun ternyata raden wijaya mempunyai garis keturunan dari raja Sunda dari pihak ibu, inipun tidak serta merta mengindikasikan bahwa dia dikatakan sebagai seorang muslim. Kedua, ajaran2 dari dharmasiksa itu jauh dari apa yang dibawa oleh ajaran Islam, seperti yang terdapat pada Naskah Ciburuy atau yang lebih dikenal dengan Naskah Amanat Dari Galunggung, yang ditulis pada daun nipah sebanyak 6 lembar dimana terdiri atas 12 halaman; menggunakan aksara Sunda Kuna. Naskah ini kemudian lebih dikenal sebagai “AMANAT PRABUGURU DARMASIKSA”. Dalam kitab itu terdapat "ajaran" untuk mengagungkan tanah yang disakralkan, dalam hal ini adalah Galunggung. Salah satu isinya adalah kira2 seperti ini: "Harus dijaga kemungkinan orang asing dapat merebut kabuyutan (tanah yang disakralkan). Siapa saja yang dapat menduduki tanah yang disakralkan (Galunggung), akan beroleh kesaktian, unggul perang, berjaya, bisa mewariskan kekayaan sampai turun temurun. Bila terjadi perang, pertahankanlah kabuyutan yang disucikan itu. Cegahlah kabuyutan (tanah yang disucikan) jangan sampai dikuasai orang asing. Lebih berharga kulit lasun (musang) yang berada di tempat sampah dari pada raja putra yang tidak bisa mempertahankan kabuyutan."

Dari situ sebenernya bisa diambil kesimpulan, apakah ajaran dari Dharmasiksa itu bermakna ajaran Islam? IMHO, sangat jauh dari apa yang ada dalam ajaran Islam.
Meskipun bergelar Kertarajasa Jayawardhana yang sangat bernuasa Hindu karena menggunakan bahasa Sanskerta, tetapi bukan lantas menjadi justifikasi bahwa beliau adalah seorang penganut Hindu.
Juga tidak lantas serta merta bisa dikatakan bukan penganut hindu.
Di samping itu, Gajah Mada yang menjadi Patih Majapahit yang sangat terkenal terutama karena Sumpah Palapanya ternyata adalah seorang muslim. Hal ini karena nama aslinya adalah Gaj Ahmada, seorang ulama Islam yang mengabdikan kemampuannya dengan menjadi Patih di Kerajaan Majapahit. Hanya saja, untuk lebih memudahkan penyebutan yang biasanya berlaku dalam masyarakat Jawa, maka digunakan Gajahmada saja. Dengan demikian, penulisan Gajah Mada yang benar adalah Gajahmada dan bukan ‘Gajah Mada’.
Sungguh, kutipan diatas itu dibuat dengan sangat tidak berdasar dan terburu-buru. Tidak adanya bukti2 arkeologis ataupun sumber tertulis mengenai ini, menjadikan pernyataan tersebut seperti pernyataan lelucon.

Pada jaman Majapahit, nama seorang laki2 khususnya untuk seorang ksatria ataupun laki2 keturunan raja, kebanyakan menggunakan nama2 hewan yang dianggap suci dan perkasa. Ada nama Lembu Tal, ada nama kebo ijo, kebo anabrang, lembu sora, lembu peteng ataupun gajah mada atau laki2 dengan nama gajah lainnya seperti Gajah enggon dan gajah manguri yang menurut kertagama menggantikan posisi Gajah Mada ketika dia mengundurkan diri setelah peristiwa perang Bubat.

Begitu juga jika dilihat dari "tindak tanduk" gajah mada yang tidaklah mencerminkan seorang Muslim, salah satu yang gampang dilihat adalah saat dia mengucapkan sumpah Palapa. Yang bunyinya, "Sira Gajah Mada pepatih amungkubumi tan ayun amukti palapa, sira Gajah Mada: Lamun huwus kalah nusantara ingsun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seram, Tañjungpura, ring Haru, ring Pahang, Dompu, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, samana ingsun amukti palapa". Dalam Islam toh tidak dikenal "puasa" seperti yang dilakukan oleh Gajah Mada tersebut.
Pada nisan makam Gajahmada di Mojokerto pun terdapat tulisan ‘La Ilaha Illallah Muhammad Rasulullah’ yang menunjukkan bahwa Patih yang biasa dikenal masyarakat sebagai Syeikh Mada setelah pengunduran dirinya sebagai Patih Majapatih ini adalah seorang muslim.
Makam Mas Gajah Mada ini tidak pernah terdefinitif dengan jelas. Semuanya masih dalam tataran rumor, duga2 dan hipotesa belaka. Karena tidak ada satupun sumber yang mengatakan dimana letak makam Mas Gajah. Ada yang bilang dia dimakamkan di Mojokerto, ada yang bilang di Lampung, di bengkulu, di sulawesi bahkan di madagaskar. Semuanya hanya hipotesa semata tanpa ada pembuktian yang lebih jelas.

Terlepas dari itu semua, sebenernya ada fakta yang jelas di depan mata, yang bisa mementalkan pernyataan bahwa Majapahit adalah kerajaan Islam. Jika Majapahit adalah kerajaan Islam, mengapa tidak ada satupun peninggalan2nya berupa kebudayaan Islam, seperti misalnya Masjid. Tapi sebaliknya, semua peninggalan Majapahit semuanya berbau hindu, semacam candi dan tempat2 persembahan. Adanya arca2 hindu, tentu sama sekali nggak menyiratkan itu ajaran Islam.
kalu menurut pendapat bodoh aye nich, mgkin islam memang sudah ada dan diakui d zaman itu tp ga seheboh seperti yg dgembar-gemborkan ...kale ...
Saya setuju dengan pendapat den Ishimaru ini. Islam memang sudah masuk, tapi yang terjadi adalah masuknya Islam itu terjadi pada masa akhir keruntuhan majapahit yaitu pada masa Prabu Brawijaya V. Dan bukan dari awal berdirinya Majapahit. Dan kita mungkin ingat bahwa Brawijaya itu punya anak yang bernama Jin Bun atau yang lebih terkenal dengan nama Raden Patah yang beragama Islam. Dan dia "berperang" melawan ayahnya untuk memurnikan ajaran Islam, dan bermaksud mengislamkan ayahnya yang beragama Hindu.

Berdasarkan catatan beberapa arkeologis sendiri, Islam itu sudah masuk ke wilayah Nusantara pada abad ke 9 dimana terbukti dengan adanya makam Fathimah binti Maimun pada era kerajaan Singasari yang makamnya terdapat di Gresik. Tapi era penyebaran agama Islam serta pengislaman secara besar2an terjadi baru pada akhir abad 14.


-dipi-
 
Back
Top