Perkembangan Fotografi sebagai sebuah Seni

Megha

New member
Perkembangan Fotografi sebagai sebuah Seni


photography.jpg


Fotografi @ finoliyoul.wordpress.com




APAKAH fotografi itu merupakan seni atau dokumentasi? Jawabnya, foto bisa dimaknai sebagai seni, tetapi juga bisa dimaknai sebagai dokumentasi. Fotografi sebagai bentuk seni menitikberatkan pada nilai keindahan dibanding informasi, nilai historis, maupun pengetahuan. Sementara keindahan itu dijelaskan dalam dua argumen yang berbeda: sisi subjektif maupun objektif.

Sisi subjektif ketika naluri seseorang mengatakan bahwa foto itu indah, tetapi tidak dapat menjelaskan apa yang membuat dia menyenangi foto itu. Sedangkan dalam pandangan objektif, penjelasan tentang keindahan itu mem punyai karakteristik dengan ciri-ciri spesifik. Nilai keindahan dapat dilihat dari komposisi, keseimbangan, proporsi, dan skala. Selain itu, tentang warna, bentuk geometris yang menjelaskan pola dari repetisi objek.

Pada 1880 Henry Peach Robinson mengampanyekan naturalisme untuk mendukung fotografi artistik. Bahwa fotografi yang benar hanya melewati eksploitasi kemampuan kamera untuk menangkap realita dalam segala arah. Dia me­ngomposisikan subjek, memilih kostum model, memilih warna backdrop. Hal ini masih tergolong fotografi naturalistik. Menata dari cahaya, pose, pencahayaan, warna, bentuk, angle maupun komposisi. Gerakan ini punya ciri tajam pa da fokus utama dan sedikit autofokus pada fore ground maupun background. Selain itu, generasi ini mulai mengeksplorasi fotografi sebagai seni. Tidak terpaku pada gaya seni lukis.

Lantas, pertanyaan apakah fotografi sebagai seni? Fotografer seni atau piktorialis ingin memisahkan fotografi mereka dengan tujuan lain. Yakni, menjadikan pengambilan biasa menjadi sesuatu yang menarik secara visual. Sesuatu itu dipuaskan secara estetik. Gerakan piktorial ini akhirnya menginternasional, seperti The America Amateur Photographer (Salon Photographic), American Photo (Secession), Vienna Camera Club, Linked Ring Brotherhood di Inggris, dan Photo Club de Paris.

Di Indonesia lahir banyak klub foto beraliran piktorialis yang bernaung di bawah Salon Foto. Banyak piktorialis meyakini bahwa kesan artistik yang dibuat adalah untuk meningkatkan fotografi sehingga terlihat lebih indah. Penitikberatkan pada pola, rasa atmosfer, pencahayaan (ligthing), tajam, jelas, dan merepresentasikan detail.

Untuk mendapatkan efek, piktorialis menggunakan teknik cetak dengan bantuan software pengolah gambar yang disesuaikan keinginan fotografer. Piktorialis membuat foto tampak seperti lukisan. Fotografi sebagai bentuk seni dikembangkan oleh Alfred Stieglitz

Selain itu, ada gerakan mengembalikan fotografi yang tidak manipulatif dan langsung. Pada 1917 Stieglitz melakukan pendekatan baru terhadap fotografi sebagai bentuk seni. Dia masih memercayai bahwa objektivitas masih menjadi sangat esensial dalam fotografi. Realisasi tanpa disertai trik atau proses manipulasi.

Foto milik Stieglitz adalah langsung dan tidak manipulatif. Sebagai visual metafor, dia mengakurasi representasi objek di depan kamera nya. Konsep Stieglitz dikembangkan dari bentuk yang tangible menjadi intangible.

Lalu Edwad Weston menggunakan teknik yang sangat sederhana dan peralatan kamera view 8 x 10 dengan lensa stop down dengan aper ture ter kecil. Dengan demikian, dia menda patkan ketajaman dalam semua bagian gambar.

Bentuk akhir didapat foto dengan memperhitungkan detail, tekstur, gestur, dan proporsi. Foto terkenal Edward adalah foto tentang paprika. Foto itu begitu kuat objeknya dan punya makna personal. Meski hanya sebuah paprika, orang bisa mengintrepretasi atau mengimajinasikan seperti dua manusia berotot yang saling berpelukan. Padahal, foto itu hanya sebuah paprika.

Setelah itu, berkembang begitu banyak spesifikasi lain dalam foto piktorial itu sendiri. Misalnya, foto montase yang dilakukan Laszlo Moholy Nagy adalah kombinasi sejumlah foto sebagai collision pada 1927.

Sedangkan solarisasi dikembangkan Man Ray. Yakni, mengekspose gambar dengan memberikan pencahayaan selama proses pengambangan. Sekarang cara tersebut sudah dapat dilakukan pada program pengelola gambar.


Sumber : jpnn.com dan Jurnal Micko henry
 
wah saya baru tahu ternyata. yang saya tahu teknik dari fotografi masih sekedar teknik fish eye, itu juga masih bantuan dari kamera lensa itu sendiri. :D
 
Fotografi itu kalau menurut aku sih kayak seni mengekspresikan diri sih, jadi gak semua momen bisa kita abadikan karna ada semacam penilaian pribadi apakah itu pantas dijadikan sebuah foto atau tidak. tapi tentunya kalau ada acara yang penting, fotografi berubah nilai menjadi menangkap momen aja, suka atau gak suka kita harus difoto di photobooth murah, ya toh?
 
Fotografi itu kalau menurut aku sih kayak seni mengekspresikan diri sih, jadi gak semua momen bisa kita abadikan karna ada semacam penilaian pribadi apakah itu pantas dijadikan sebuah foto atau tidak. tapi tentunya kalau ada acara yang penting, fotografi berubah nilai menjadi menangkap momen aja, suka atau gak suka kita harus difoto di photobooth murah, ya toh?
sepakat! menurutku fotografi jga sebagai seni ekspresi diri. Dari apapun yang kita potret, di dalamnya ada Seni trsendiri
 
Back
Top