Perang Dingin

Status
Not open for further replies.

Dipi76

New member
Cold-War-Flags.jpg

Perang Dingin adalah sebutan bagi sebuah periode di mana terjadi konflik, ketegangan, dan kompetisi antara Amerika Serikat (beserta sekutunya disebut Blok Barat) dan Uni Soviet (beserta sekutunya disebut Blok Timur) yang terjadi antara tahun 1947—1991. Persaingan keduanya terjadi di berbagai bidang: koalisi militer; ideologi, psikologi, dan tilik sandi; militer, industri, dan pengembangan teknologi; pertahanan; perlombaan nuklir dan persenjataan; dan banyak lagi. Ditakutkan bahwa perang ini akan berakhir dengan perang nuklir, yang akhirnya tidak terjadi. Istilah "Perang Dingin" sendiri diperkenalkan pada tahun 1947 oleh Bernard Baruch dan Walter Lippman dari Amerika Serikat untuk menggambarkan hubungan yang terjadi di antara kedua negara adikuasa tersebut.

Setelah AS dan Uni Soviet bersekutu dan berhasil menghancurkan Jerman Nazi, kedua belah pihak berbeda pendapat tentang bagaimana cara yang tepat untuk membangun Eropa pascaperang. Selama beberapa dekade selanjutnya, persaingan di antara keduanya menyebar ke luar Eropa dan merambah ke seluruh dunia ketika AS membangun "pertahanan" terhadap komunisme dengan membentuk sejumlah aliansi dengan berbagai negara, terutama dengan negara di Eropa Barat, Timur Tengah, dan Asia Tenggara.

Meskipun kedua negara adikuasa itu tak pernah bertempur secara langsung, namun konflik di antara keduanya secara tak langsung telah menyebabkan berbagai perang lokal seperti Perang Korea, invasi Soviet terhadap Hungaria dan Cekoslovakia dan Perang Vietnam. Hasil dari Perang Dingin termasuk (dari beberapa sudut pandang) kediktatoran di Yunani dan Amerika Selatan. Krisis Rudal Kuba juga adalah akibat dari Perang Dingin dan Krisis Timur Tengah juga telah menjadi lebih kompleks akibat Perang Dingin. Dampak lainnya adalah terbaginya Jerman menjadi dua bagian yaitu Jerman Barat dan Jerman Timur yang dipisahkan oleh Tembok Berlin. Namun ada pula masa-masa di mana ketegangan dan persaingan di antara keduanya berkurang. Perang Dingin mulai berakhir di tahun 1980-an ketika Pemimpin Uni Soviet Mikhail Gorbachev meluncurkan program reformasi, perestroika dan glasnost. Secara konstan, Uni Soviet kehilangan kekuatan dan kekuasaannya terhadap Eropa Timur dan akhirnya dibubarkan pada tahun 1991.

Latar belakang

Setelah Perang Dunia II berakhir, muncul beberapa peristiwa penting yang mempengaruhi kehidupan bangsa-bangsa di dunia. Peristiwa-peristiwa itu antara lain yaitu: Pertama, Amerika Serikat muncul sebagai salah satu negara pemenang perang di pihak Sekutu. Peran Amerika Serikat sangat besar membantu negara-negara Eropa Barat untuk memperbaiki kehidupan perekonomiannya setelah Perang Dunia II. Kedua, Uni Soviet juga muncul sebagai negara besar pemenang perang dan berperan membangun perekonomian negara-negara Eropa Timur. Ketiga, munculnya negara-negara yang baru merdeka setelah Perang Dunia II di wilayah Eropa. Perang Dunia II yang berakhir dengan kemenangan di pihak Sekutu tidak terlepas dari peran Uni Soviet, Uni Soviet membebaska Eropa Timur dari tangan Jerman. Sambil membebaskan Eropa Timur dari tangan Jerman, Uni Soviet mempergunakan kesempatan itu untuk meluaskan pengaruhnya, dengan cara mensponsori terjadinya perebutan kekuasaan di berbagai negara Eropa Timur seperti di Bulgaria, Albania, Hongaria, Polandia, Rumania, dan Cekoslowakia, sehingga negara-negara tersebut masuk kedalam pengaruh pemerintahan komunis Uni Soviet.

Uni Soviet mengalami penguatan otoritas yang cukup berarti setelah Perang Dunia II. Kerjasama diplomatik dengan 52 negara terbentuk pada saat itu. Uni Soviet pun turut serta dalam Konferensi Paris tahun 1946, untuk membahas nasib negara-negara bekas sekutu Jerman seperti Italia, Bulgaria, Hungaria, Rumania, dan Finlandia. Amerika Serikat bersama Uni Soviet juga memprakarsai berdirinya PBB pada tahun 1945 bersama dengan kekuatan anti-Fasis lainnya.

Namun kemesraan hubungan negara-negara yang tergabung dalam koalisi anti-Fasisme itu tidak bertahan lama dan semulus yang diharapkan. Pada tahun 1946, Stalin yang mengusung ide “Komunisme Internasional” (Komintern) menuduh Inggris dan Amerika Serikat melancarkan kebijakan-kebijakan internasional yang agresif. Tuduhan ini dijawab oleh Perdana Menteri Inggris dengan menentang kekuatan yang disebutnya “Komunis Timur”, yang akhirnya membelah sistem perpolitikan internasional menjadi dua.

Periode 1945-1969

Berakhirnya Perang Dunia II telah mengubah perkembangan politik dunia. Amerika Serikat dan Uni Soviet sebagai negara pemenang perang muncul menjadi kekuatan raksasa. Dua negara tersebut memiliki perbedaan ideologi, Amerika Serikat memiliki ideologi liberal-kapitalis, sedangkan Uni Soviet berideologi sosialis-komunis. Dalam waktu singkat memang pernah terjadi persahabatan diantara keduanya, namun kemudian muncul antagonisme diantara mereka.

Ada dua karakter pada periode ini, Pertama, adanya keprihatinan akan ambisi rivalnya yang menimbulkan pesimisme. Kedua, Amerika Serikat dan Uni Soviet merupakan kekuatan militer yang sangat kuat dan memiliki kemampuan untuk menghancurkan musuhnya dengan senjata atom. Sehingga dalam periode ini muncul hal-hal sebagai berikut:

  • Doktrin Pembendungan Bulan Februari 1946, Stalin memberikan pidato yang berbicara tentang “tak terhindarnya konflik dengan kekuatan kapitalis". Ia mendesak rakyat Soviet untuk tidak terperdaya dengan berakhirnya perang yang berarti negara bisa santai. Sebaliknya perlu mengintensifkan usaha memperkuat dan mempertahankan tanah air. Tidak lama setelah munculnya tulisan George F Kennan, diplomat di Kedubes AS di Uni Soviet, yang memaparkan tentang kefanatikan Uni Soviet, Presiden Harry S Truman mendeklarasikan apa yang kemudian disebut Doktrin Truman. Doktrin ini menggarisbawahi strategi pembendungan politik luar negeri AS sebagai cara untuk menghambat ambisi ekspansionis Uni Soviet. AS juga merekrut sekutu-sekutunya untuk mewujudkan tujuan itu. Karena menurut teori domino, jika satu negara jatuh maka akan berjatuhanlah negara-negara tetangga lainnya.
  • Lingkungan Pengaruh dan Pembentukan Blok Ketidakmampuan sebuah negara adidaya memelihara ”lingkungan pengaruh” diinterpretasikan sebagai akibat dari program global negara adidaya yang lain. Misalnya ketika Uni Soviet memasuki Eropa Timur, para pemimpin AS menilainya sebagai bagian dari usaha Uni Soviet menaklukan dunia. Begitu pula ketika AS membentuk Pakta ANZUS pada tahun 1951, para pemimpin Uni Soviet menilainya sebagai bagian dari usaha AS untuk mendominasi dunia. Perebutan lingkungan pengaruh diantara dua negara adidaya ini melahirkan sebuah pola yang bipolar. AS dan sekutunya merupakan satu polar, sedangkan di polar (kutub) yang lain muncul Uni Soviet dengan sekutunya.

Amerika Serikat dan sekutunya membentuk Organisasi Pertahanan Atlantik Utara (North Atlantic Treaty Organization/NATO) yang berdiri pada tanggal 4 April 1949 di Washington, AS. Apabila salah satu anggota NATO diserang, maka serangan itu dianggap sebagai serangan terhadap NATO. Di pihak lain, Uni Soviet dan sekutunya membentuk Pakta Warsawa (Warsawa Pact) pada tanggal 14 Mei 1955 di Praha-Cekoslowakia atas dasar ”Pact of Mutual Assistance and Unified Command”.

Di berbagai kawasan pun muncul blok-blok yang memihak salah satu negara adidaya, di Asia Tenggara dibentuk South East Asia Treaty Organization (SEATO) pada tanggal 8 September 1954 di Manila, Philipina . SEATO ditujukan untuk menahan pengaruh komunis di Asia Tenggara, khususnya di Vietnam. Sebagai salah satu organisasi yang berdiri di Asia Tenggara, negara-negara utama di Asia Tenggara malah tidak diikutsertakan di SEATO, anggota-anggotanya yang utama justru negara-negara Blok Barat yang dipimpin oleh AS. Di kawasan Timur Tengah juga dibentuk Organisasi Pertahanan Timur Tengah (Middle Eastern Treaty Organization/METO).

Sedangkan Uni Soviet juga menjalin kerjasama dengan RRC pada tahun 1950 untuk menghadapi kemungkinan agresi Jepang sebagai negara di bawah kendali AS. Serta pembentukan Cominform (The Communist Information Bureau) di Beograd, Yugoslavia pada tahun 1947. Di sisi lain, kegiatan spionase juga turut mewarnai Perang Dingin. KGB (Komitet Gusudarstvennoy Bezopasnosti), dinas rahasia Uni Soviet, dan CIA (Central Intelligence Agency), dinas rahasia AS selalu berusaha untuk memperoleh informasi rahasia mengenai segala hal yang menyangkut negara-negara yang berada di bawah pengaruh kedua belah pihak serta informasi-informasi sensitif mengenai lawannya sendiri.

Periode 1969-1979

4_richard-nixon.jpg

Richard Nixon​

Hubungan Amerika Serikat-Uni Soviet mengalami perubahan drastis dengan terpilihnya Richard Nixon sebagai Presiden AS. Didampingi penasehat keamanannya, Henry A. Kissinger, Richard Nixon menempuh pendekatan baru terhadap Uni Soviet pada tahun 1969. Tidak disangka, ternyata Uni Soviet juga sedang mengambil pendekatan yang sama terhadap AS. Pendekatan ini lazim disebut détente (peredaan ketegangan). Sebagai sebuah strategi politik luar negeri, détente dijelaskan Kissinger sebagai upaya menciptakan ”kepentingan tertentu dalam kerjasama dan perbatasan, sebuah lingkungan dimana kompetitor dapat meregulasi dan menghambat perbedaan diantara mereka dan akhirnya melangkah dari kompetisi menuju kerjasama”.

Sebagai langkah lebih lanjut, pada 26 Mei 1972 Presiden Richard Nixon dan Leonid Brezhnev menandatangani Strategic Arms Limitation Treaty I (SALT I) di Moskow. SALT I berisi kesepakatan untuk membatasi persediaan senjata-senjata nuklir strategis/Defensive Antiballistic Missile System. SALT I juga berisi kesepakatan untuk membatasi jumlah misil nuklir yang dimiliki oleh kedua belah pihak, sehingga Uni Soviet hanya diijinkan untuk memiliki misil maksimal 1600 misil, dan AS hanya diijinkan memiliki 1054 misil.

Periode 1979-1985

Setelah 10 tahun dijalankan, tampaknya Uni Soviet tidak kuat lagi untuk menjalani détente. Akhirnya pada tahun 1979 Uni Soviet pun menduduki Afghanistan yang sebenarnya mengundang pasukan Uni Soviet masuk kesana untuk membantu mereka. Aksi semena-mena ini mengundang reaksi keras dari pihak AS, Presiden AS Jimmy Carter menyatakan, agresi Uni Soviet di Afghanistan mengkonfrontasi dunia dengan tantangan strategis paling serius sejak Perang Dingin dimulai. Lalu akhirnya muncullah Doktrin Carter yang menyatakan bahwa AS berkeinginan untuk menggunakan kekuatan militernya di Teluk Persia.

Setelah Reagan mengambil alih jabatan presiden, ia juga melancarkan Doktrin Reagan yang mendukung pemberontakan anti-komunis di Afghanistan, Angola, dan Nikaragua. Para pemberontak ini bahkan diberi istilah halus ”pejuang kemerdekaan” (freedom fighters). Bahkan AS juga berbicara tentang kemampuan nuklirnya, termasuk ancaman serangan pertama. Tapi walaupun di periode ini terjadi ketegangan yang memuncak antara AS dan Uni Soviet, ternyata masih bisa terjadi perjanjian SALT II (Strategic Arms Limitation Treaty II) pada pertengahan 1979 di Vienna.

Pada saat itu Carter dan Brezhnev setuju untuk membatasi kepemilikan peluncur senjata nuklir maksimal 2400 unit, dan maksimal 1320 unit Multiple Independently Targeted Reentry Vehicle (MIRV) . Dan juga Perjanjian Pengurangan Senjata-senjata Strategis (Strategic Arms Reduction Treaty/START) pada tahun 1982 yang berisi kesepakatan untuk memusnahkan senjata nuklir yang berdaya jarak menengah. Walaupun sudah banyak dilakukan perjanjian-perjanjian pembatasan dan/atau pengurangan senjata nuklir, namun berdasarkan data pada tahun 1983 ternyata Uni Soviet memiliki keunggulan yang cukup besar dibandingkan dengan Amerika Serikat.

Periode 1985-1991

gorbachev3

Mikhail Gorbachev​

Pada Maret 1985, Mikhail Gorbachev mulai memimpin Uni Soviet. Perubahan secara besar-besaran mulai tampak pada masa ini. Gorbachev berbeda dengan penguasa-penguasa Uni Soviet sebelumnya, pada tahun 1987 ia berkunjung ke AS untuk mendekatkan keduanya ke dalam sebuah forum dialog. Bahkan pada tahun 1988, Persetujuan Genewa dicapai dan pada 15 Februari 1989 seluruh tentara Uni Soviet telah mundur dari Afghanistan.

Komitmen Gorbachev semakin terlihat saat Uni Soviet tidak menghanyutkan diri dan mengambil sikap lebih netral dalam Perang Teluk tahun 1990-1991. Bahkan bantuan untuk Kuba yang telah diberikan selama 30 tahun pun dihentikan pada tahun 1991 oleh Gorbachev. Namun kebebasan dan keterbukaan yang dicanangkan oleh Gorbachev menimbulkan reaksi keras dari tokoh-tokoh komunis dalam negeri. Puncaknya terjadi pada Kudeta 19 Agustus 1991 yang didalangi oleh Marsekal Dimitri Yazow (Menteri Pertahanan), Jenderal Vladamir Kruchkov (Kepala KGB), dan Boris Pugo (Menteri Dalam Negeri).

Namun ternyata kudeta itu gagal karena mendapat perlawanan dan penolakan dari rakyat Uni Soviet dibawah pimpinan Boris Yeltsin dan Unit Militer Uni Soviet. Sebagai akibat dari kudeta itu; Latvia, Lithuania, Estonia, Georgia, Maldova memisahkan diri dari Uni Soviet. Latvia, Listhuania dan Estonia sendiri berhasil memperoleh kemerdekaan dari Uni Soviet pada tanggal 6 September 1991. Akhirnya, Gorbachev mengakui bahwa sistem komunis telah gagal di Uni Soviet.

Pada akhir 1991, negara Uni Soviet yang telah berumur 74 tahun itupun runtuh dan terpecah-pecah menjadi beberapa negara yang sekarang termasuk dalam persemakmuran Uni Soviet (Commonwealth of Independent State/CIS). Bubarnya Uni Soviet ini menandai berakhirnya Perang Dingin dengan kemenangan di pihak AS.


Sumber



-dipi-
 
Pakta Warsawa

Pakta Warsawa adalah sebuah aliansi militer negara-negara Blok Timur di Eropa Timur, yang bertujuan mengorganisasikan diri terhadap kemungkinan ancaman dari aliansi NATO (yang dibentuk pada 1949). Pembentukan Pakta Warsawa dipicu oleh integrasi Jerman Barat ke dalam NATO melalui ratifikasi Persetujuan Paris. Pakta Warsawa dirancang oleh Nikita Khrushchev pada tahun 1955 dan ditanda tangani di Warsawa pada 14 Mei 1955.

Pakta ini berakhir pada 31 Maret 1991, dan diakhiri secara resmi dalam sebuah pertemuan di Praha pada 1 Juli 1991.

Anggota
  • Uni Soviet
  • Albania, kemudian mengundurkan diri akibat perbedaan ideologi.
  • Bulgaria
  • Rumania
  • Jerman Timur
  • Hungaria
  • Polandia
  • Cekoslowakia

Pakta Pertahanan Atlantik Utara

Pakta Pertahanan Atlantik Utara (bahasa Inggris: North Atlantic Treaty Organization atau disingkat NATO) adalah sebuah organisasi internasional untuk keamanan bersama yang didirikan pada tahun 1949, sebagai bentuk dukungan terhadap Persetujuan Atlantik Utara yang ditanda tangani di Washington, DC pada 4 April 1949. Nama resminya yang lain adalah dalam bahasa Perancis: l'Organisation du Traité de l'Atlantique Nord (OTAN).

Pasal utama persetujuan tersebut adalah Pasal V, yang berisi:

Para anggota setuju bahwa sebuah serangan bersenjata terhadap salah satu atau lebih dari mereka di Eropa maupun di Amerika Utara akan dianggap sebagai serangan terhadap semua anggota. Selanjutnya mereka setuju bahwa, jika serangan bersenjata seperti itu terjadi, setiap anggota, dalam menggunakan hak untuk mepertahankan diri secara pribadi maupun bersama-sama seperti yang tertuang dalam Pasal ke-51 dari Piagam PBB, akan membantu anggota yang diserang jika penggunaan kekuatan semacam itu, baik sendiri maupun bersama-sama, dirasakan perlu, termasuk penggunaan pasukan bersenjata, untuk mengembalikan dan menjaga keamanan wilayah Atlantik Utara.

Pasal ini diberlakukan agar jika sebuah anggota Pakta Warsawa melancarkan serangan terhadap para sekutu Eropa dari PBB, hal tersebut akan dianggap sebagai serangan terhadap seluruh anggota (termasuk Amerika Serikat sendiri), yang mempunyai kekuatan militer terbesar dalam persekutuan tersebut dan dengan itu dapat memberikan aksi pembalasan yang paling besar. Tetapi kekhawatiran terhadap kemungkinan serangan dari Eropa Barat ternyata tidak menjadi kenyataan. Pasal tersebut baru mulai digunakan untuk pertama kalinya dalam sejarah pada 12 September 2001, sebagai tindak balasan terhadap peristiwa serangan teroris 11 September 2001 terhadap AS yang terjadi sehari sebelumnya.

Anggota pendiri (1949)
  • Belgia
  • Kanada
  • Denmark
  • Perancis
  • Islandia
  • Italia
  • Luxemburg
  • Belanda
  • Norwegia
  • Portugal
  • Britania Raya
  • Amerika Serikat
Negara-negara yang bergabung pada masa Perang Dingin

  • Yunani (1952)
  • Turki (1952)
  • Jerman (1955 sebagai Jerman Barat)
  • Spanyol (1982)
Negara-negara mantan anggota Blok Timur yang bergabung setelah Perang Dingin
  • Jerman Timur (1990)
  • Republik Ceko (1999)
  • Polandia (1999)
  • Hungaria (1999)
  • Bulgaria (2004)
  • Estonia (2004)
  • Latvia (2004)
  • Lituania (2004)
  • Romania (2004)
  • Slowakia (2004)
  • Slovenia (2004)
  • Albania (1 April 2009)
  • Kroasia (1 April 2009)


-dipi-
 
Gerakan Non-Blok

Gerakan Non-Blok (GNB) (bahasa Inggris: Non-Aligned Movement/NAM) adalah suatu organisasi internasional yang terdiri dari lebih dari 100 negara-negara yang tidak menganggap dirinya beraliansi dengan atau terhadap blok kekuatan besar apapun. Tujuan dari organisasi ini, seperti yang tercantum dalam Deklarasi Havana tahun 1979, adalah untuk menjamin "kemerdekaan, kedaulatan, integritas teritorial, dan keamanan dari negara-negara nonblok" dalam perjuangan mereka menentang imperialisme, kolonialisme, neo-kolonialisme, apartheid, zionisme, rasisme dan segala bentuk agresi militer, pendudukan, dominasi, interferensi atau hegemoni dan menentang segala bentuk blok politik.

Mereka merepresentasikan 55 persen penduduk dunia dan hampir 2/3 keangotaan PBB. Negara-negara yang telah menyelenggarakan konferensi tingkat tinggi (KTT) Non-Blok termasuk Yugoslavia, Mesir, Zambia, Aljazair, Sri Lanka, Kuba, India, Zimbabwe, Indonesia, Kolombia, Afrika Selatan dan Malaysia.

Anggota-anggota penting di antaranya Yugoslavia, India, Mesir, Indonesia, Pakistan, Kuba, Kolombia, Venezuela, Afrika Selatan, Iran, Malaysia, dan untuk suatu masa, Republik Rakyat Cina. Meskipun organisasi ini dimaksudkan untuk menjadi aliansi yang dekat seperti NATO atau Pakta Warsawa, negara-negara anggotanya tidak pernah mempunyai kedekatan yang diinginkan dan banyak anggotanya yang akhirnya diajak beraliansi salah satu negara-negara adidaya tersebut. Misalnya, Kuba mempunyai hubungan yang dekat dengan Uni Soviet pada masa Perang Dingin. Atau India yang bersekutu dengan Uni Soviet untuk melawan Tiongkok selama beberapa tahun.

Lebih buruk lagi, beberapa anggota bahkan terlibat konflik dengan anggota lainnya, seperti misalnya konflik antara India dengan Pakistan, Iran dengan Irak. Gerakan ini sempat terpecah pada saat Uni Soviet menginvasi Afganistan pada tahun 1979. Ketika itu, seluruh sekutu Soviet mendukung invasi sementara anggota GNB, terutama negara dengan mayoritas muslim, tidak mungkin melakukan hal yang sama untuk Afghanistan akibat adanya perjanjian nonintervensi.

Sejarah

Kata "Non-Blok" diperkenalkan pertama kali oleh Perdana Menteri India Nehru dalam pidatonya tahun 1954 di Colombo, Sri Lanka. Dalam pidato itu, Nehru menjelaskan lima pilar yang dapat digunakan sebagai pedoman untuk membentuk relasi Sino-India yang disebut dengan Panchsheel (lima pengendali). Prinsip ini kemudian digunakan sebagai basis dari Gerakan Non-Blok. Lima prinsip tersebut adalah:

1. Saling menghormati integritas teritorial dan kedaulatan.
2. Perjanjian non-agresi
3. Tidak mengintervensi urusan dalam negeri negara lain
4. Kesetaraan dan keuntungan bersama
5. Menjaga perdamaian

Gerakan Non-Blok sendiri bermula dari sebuah Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Afrika sebuah konferensi yang diadakan di Bandung, Indonesia, pada tahun 1955. Di sana, negara-negara yang tidak berpihak pada blok tertentu mendeklarasikan keinginan mereka untuk tidak terlibat dalam konfrontasi ideologi Barat-Timur. Pendiri dari gerakan ini adalah lima pemimpin dunia: Josip Broz Tito presiden Yugoslavia, Soekarno presiden Indonesia, Gamal Abdul Nasser presiden Mesir, Pandit Jawaharlal Nehru perdana menteri India, dan Kwame Nkrumah dari Ghana.

Gerakan ini sempat kehilangan kredibilitasnya pada akhir tahun1960-an ketika anggota-anggotanya mulai terpecah dan bergabung bersama Blok lain, terutama Blok Timur. Muncul pertanyaan bagaimana sebuah negara yang bersekutu dengan Uni Soviet seperti Kuba bisa mengklaim dirinya sebagai negara nonblok. Gerakan ini kemudian terpecah sepenuhnya pada masa invasi Soviet terhadap Afghanistan tahun 1979.


-dipi-
 
Revolusi Persenjataan Masa Perang Dingin

Perkembangan senjata berjalan seiring dengan perkembangan tingkat peradaban manusia. Kalimat tersebut mengandung dua titik tekan, pertama perkembangan senjata itu sendiri dari waktu ke waktu dan kedua hal tersebut tidak bisa dilepaskan dari situasi (konteks) yang melatarbelakangi dibuatnya senjata tersebut dan untuk kepentingan apa. Bahkan, dalam salah satu sesi kuliah revolusi persenjataan disimpulkan bahwa pencapaian peradaban tertinggi umat manusia justru terfragmen dalam pembuatan senjata, in a matter of survive.

Paper Revolusi Persenjataan Masa Perang Dingin pertama-tama ingin mengupas konteks perang dingin terlebih dahulu untuk kemudian membahas senjata apa saja yang lahir dari situasi Perang Dingin tersebut. Tanpa terlebih dahulu mengupas secara detail mengenai apa-apa saja yang terjadi selama Perang Dingin, pembahasan mengenai persenjataan pada periode tersebut akan kering makna dan jelas akan kehilangan konteks situasi yang melatarbelakangi.

Perang dingin kerap disebut banyak orang sebagai masa berakhirnya perang dunia II sampai runtuhnya tembok berlin pada 1989. Meski tidak ada perang secara langsung antara AS dan Uni Soviet, pada masa perang dingin terjadi beberapa kali perang di negara-negara periphery kedua superpower itu. Perang dingin sendiri berlangsung selama 4 dekade. Dari tahun 1947 sampai 1989. Puncaknya terjadi pada 1947-1963, ketika di sana ada ketegangan negosiasi antara AS dan Uni Soviet.

Menurut Joseph S. Nye dalam bukunya Understanding International Conflict menjelaskan apa yang membuat perang dingin menjadi begitu luar biasa adalah bahwa ada periode ketegangan yang berlarut-larut dan tidak berakhir dalam perang antara dua negara saingan.

Tiga pendekatan Perang Dingin

Masih menurut Nye, terdapat 3 pendekatan dalam melihat Perang Dingin: tradisionalis, revisionis, dan pascarevisionis. Kaum tradisionalis (Juga dikenal sebagai Ortodoks) berpendapat bahwa jawaban untuk pertanyaan siapa yang memulai Perang Dingin berhenti sederhana: Stalin dan Uni Soviet. Pada akhir Perang Dunia II, Amerika diplomasi defensif, sementara Soviet agresif dan ekspansif. Amerika hanya pelan-pelan terbangun sifat ancaman Soviet .

Apa bukti yang mendukung kaum tradisionalis? Segera setelah perang, Amerika Serikat itu mengusulkan tatanan dunia yang universal dan kolektif keamanan melalui Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Uni Soviet tidak mengambil PBB sangat serius karena ingin memperluas dan mendominasi sendiri pengaruh di wilayahnya Eropa Timur. Setelah perang, AS menarik pasukannya, sedangkan Uni Soviet meninggalkan pasukan dalam jumlah besar di Eropa Timur. AS mengakui kepentingan Uni Soviet, misalnya, ketika Roosevelt, Stalin dan Churchill bertemu pada bulan Februari 1945 di Yalta, Amerika keluar dari jalan mereka untuk mengakomodasi kepentingan Soviet. Stalin, bagaimanapun, tidak memenuhi perjanjian mereka, terutama dengan tidak membolehkan pemilihan bebas di Polandia.

Ekspansionisme Soviet dikonfirmasi lebih lanjut ketika Soviet lambat dalam menarik pasukannya dari utara Iran setelah perang. Hanya di bawah tekanan dari PBB, Soviet akhirnya pelan-pelan menarik pasukannya dari sana. Pada tahun 1948, komunis Cekoslowakia mengambil alih pemerintah. Uni Soviet memblokade Berlin pada 1948 dan 1949, berusaha untuk menekan pemerintah Barat untuk keluar. Pada tahun 1950, komunis tentara Korea Utara melintasi perbatasan ke Korea Selatan. Menurut kaum tradisionalis, peristiwa ini secara bertahap membangunkan Amerika Serikat untuk bangun dari ancaman ekspansi Uni Soviet dan diluncurkanlah Perang Dingin.

Kaum revisionis, terutama banyak menulis pada 1960-an dan awal 1970-an, percaya bahwa Perang Dingin disebabkan oleh orang Amerika daripada ekspansionisme Soviet. Bukti adalah bahwa pada akhir Perang Dunia II, dunia tidak benar-benar bipolar - Soviet jauh lebih lemah dari AS, yang memiliki senjata nuklir sementara Soviet tidak. Kehilangan Soviet hingga 30 juta orang, dan produksi industri hanya setengah dari tingkat 1939. Stalin kepada Duta Besar Amerika Averell Harriman pada Oktober 1945 mengatakan Soviet akan berpaling ke dalam untuk memperbaiki kerusakan domestik. Terlebih lagi, kata para revisionis, perilaku eksternal Stalin di awal periode pasca perang cukup moderat; di Cina, Stalin berusaha untuk menahan komunisnya Mao Zedong ketimbang mengambil kekuasaan; dalam perang saudara Yunani, ia menahan laju komunis di Yunani, dan ia membiarkan non-pemerintah komunis ada di Hungaria, Cekoslovakia, dan Findland.

Revisionis datang dalam dua varsi; "soft" dan "hard". Soft revisionis menekankan pentingnya individu mengklaim bahwa kematian Roosevelt pada April 1945 adalah peristiwa yang kritis karena kebijakan Amerika menjadi lebih keras setelah Presiden Harry S. Truman menjabat. Mei 1945, AS secara drastis memotong bantuan program sewa tanah selama masa perang di mana beberapa kapal perang menuju pelabuhan Soviet harus berbalik di midocean. Pada Konferensi Potsdam dekat Berlin pada Juli 1945, Truman mencoba mengintimidasi Stalin dengan menyebutkan bom atom. Di AS, Partai Demokrat secara bertahap bergeser dari tengah kiri dan ke kanan. Pada tahun 1948, Truman memecat Henry Wallace, sekretarisi pertanian, yang mendesak hubungan lebih baik dengan Uni Soviet. Pada saat yang sama, James Forrestal, Truman menteri pertahanan baru, adalah seorang antikomunis yang kuat. Soft revisionis mengatakan perubahan personel ini membantu menjelaskan mengapa AS menjadi sangat anti-Soviet.

Hard Revisionis memiliki jawaban yang berbeda. Mereka melihat tidak masalah dalam individu, tetapi dalam sifat kapitalisme AS. Gabriel dan Joyce Kolko dan William A. Williams, misalnya, berpendapat bahwa diperlukan ekspansi ekonomi Amerika dan bahwa AS merencanakan untuk membuat dunia aman, bukan untuk demokrasi, tapi untuk kapitalismenya. Hegemoni ekonomi AS tidak bisa mentolerir negara semut yang mungkin mencoba untuk mengatur ekonomi otonomi daerah. Pemimpin AS takut mengulang tahun 1930-an karena tanpa perdagangan eksternal, akan ada depresi besar. Marshall Plan ke Eropa hanyalah sebuah cara untuk memperluas ekonomi AS. Soviet benar menolak itu sebagai ancaman terhadap lingkungan pengaruh mereka di Eropa Timur. Meminjam kata-kata William, AS selalu disukai kebijakan pintu terbuka dalam bidang ekonomi internasionalnya karena diharapkan dia bisa berjalan melewatinya.

Postrevisionists muncul pada akhir 1970-an dan 1980-an, tokohnya adalah John Lewis Gaddis, yang mempunyai penjelasan lain. Dia berpendapat, tradisionalis dan revisionis sama-sama salah karena tidak ada yang harus disalahkan siapa yang memulai Perang Dingin. Tidak bisa dihindari, atau hampir jadi, karena struktur keseimbangan kekuasaan bipolar pascaperang. Pada tahun 1939, adalah sebuah dunia multipolar dengan tujuh negara besar, tetapi setelah penghancuran Perang Dunia II, hanya dua negara adidaya yang tersisa; Amerika Serikat dan Uni Soviet. Bipolaritas ditambah kelemahan sesudah perang negara-negara Eropa menciptakan kekosongan kekuasaan di mana AS dan Uni Soviet ditarik. Mereka terikat untuk datang ke dalam konflik dan, karenanya, mengatakan postrevisionists, itu gunanya untuk mencari menyalahkan.

Tujuan dari perang dingin antara AS dan Uni Soviet berbeda. AS mengehendaki kemenangan intangible seperti menguatnya peran PBB, dan sebagainya atau sering disebut Mileu Goals, sementara Soviet tangible, yaitu teritori di Eropa Timur. Meski demikian, AS juga menginkan perluasan pengaruhnya di Eropa Barat. Mereka sama-sama ekspansi, itu menurut postrevisionists, bukan sekadar untuk kemenagan atau dominasi ekonomi, tapi juga karena the age-old security dilemma dari sistem yang anarki.

Pemimpin Yugoslavia, Milovan Djilas pada 1945 dengan cermat mengilustrasikan jalannya perang dingin seperti ini, “Perang ini tidak seperti perang terdahulu, siapapun yang menguasai wilayah akan memaksakan sistem sosialnya sendiri. Setiap orang memaksakan setiap sistemnya sejauh pasukannya dapat menguasainya.” Dengan kata lain, ideologi dunia bipolar, negara menggunakan kekuatan militernya untuk memaksakan sosialita yang sama dalam rangka menjamin keamanannya.

Fase konflik

Nye mengelompokan periodesasi konflik masa Perang Dingin ke dalam tiga fase . Tahun 1945-1947 disebut tahap permulaan (the gradual onset); 1947-1949 deklarasi perang dingin, dan 1950-1962 adalah puncak perang dingin.

Tidak di antara Stalin maupun Truman yang menginginkan perang dingin. Akhir PD 2, Truman mengirimkan mantan ajudan Roosevelt, Herry Hopkins ke Moskow untuk melihat beberapa persetujuan yang dapat diselesiakan. Meski setelah Potsdam Conference, Truman melihat Stalin sebagai seorang moderat. Ada beberapa isu yang berkontribusi terhadap berubahnya strategi AS dan yang membuat perang dingin;

Pertama adalah Polandia dan Eropa Timur. Polandia jelas adalah negara yang berpartisipasi menyebabkan terjadinya PD 2, AS percaya, Stalin menghancurkan komitmen untuk menyelenggarakan pemilu yang bebas di Polandia setelah perang. Ketika Stalin dan Roosevelt bertemu di Teheran tahun 1943, Roosevelt mengangkat isu Polandia, tapi dia memohon kepada Stalin dalam konteks pemilu AS 1944. Dia menjanjikan akan segera dibuat pemilu di mana di sana ada banyak pemilih Polish-American, dan ia ingin mengatakan kepada mereka akan ada pemilu setelah perang. Stalin yang tidak pernah khawatir dengan pemilu di Uni Soviet, mengabaikan apa yang menjadi keprihatinan utama Roosevelt. Februari 1945 kesepakatan Yalta menjadi ambigu, dan Stalin menarik arti sejauh ia dapat buat yaitu dengan membentuk pemerintahan boneka di Warsawa setelah Soviet menarik pasukannya keluar dari Jerman. Amerika merasa tertipu, tetapi Stalin merasa, AS harus menyesuaikan dengan realitas bahwa apa yang dilakukan Soviet adalah untuk membebaskan Polandia. Mei 1945, program bantuan dihentikan, dan hubungan ekonomi kedua negara menjadi tegang. Apalagi, Februari 1946, AS menolak permohonan bantuan Soviet.

Jerman adalah persoalan selanjutnya. Dalam pertemuan Yalta, AS dan Soviet sepakat Jerman harus membayar $ 20 milyar untuk biaya reparasi, yang separuhnya harus diberikan kepada Soviet. Detail mengenai pembayarannya memang tidak dibahas di Yalta, meski kedua belah pihak sepakat akan dinegosiasikan selanjutnya. Dalam pertemuan di Potsdam, Soviet meminta $ 10 milyar; yang dimintanya dari Jerman barat, daerah yang sedang diokupasi AS, Inggris dan Prancis. Truman khawatir bagaiana Jerman dapat merekonstruksi jika Soviet meminta $ 10 milyar keluar dari Jerman. Seharusnya diambil dari Jerman Timur, daerah yang diokupasinya. Selanjutnya ada beberapa divisi antara AS dan Soviet tentang bagaimana membangun Jerman. AS bersama Prancis dan Inggris membangun mata uang tunggal di wilayah barat untuk memulai proses integrasi Jerman. Sementara Soviet mengencangkan kontrol atas wilayah timur.

Asia timur juga menjadi penyebab berikutnya. Soviet adalah pihak yang netral dalam perang Pasifik sampai minggu terakhir perang. Lalu, Soviet mendeklarasikan perang terhadap Jepang untuk memperlebar Manchuria dan 4 pulau di utara Jepang. Di Potsdam, Soviet mengatakan okupasinya di Jepang mirip okupasi AS di Jerman. Situasi ini mengingatkan pada kejadian di Eropa timur di mana ketika AS mengharapkan pemilu yang bebas, dan di sana Soviet terlebih dahulu mengrimkan pasukannya. Jadi, Soviet melihat situasi di Timur jauh sebagai analog dari Eropa Timur, dan ketika AS melihatnya sebagai contoh lain dari tekanan Soviet dalam memperluas ekspansinya.

Persoalan selanjutnya adalah bom atom. Ketika AS mengajukan Baruch Plan untuk PBB tahun 1946 untuk mengontrol senjata nulir, Stalin menolak dengan alasan dia akan membangun bom sendiri. Dalam pandangannya, bom di bawah control internasional akan tetap menjadi bom AS karena untuk AS tahu bagamana membuatnya. Jauh lebih baik ketika pihak keamanan Soviet untuk memiliki sendiri.

Isu selanjutnya adalah Mediteranian Timur dan Timur Tengah. Pertama, Soviet menolak untuk memindahkan pasukannya dari wilayah utara Iran pada Maret 1946. AS mendorong Iran dalam debat di PBB. Sesekali Soviet keluar dari wilayah tersebut namun malah kemudian menduduki Turki, tetangganya di selatan, sementara partai komunis Yunani memenangkan perang sipil di Yunani. Sekali lagi, barat meyakini hal tersebut adalah upaya Soviet dalam melakukan ekspansi komunis. Pada Juni 1946, Maxim Litvinov, former Menlu Soviet mengatakan akar ketegangan ini berawal dari “Ideologi dunia antara Kapitalis dan Komunis”.

Fase kedua adalah 1947-1949. Mengikuti persoalan di Yunani dan Turki, atas dorongan Inggris AS akhirnya mengubah posisinya dari prinsip isolasionis setalah perang menjadi misi moral pembebasan atau yang kerap disebut sebagai Truman Doctrine.

Juni 1947 Sekertaris Negara George Marshall mengumumkan rencana untuk bantuan ekonomi di Eropa. Proposal tersebut mengundang Soviet dan Eropa Timur untuk bergabung jika mereka berniat, tetapi Stalin melakukan tekanan yang kuat kepada Eropa Timur untuk tidak melakukan hal tersebut. Stalin melihat, Marshall Plan bukan lahir dari kebaikan hati AS, tetapi adalah sebuah muslihat untuk mengoyak batas keamanan Eropa Timur. Ketika Ceko terndikasi menginginkan bantuan tersebut, Soviet mengencangkan tekanannya di Ceko dan rezim komunis mengambil alih kekuatan pada Februari 1948.

Ketika AS mempercepat rencananya untuk reformasi mata uang di Jerman Barat, Stalin membalasnya dengan membuat blockade di Berlin. Truman menilai Stalin lama-kelamaan bisa seperti Hitler baru, maka ia akhirnya sepakat membentuk pakta pertahanan atlantik utara (NATO).

Yang mengejutkan dari fase ini adalah saat 2 kejadian yang terjadi pada 1949; Uni Soviet melakukan uji coba bom atom dan Partai Komunis Cina mengambil kendali di Cina. Perang Korea akibat intervensi Uni Soviet juga menjadi bagian dari akhir fase ini.

Debat antara Truman Doctrine dan prinsip containment menjadi semakin memanas ketika Yugoslovakia mengumumkan dirinya sebagai Negara komunis di bawah Josef Tito. Tahun 1948, Tito membagi dengan Stalin melalui pengaruh Soviet dalam mengontrol kebijakan luar negerinya, termasuk dukungannya kepada partai komunis di Yunani. Dalam pandangan ideologi containment, AS tidak menolong Yugoslovakia karena dia komunis, tetapi dalam cara pandang containment dalam balance of power Yugoslovakia harus ditolong karena pengaruh komunis yang rendah di Negara tersebut.

Kegagalan paradigma containment terjadi saat perang Korea dan Perang Vietnam. Alih-alih untuk membendung pengaruh komunisme di Korea containment menjadi sekadar retorika pasca China masuk dengan ideologi monolitik komunisme.

Maka, pada 1952, pasca terpilihnya Dwight Eisenhower sebagai Presiden AS, dia menghapus seluruh kebijakan containment. Karena menurutnya, containment hanya sekadar akomodasi terhadap komunisme. Dia ingin memukul mundur komunisme meski perang nuklir harus menjadi resikonya. Pasca meninggalnya Stalin pada 1953, ketegangan menurun.

Di bawah Khrushchev Soviet menegaskan tidak ingin berperang! Meski diketahui umum pada masa selanjutnya terdapat krisis misil Kuba yang kembali meningkatkan ketegangan kedua superpower. Namun, pasca kejadian itu, ketegangan berangsur pudar dan negosiasi damai berjalan mulus. Masa itu adalah tahun 1963-1978 yang kerap disebut gradual détente atau masa relaksasi. Negosiasi arm control antara AS dan Soviet dituangkan dalam the Limited Test Band Treaty yang membatasi persebaran tes atom nuklir pada 1963 dan pada 1968 Non-Proliferation Treaty dibuat.

Pada masa 1969-1974, Nixon mengejar tujuan dari containment dengan membangun dan dan memperoleh kesimbangan dalam senjata nuklir. Strategi Nixon di antaranya (1) negosiasi strategi arm control; (2) membuka hubungan diplomatik dengan China; (3) meningkatkan perdagangan untuk mempererat hubungan AS-Soviet; (4) mencari ketersambungan untuk melakukan berbagai kerjasama. Masa détente tidak berlangsung lama karena adanya konflik di Angola, Ethopia, dan Afganistan yang melibatkan Soviet. Dan ketika itu Soviet meningkatkan anggaran belanja negaranya sampai 4 persen untuk kebutuhan miliiternya.

Sampai pada masa akhir perang dingin di mana Uni Soviet tidak lagi memberikan dukungan kepada partai komunis di Jerman Timur pada 1989. Jawaban akhirnya mengapa Perang Dingin berakhir? Karena strategi containment berjalan, demikian penjelasan George Kennan. Jawaban lain datang dari Paul Kennedy yang berpendapat “imperial overstretch”.

Alutista Rusia

Peran Uni Soviet dalam konfrontasi dengan Barat di masa Perang Dingin dilihat dalam perlomabaan senjata khususnya di bidang nuklir. Dalam perlombaan senjata ini, doktrin yang terkenal adalah mengenai Mutual Assured Destruction (MAD). Doktrin MAD menggambarkan konfrontasi antara Uni Soviet (Blok Timur) dengan Amerika (Blok Barat) yang masing-masing memiliki kekuatan alutsista yang bersifat destruktif yang pada akhirnya berpotensi membuat kehancuran pada kedua blok tersebut.

Uni Soviet menyadari memanasnya suhu politik dari munculnya doktrin MAD tersebut dan oleh sebab itu para pemimpin Uni Soviet pasca-PD II menekankan peningkatan teknologi alutsista pertahanannya. Uni Soviet berhasil meningkatkan teknologi persenjataan sistem pertahanannya khususnya nuklir yang menjadi indikasi perimbangan kekuaatan alutsista terhadap Amerika dan sekutunya.

Perbedaan signifikan perlombaan senjata di masa Perang Dingin adalah bahwa kedua blok berusaha melakukan penangkalan (Deterrence) aga tidak terjadi konfrontasi senjata secara nyata yang berpotensi memunculkan Perand Dunia III. Penangkalan bagi Uni Soviet adalah suatu “amunisi” untuk menjaga kemungkinan terjadinya perang. Kekuatan nuklir pun ditingkatkan. Pada masa kepemimpinan Kruschev, senjata nuklir menjadi sebuah kebutuhan strategis dalam rangka mengimbangi dan meningkatkan alutsista Uni Soviet terhadap Amerika.

Teknologi nuklir Uni Soviet yang dikembangkan sebagai hulu ledak digunakan sebagai reactor untuk kapal perang seperti kapal selam jenis Typhoon yang menjadi andalan kapal selam nuklir Uni Soviet pada masa itu. Typhoon dibuat di sebuah galangan kapal terbesar dunia, di Severodvinsk. Typhoon mampu menangkal torpedo kapal lawan karena ia memiliki tubuh rangkap serta 20 unit rudal balistik SSN 20 Stugeorr. Dengan perangkat persenjataan yang ada di dalamnya, rudal-rudal Typhoon dapat mengenai kota-kota di Amerika.

Delta juga menjadi salah satu kapal selam berbahan nuklir yang menjadi gambaran dalam peningkatan alutsista pertahanan Uni Soviet di masa Perang Dingin. Delta memiliki 16 pelontar rudal balistik SSN 18 Stingray yang juka memiliki beberapa varian. Dibuat pada tahun 1972, Delta menjadi “spionase” Uni Soviet yang sering terlihat Amerika berada di sekitar Antartika dan Pasifik.

Di bidang persenjataan darat, Uni Soviet juga mengembangkan senapan serbu serta sniper. Diantara senapan Uni Soviet yang terkenal adalah AK 47. AK 47 yang merupakan senapan serbu yang dibuat oleh Mikhail Kalashnikov terus dikembangkan dan diperjuan-belikan hingga saat ini baik secara legal maupun illegal. Dibuat pada tahun 1947 yang menjadi akronim dari AK 47 itu sendiri (Avtomat Kalashnikov 47 yang dalam bahasa Rusia artinya senapan Kalashnikov yang dibuat tahun 1947).

Dalam perkembangannya AK 47 memiliki varian yang diberi nama AKM (Avtomat Kalashnikov Modernizirovanny/ Senapan Kalashnikov Modern) yang berbeda dalam detail senapannya dengan AK 47. AKM, yang dibuat tahun 1950, diproduksi lebih banyak daripada AK 47 dan lebih akurat dalam membidik objek yang menjadi targetnya. Selain AK 47 dan AKM, variant baru muncul dengan nama AK 74 yang memiliki lubang peluru lebih kecil dengan senjata pendahulunya tersebut, yaitu sekitar 5,45 x 39 mm (AK 47 dan AKM memiliki lubang peluru yang lebih besar sekitar 7,62 x 39 mm). AK 74, yang merupakan pengembangan dari AKM, memiliki selektor tembakan (selective-fire) kaliber peluru menengah.

Selain senapan serbu jenis AK, Uni Soviet juga turut mengembangkan sniper jenis SVD. Snayperskaya Vintovka Dragunova atau disingkat SVD merupakan senapan semi-otomatis yang dirancang oleh Evgeniy Fedorovich Dragunov tahun 1958. SVD menjadi senapan pertama yang dikhususnkan untuk penembak jitu.

Pada awal dirancangnya, SVD memiliki popor, pegangan belakang dan depan yang terbuat dari kayu yang sudah dilaminating. Namun kayu SVD ini memiliki kelemahan yaitu dapat berwarna kuning terang yang menyolok jika senjata lawan memiliki night vision. Oleh sebab itu, SVD, yang dibuat pada sekitar tahun 1990-an, dimodifikasi dengan polimer hitam untuk menyamarkan warna kuning tersebut jika terkena night vision.

Dalam kaitannya dengan udara, militer Uni Soviet memiliki dua bagian yaitu Pertahanan Udara dan Angkatan Udara. Pertahanan Udara bertugas untuk memperingati pemerintah jika negara dalam bahaya. Pertahanan Udara tersebut menyiapkan radar, misil udara yang tersebar di seluruh Uni Soviet. Sedangkan Angkatan Udara bertugas untuk menjaga pertahanan udara melalui penerbang jarak jauh, transportasi udara, dan penerbang frontal. Khusus untuk penerbang frontal digunakan jika ada musuh eksternal yang merupakan pesawat spionase negara lain yang masuk dalam wilayah Uni Soviet.

Untuk Pesawat Pengebom, Uni Soviet mengembangkan pesawat Jenis Tupolev 160, dan untuk alutsista Uni Soviet lainnya khususnya sebagai inventaris Angkatan Udaranya antara lain 200 bomber strategis, 150 Tupolev Tu-95 Bear, 150 Tupolev Tu-95 Bear, 35 Tupolev Tu-160 Blackjack, 35 Tupolev Tu-160 Blackjack, 15 Myasishchev M-4 Bison, 15 Myasishchev M-4 Bison, 550 media pembom, 155 Tupolev Tu-22M Backfire 155 Tupolev, Tu-22M menjadi bumerang, 260 Tupolev Tu-16 Badger, 260 Tupolev Tu-16 Badger, 135 Tupolev Tu-22 Blinder 135 Tupolev Tu-22, 2830 pejuang, 610 Sukhoi Su-27 Flanker, 610 Sukhoi Su-27 Flanker, 790 Mikoyan-Gurevich MiG-29 Fulcrum, 790 Mikoyan-Gurevich, MiG-29 Fulcrum, 450 Mikoyan-Gurevich MiG-31 Foxhound, 450 Mikoyan-Gurevich MiG-31 Foxhound, 570 Mikoyan-Gurevich MiG-23 Flogger, 570 Mikoyan-Gurevich MiG-23 Flogger, 260 Sukhoi Su-15 Flagon, 260 Sukhoi Su-15 botol anggur, 105 Mikoyan-Gurevich MiG-25, Foxbat 105 Mikoyan-Gurevich MiG-25, 20 Tupolev Tu-128 Fiddler, 20 Tupolev Tu-128 Fiddler, 20 Yakovlev Yak-28 Firebar, 20 Yakovlev Yak-28 Firebar, Serangan 2.705 pesawat, 770 Sukhoi Su-24 Fencer, 770 Sukhoi Su-24 Fencer, 210 Sukhoi Su-25 Frogfoot, 210 Sukhoi Su-25 Frogfoot, 830 Mikoyan-Gurevich MiG-27 Flogger, 830 Mikoyan-Gurevich MiG-27 Flogger, 895 Sukhoi Su-7 Fitter-A dan Sukhoi Su-17 Fitter-C, 895 Sukhoi Su-7 Fitter-A dan Sukhoi Su-17 Fitter-C, 84 tanker, 34 Ilyushin Il-76 Midas 34 Ilyushin Il-76 Midas, 30 Myasishchev M-4 'Molot' Bison 30 Myasishchev M-4 'Molot' Bison, 20 Tupolev Tu-16 Badger, 20 Tupolev Tu-16 Badger, 40 AWACS, 40 Beriev A-50 Mainstay, 40 Beriev A-50 Mainstay, 658 taktis pengintai dan ECM pesawat, 65 Mikoyan-Gurevich MiG-21 Fishbed 65 Mikoyan-Gurevich MiG-21, 195 Mikoyan-Gurevich, MiG-25 Foxbat, 195 Mikoyan-Gurevich MiG-25, 65 Sukhoi Su-24 Fencer, 65 Sukhoi Su-24 Fencer, 195 Yakovlev Yak-28 Brewer, 195 Yakovlev Yak-28 Brewer, 260 penginta strategis dan pesawat ECM, 115 Tupolev Tu-16 Badger, 115 Tupolev Tu-16 Badger, 15 Tupolev Tu-22 Blinder, 15 Tupolev Tu-22, 4 Tupolev Tu-95 Bear, 4 Tupolev Tu-95 Bear, 02 Yakovlev Yak-28 Brewer, 102 Yakovlev Yak-28 Brewer, 24 Mikoyan-Gurevich MiG-25 Foxbat, 24 Mikoyan-Gurevich MiG-25, 3.050 helikopter, 1.500 helikopter pelatih dan latihan, 615 pesawat angkut, 40 Antonov An-124 'Ruslan' Condor 40 Antonov An-124 'Ruslan' Condor, 55 Antonov An-22 'Antey' Cock, 55 Antonov An-22 'Antey' Cock, 210 Antonov An-12 Cub, 210 Antonov An-12 Cub, 310 Ilyushin Il-76 Candid 310 Ilyushin Il-76 Candid, 2.935 pesawat angkut lainnya, biasanya Aeroflot pesawat yang mudah dikonversi

Sebagai gambaran umum mengenai Alutsista Uni Soviet masa Perang Dingin secara keseluruhan adalah sebagai berikut :

Uni Soviet 1989: Personel aktif (dalam juta) 5,1, Persentase alokasi sektor pertahanan dalam GDP 13-17, Angkatan Darat (dalam jumlah) Divisi 214 Brigade terpisah dalam divisi 11 Divisi Artileri 18 Regimen helikopter serang, 20 Tank 58.300 Kendaraan infanteri/ Alat pengangkut berlapis baja 64.000, Artileri tetap/ bergerak 38.000, Helikopter serang 1.500, Angkatan Udara (jumlah pesawat), Pertahanan Udara 2.300 Pesawat tempur taktis 1.900, Pesawat serang darat/pengintai 2.900, Pesawat Angkut Strategis 600. Angkatan Laut (dalam jumlah) Kapal pengangkut kecil 4, Kapal selam 263, Kapal tempur permukaan 268, Kapal pendaratan ampibi 80

Alutista AS

Perang dingin antara dua negara adidaya ditandai oleh perimbangan persenjataan nuklir dan personil militer. Perang dingin juga menimbulkan perlombaan senjata antara pihak Amerika Serikat dan Uni Soviet.

Walaupun kedua belah pihak saling berlomba untuk menciptakan senjata yang paling mutakhir namun keduanya tidak pernah terlibat dalam perang terbuka. Senjata-senjata yang dikembangkan kedua belah pihak justru dipakai oleh negara ketiga. Jika ada konflik yang terjadi maka negara-negara tersebut akan mengunakan senjata dari salah satu pihak baik Amerika Serikat maupun Uni Sovyet.

Adapun senjata-senjata yang dikembangkan selam masa Perang Dingin merupakan cara masing-masing pihak untuk menunjukkan kekuatannya. Dan dari sekian banyak senjata yang muncul pada periode Perang Dingin, makalah ini akan menyajikan beberapa senjata saja.Pada persenjataan darat, Amerika Serikat memiliki M16.

Awalnya pemerintah Amerika (US ARMY - Operations Research Office, ORO) melakukan riset sekitar awal tahun 50an tentang Perang Dunia II. Salah satu penelitian pertama mereka adalah menganalisa lebih dari tiga juta laporan medan Perang Dunia II. Kesimpulan yang mereka dapat adalah bahwa sebagian besar pertempuran terjadi pada jarak dekat.

Langkah selanjutnya mereka melakukan penelitian tentang peluru kaliber lebih kecil dari pada peluru yang digunakan pada PD II, dan mereka mendapatkan bahwa ternyata peluru dengan ukuran 5,59mm – 5,56 efeknya hampir sama dengan kaliber besar. Setelah sersoalan peluru selesai tinggal pemilihan senjata yang tepat untuk penggunaan peluru kaliber 5,56mm tersebut. Ada beberapa senjata yang diuji seperti AR-10, M14, AR-15 yang diproduksi oleh Colt Firearms setelah membeli lisensi dari Eugene Stoner, ArmaLite. AR-15 selanjutnya dikembangkan lagi menjadi XM16E1 atau yang lebih dikenal dengan M16.

Ketangguhan M16 langsung diuji pada rimba raya perang Vietnam, M16 harus berhadapan dengan ketangguhan AK47 yang handal disegala medan. Penyakit M16 pun bermunculan, seperti sering macet ketika menembak dengan frekwensi tinggi, ada kasus laras M16 bengkok ketika laras senjata panas ketika digunakan dalam waktu lama / menembak dengan frekwensi tinggi dan M16 tidak begitu bersahabat dengan air. Walaupun butuh waktu mengatasi masalah kemacetan senapan sewaktu latihan bertempur di awal 1960, M16 membuktikan kehandalannya lewat akurasi, penanganan, masa digunakan, serta keefektifan dalam perang. Senapan M16 memuaskan petinggi militer AS untuk mengembangkan senapan serbu yang ringan untuk menggantikan M1 dan M14. Fitur inovatifnya meliputi bahan campuran plastik dan logam ringan, sistem reload (mengisi ulang peluru) yang mudah dan penggunaan peluru kaliber 5.56mm.

Perlombaan senjata yang dilakukan kedua blok tersebut juga berupa perlombaan senjata nuklir. Perlombaan senjata nuklir ini dikhawatirkan akan menyebabkan meletusnya perang nuklir yang dasyat yang dapat membahayakan kelangsungan hidup umat manusia dan makhluk hidup lainnya di dunia sebab jangkauan senjata nuklir sangatlah luas bisa menjangkau antarnegara dan antarbenua.

Sebuah senjata nuklir memanfaatkan energi yang dilepaskan dalam suatu proses fisi atau fusi nuklir. Di dalam proses fisi, satu inti atom membelah menjadi dua inti atom yang massanya lebih ringan dan menghasilkan energi. Senjata yang diciptakan dari reaksi fisi ini biasanya disebut bom atom.

Dua bom atom yang pernah benar-benar digunakan dalam perang adalah Little Boy dan Fat Man. Kedua bom atom ini dijatuhkan dari Bomber B-29 di Hiroshima dan Nagasaki, Jepang pada Perang Dunia II. Kedua bom atom awal ini memiliki ukuran yang besar sehingga satu B-29 hanya mampu mengangkut satu bom atom.

B-29 bomber, diproduksi oleh Boeing Aircraft Company selama perang, adalah yang pertama jangka panjang pembom berat yang digunakan oleh Amerika Serikat. Segera pasca-Perang Dunia II, pembom Inventaris host B-29 Superfortress. Pada tahun 1946, Soviet mulai desain pembom jangka panjang mereka Tu-4, dimodelkan secara langsung pada B-29 yang ditangkap selama 1944. B-29 adalah pesawat pertama Perang Dingin, dan bahkan sampai akhir tahun 1948, Angkatan Udara hanya memakai 60 dari pesawat untuk membawa bom atom. B-29 adalah pesawat jarak jauh yang merevolusi perang udara, pesawat hanya bisa terbang pada koridor satu cara, dan tidak bisa mencapai jarak yang sangat jauh. Meski harus setengah mati untuk membuat B-29 yang berat ini untuk mengangkasa hingga ketinggian 40.000 kaki, sekali dia di atas sana tidak ada satupun yang sanggup mencapainya atau di kecepatan 350 mil-per-hour, mampu mengejarnya. Bahkan jika ada yang dibuat untuk mendekatinya, pertahanannya yang mumpuni dapat melumpuhkannya. Dipersenjatai dengan banyak peralatan impresif, pesawat ini tetap dioperasikan hingga masa perang Korea.

Selain bomber B 29, Amerika Serikat juga memiliki pesawat tempur F-16.
Dianggap oleh banyak pihak untuk menjadi yang terbaik saat ini di semua Sevice tempur, F-16 adalah salah satu desain yang paling populer di dunia. F-16 pada awalnya dibuat di bawah Light Weight Fighter (LWF) program awal 1970-an yang mencari mitra yang lebih murah dari F-15 yang dioptimalkan untuk manuver dan misi serangan taktis. Didorong oleh kepentingan asing dalam suatu model produksi, LWF berubah menjadi Air Combat Fighter (ACF) program dan akhirnya menjadi kompetisi terbang mengalahkan antara General Dynamics YF-16 dan Northrop's YF-17. General Dynamics dinobatkan sebagai pemenang pada tahun 1975 dan diberi kontrak untuk mengembangkan produksi F-16. Angkatan Udara Amerika Serikat berencana membeli sampai dengan 650 sebagai pengganti bagi F-105 dan sebagian armada F-4 sementara beberapa sekutu-sekutu NATO membeli F-16 sebagai pengganti F-104.

Meskipun awalnya diramalkan terutama sebagai platform serangan darat dengan kemampuan pertahanan udara sekunder, F-16 kemudian muncul sebagai yang sangat mampu pesawat multi-peran. Desain bentuk melengkung variabel menggunakan sayap dan strakes terdepan untuk menghasilkan mengangkat tinggi dan menghindari akar bahkan warung di sudut serangan tinggi. Selain itu, penggunaan lalat-dengan-kawat sistem kontrol yang dapat membelokkan kontrol permukaan yang jauh lebih cepat daripada pilot manusia membuat F-16 sangat bermanuver. Falcon ini juga dilengkapi dengan sebuah array avionik canggih dan beban senjata yang luas.

Kesimpulan

Perdebatan teoritis mengenai siapa penyebab terjadinya Perang Dingin mengulas secara jelas disertai bukti-bukti empiris yang mampu mendukung argumennya masing-masing. Baik kaum tradisionalis, revisionis maupun postrevisionis memiliki kelebihan sekaligus kekurangannya masing-masing. Meski demikan, Perang Dingin yang oleh Nye dibagi dalam tiga fase, merupakan tarik-menarik dua kepentingan superpower yang terus mengalami pasang-surut.

Revolusi persenjataan pada zaman tersebut bukan lagi dibuat untuk menyerang lawan. Penemuan dan percobaan nuklir pada puncak perang dunia kedua tidak menyurutkan keinginan Negara superpower untuk mengembangkan teknologi tersebut. Sebaliknya, nuklir menjadi alat ampuh untuk melakukan pemaksaan (coercive) untuk memperluas pengaruh dan memaksakan sistem dengan jaminan kemanan sebagai imbalannya. Krisis misil Kuba misalnya, ketegangan akibat pengiriman nuklir dari Soviet ke Kuba, bermuara pada negosiasi kepentingan AS dan Soviet. Negosiasi dalam bentuk kerjasama arm control adalah fragmentasi dari kesepakatan kedua superpower untuk menghidari adanya perang dunia.

Dalam perkembangannya, Uni Soviet semakin meningkatkan kapabilitas alutsistanya khususnya di bidang nuklir dengan sikap deterrence yang lebih dipersiapkan untuk menghadapi kemungkinan ancaman perang dan memperbaiki eksistensinya di mata dunia dalam bidang pertahanan.

Uni Soviet juga menyusun parameter dalam kemungkinan terjadinya perang nuklir di masa Perang Dingin tersebut. Pada hakekatnya indikasi menuju perang yang nyata sangat terlihat dalam perlombaan senjata antara kedua blok yang berpahan ideologi yang berbeda ini.

Otonomi militer Uni Soviet sendiri menempatkan militer di bawah subordinasi sipil secara absolut karena terjadi pergantian sistem politik dari Totalitarian ke Demokrasi. Hal ini Pergantian sistem politik tersebut menjadi awal keruntuhan Uni Soviet yang sebelumnya ditandai oleh pembubaran Pakta Warsawa pada bulan Juli 1991, sebagai aliansi negara-negara dalam kerjasama di bidang politik dan militer.

AS dan Soviet memproduksi senjata-senjata baru dengan spesifikasi yang luar biasa canggih bukan dimanfaatkan oleh dirinya sendiri, melainkan justru digunakan oleh pihak ketiga.


Sumber


-dipi-
 
Perang dingin sebagaimana yang pernah terjadi di mana karena persaingan kekuatan dua pihak yang dikepalai oleh AS dan lawannya Uni Sviet sekarang ini sudah tidak terjadi lagi tetapi perang dingin yang dewasa ini sebetulnya masih terjadi dan bahkan lebih dasyat melalui persaingan ekonomi terutama perang antar mata uang (valuta). Hal ini nampak jelas bila kita menghubungkannya dengan perdangangan mata uang melalui trading forex. Kenyataannya, perdagangan antar dua mata uang yang terjadi di sana sebenarnya mengungkapkan perang antara satu terhadap yang lain. Misalnya USD harus melawan Canada secara valuta.
 
Status
Not open for further replies.
Back
Top