Kalina
Moderator
'When You Are Strange': Bagaimana The Doors Jadi Sejarah dan Hidup Kembali
Bagi penggemar fanatiknya, dokumenter 'When You Are Strange' merupakan pengobat ‘kekecewaan’ film 'The Doors' yang dibuat Oliver Stone pada 1991. Dengan kekayaan nukilan gambar yang tak tertandingi, dan bahkan belum pernah diperlihatkan sebelumnya, Tom DiCillo berusaha mereka ulang sosok The Doors dalam sejarah imajinasi kita.
'When You Are Strange' dibuka dengan potongan film 'HWY: An American Pastoral' karya vokalis The Doors Jim Morrison, yang memperlihatkan dirinya berkelana di padang luas California sambil menceritakan pengalamannya melihat suku Indian yang terbunuh dalam sebuah kecelakaan. Film karya sutradara lulusan jurusan film di Universitas California di Los Angeles (UCLA) ini merupakan alusi dari sosok Jim Morrison, seorang anak muda, putra seorang militer teladan di ketentaraan Amerika, yang menjadi ikon paling penting budaya pop Amerika selain Frank Sinatra dan Elvis Presley.
Mengikuti konvensi dokumenter musik lainnya, film ini menggunakan cara bertutur kronologis untuk menceritakan proses pembentukan band The Doors dan kisah hidup vokalisnya, Jim Morrison. The Doors dibentuk oleh empat anak muda Los Angeles kala Perang Vietnam berkecamuk dan masyarakat Amerika menghadapi masa-masa paling sulit dari fase Perang Dingin yang melandanya.
Nama the Doors diambil dari mazmur William Blake, seorang penyair romantik Inggris yang sangat mempengaruhi Morrison –selain Rimbaud. Bunyi ungkapannya serasa menggambarkan filosofi dasar dan arah band ini. "When the doors of perception are cleansed, things will appear to man as they truly are...infinite." (Ketika pintu-pintu persepsi dibersihkan, segala sesuatu tampak benar-benar….tak terbatas). The Doors bertahan dari 1965 hingga 1973, setelah pada 1971 vokalisnya meninggal dunia di Paris --dengan kecurigaan karena overdosis.
Johnny Depp menarasikan dokumenter ini dengan suaranya yang serak dan berat. Nukilan gambar latihan dan penampilan The Doors di berbagai panggung baik di Amerika maupun Eropa dirangkai secara mengesankan dengan gambar momen-momen pribadi anggota-anggotanya. Film ini pun menampilkan anggota The Doors secara lengkap, mulai dari John Densmore, Robby Krieger, Ray Manzarek, dan sang raja kadal Jim Morrison dengan pandangannya yang kritis dan mengagumkan.
Sayangnya, meski akan menghadirkan nostalgia bagi penggemarnya, salah satu film nominasi untuk kategori dokumenter terbaik di Festival Film Sundance 2009 ini tidak memberikan kelengkapan informasi kepada non penggemar. Dengan kendali editing yang sangat kuat pada sosok Jim Morrison, dokumenter ini hanya menyampaikan satu dimensi dari sosok Morrison yang pemabuk, liar sekaligus genius.
Dengan reproduksi foto-foto dan sosoknya sebagai seorang bintang, 'When You Are Strange' hanya mengambah indeks catatan tentang Morrison sebagai 'the tortured artist'. Tak pernah diperlihatkan bagaimana sosok secerdas dan semapan Jim Morrison menjadi seorang yang cukup labil dan menjadikan obat-obatan sebagai teman yang mengantarnya menjemput ajal.
Kematian Morrison yang tampaknya terlalu banal –di kamar mandi, bukang di panggung, misalnya -- juga menyulitkan sang sutradara untuk menyusun drama. Selain itu, beberapa hal cukup penting yang membuat Morrison adalah Morrison yang kita kenal sekarang, terlewat dari film ini. Hubungannya yang buruk dengan keluarga, terutama sang ayah, seperti tercermin dari lirik lagu 'The End' (Father, Yes, Son, I want to kill you…) juga tak terlacak di film ini.
Namun, secara keseluruhan film ini bisa dibilang cukup luar biasa. Dengan aksesnya yang tidak terbatas pada cuplikan-cuplikan konser dan behind the scene The Doors, film yang menggunakan estetika amatir film-film independen dan underground menjadi sebuah pertunjukan yang mematahkan hati dan perasaan. Oh, ya film ini hanya diputar di Blitzmegaplex.
Bagi penggemar fanatiknya, dokumenter 'When You Are Strange' merupakan pengobat ‘kekecewaan’ film 'The Doors' yang dibuat Oliver Stone pada 1991. Dengan kekayaan nukilan gambar yang tak tertandingi, dan bahkan belum pernah diperlihatkan sebelumnya, Tom DiCillo berusaha mereka ulang sosok The Doors dalam sejarah imajinasi kita.
'When You Are Strange' dibuka dengan potongan film 'HWY: An American Pastoral' karya vokalis The Doors Jim Morrison, yang memperlihatkan dirinya berkelana di padang luas California sambil menceritakan pengalamannya melihat suku Indian yang terbunuh dalam sebuah kecelakaan. Film karya sutradara lulusan jurusan film di Universitas California di Los Angeles (UCLA) ini merupakan alusi dari sosok Jim Morrison, seorang anak muda, putra seorang militer teladan di ketentaraan Amerika, yang menjadi ikon paling penting budaya pop Amerika selain Frank Sinatra dan Elvis Presley.
Mengikuti konvensi dokumenter musik lainnya, film ini menggunakan cara bertutur kronologis untuk menceritakan proses pembentukan band The Doors dan kisah hidup vokalisnya, Jim Morrison. The Doors dibentuk oleh empat anak muda Los Angeles kala Perang Vietnam berkecamuk dan masyarakat Amerika menghadapi masa-masa paling sulit dari fase Perang Dingin yang melandanya.
Nama the Doors diambil dari mazmur William Blake, seorang penyair romantik Inggris yang sangat mempengaruhi Morrison –selain Rimbaud. Bunyi ungkapannya serasa menggambarkan filosofi dasar dan arah band ini. "When the doors of perception are cleansed, things will appear to man as they truly are...infinite." (Ketika pintu-pintu persepsi dibersihkan, segala sesuatu tampak benar-benar….tak terbatas). The Doors bertahan dari 1965 hingga 1973, setelah pada 1971 vokalisnya meninggal dunia di Paris --dengan kecurigaan karena overdosis.
Johnny Depp menarasikan dokumenter ini dengan suaranya yang serak dan berat. Nukilan gambar latihan dan penampilan The Doors di berbagai panggung baik di Amerika maupun Eropa dirangkai secara mengesankan dengan gambar momen-momen pribadi anggota-anggotanya. Film ini pun menampilkan anggota The Doors secara lengkap, mulai dari John Densmore, Robby Krieger, Ray Manzarek, dan sang raja kadal Jim Morrison dengan pandangannya yang kritis dan mengagumkan.
Sayangnya, meski akan menghadirkan nostalgia bagi penggemarnya, salah satu film nominasi untuk kategori dokumenter terbaik di Festival Film Sundance 2009 ini tidak memberikan kelengkapan informasi kepada non penggemar. Dengan kendali editing yang sangat kuat pada sosok Jim Morrison, dokumenter ini hanya menyampaikan satu dimensi dari sosok Morrison yang pemabuk, liar sekaligus genius.
Dengan reproduksi foto-foto dan sosoknya sebagai seorang bintang, 'When You Are Strange' hanya mengambah indeks catatan tentang Morrison sebagai 'the tortured artist'. Tak pernah diperlihatkan bagaimana sosok secerdas dan semapan Jim Morrison menjadi seorang yang cukup labil dan menjadikan obat-obatan sebagai teman yang mengantarnya menjemput ajal.
Kematian Morrison yang tampaknya terlalu banal –di kamar mandi, bukang di panggung, misalnya -- juga menyulitkan sang sutradara untuk menyusun drama. Selain itu, beberapa hal cukup penting yang membuat Morrison adalah Morrison yang kita kenal sekarang, terlewat dari film ini. Hubungannya yang buruk dengan keluarga, terutama sang ayah, seperti tercermin dari lirik lagu 'The End' (Father, Yes, Son, I want to kill you…) juga tak terlacak di film ini.
Namun, secara keseluruhan film ini bisa dibilang cukup luar biasa. Dengan aksesnya yang tidak terbatas pada cuplikan-cuplikan konser dan behind the scene The Doors, film yang menggunakan estetika amatir film-film independen dan underground menjadi sebuah pertunjukan yang mematahkan hati dan perasaan. Oh, ya film ini hanya diputar di Blitzmegaplex.