oyik_spy
New member
Pernahkah kamu mengalami suatu peristiwa yang hampir merenggut nyawamu??!! Sebut saja Okky, dia seorang akhwat yang sudah 3 kali mengalami peristiwa yang hampir merenggut nyawanya. Yuk,, simak ceritanya di bawah ini…
Peristiwa pertama. . . .
Sewaktu Okky pulang kuliah, ia memutuskan untuk menaiki bus 511 ke arah Pulo Gadung. Pada saat itu, pengemudi bus mengemudi dengan sangat kencang. Bahkan, pada saat berada di jalan tol, bus melaju dengan saaaaangat kencang! Sekencang-kencangnya! Ngebut! Akhirnya, karena ngebut-nya sudah keterlaluan, bus tidak dapat di rem. Bus pun terus melaju kencang tanpa bisa dikendalikan. Bus menabrak pembatas jalan dan terguling-guling. Terus berguling hingga akhirnya berhenti sendiri. Bisa dibayangkan bagaimana kondisi para penumpang yang berada di bus tersebut. Letak para penumpang sudah tidak beraturan, bertumpuk-tumpukan! Okky, yang seorang akhwat, bahkan berada di bagian paling bawah di antara tumpukan-tumpukan para penumpang. Okky berusaha untuk mengeluarkan tubuhnya dari bus, khawatir bus akan terbakar atau meledak. Di tengah kesibukan para penumpang lain untuk keluar dari bus, Okky berusaha untuk mendorong tubuh seorang bapak yang berada di atasnya, untuk segera keluar dari bus naas itu. Dengan penumpang yang bertumpukan seperti itu, Okky harus bersabar menunggu para penumpang lain yang berada di atas tubuhnya untuk keluar terlebih dahulu, baru kemudian giliran dia yang keluar. Dengan waktu yang agak lama, akhirnya Okky dan penumpang lain bisa keluar dari bus. Mereka duduk-duduk di pinggiran jalan tol. Alhamdulillah,, semua penumpang selamat, tidak ada korban jiwa, hanya luka-luka.
Keesokan harinya, salah satu teman bertanya kepada Okky: ”Kemarin di jalan tol kamu ngapain, Ky?! ” . Ternyata, ada teman Okky yang melihatnya duduk di pinggiran jalan tol sambil membersihkan luka yang tidak terlalu parah. ”Iya nih,, kecelakaan bus.. Alhamdulillah aku dan penumpang lain selamat.. Ajalku belum tiba....”
Peristiwa kedua. . . .
Saat itu, Okky dan teman-teman kampusnya pergi ke luar kota, di daerah Jawa Barat, karena ada acara kampus. Biasa-lah, aktivis kampus, pasti banyak acara. Di sana, mereka melakukan banyak kegiatan yang cukup melelahkan. Di samping itu, mereka juga melakukan kegiatan baksos. Mereka bermukim di rumah-rumah penduduk di desa A. Mereka juga ingin membagikan bahan sembako ke penduduk desa B, yang berada di seberang desa A. Kedua desa itu di batasi dengan sebuah sungai yang lebarnya kurang lebih 6-8 meter. Tentu, untuk bisa sampai ke desa B, mereka harus menyebrangi sungai. Mereka menyebrangi sungai yang tidak terlau dalam sambil membawa bahan baksos yang cukup berat. Mereka menyebrang sungai satu per satu. Okky berada pada urutan ketiga. Dia menunggu giliran untuk menyebrang sungai. Tiba-tiba, dari arah pegunungan ada air bah yang datang dan menerjang ke arah mereka, dua teman Okky yang berada di depannya ikut terbawa arus bah dan baru dapat ditemukan beberapa hari setelahnya. Insya Allah, mereka syahid dan menjadi bidadari surga. Okky melihat sendiri, di depan mata, bagaimana dua orang temannya terseret arus bah. Mungkin, bila saja dia sudah berada di sungai itu, di-lah yang akan terseret arus. Namun, memang bukan ajalnya.. Lagi-lagi : ”Ajalku belum tiba....”
Peristiwa ketiga. . . .
Okky yang sedang menyelesaikan skripsinya, masih harus bolak balik kampus di semester terakhirnya. Di suatu siang, Okky memutuskan untuk pulang. Untuk menunggu bus menuju rumahnya, Okky harus menyebrangi jalan yang cukup ramai lalu lalang kendaraan. Okky-pun menyebrang jalan. Tiba-tiba dari arah kanan, sebuah motor melaju dengan kencang dan menabrak dirinya. Tubuh Okky tersungkur. Okky tak kuasa bangun. Dari telinga, keluar darah segar. Kata orang, jika sudah seperti itu, biasanya gegar otak. Okky segera dilarikan ke rumah sakit terdekat. Alhamdulillah, Okky selamat. Bahkan, Okky tak gegar otak. Okky hanya bermasalah pada keseimbangan tubuhnya karena telinga yang terdapat pusat keseimbangan sedang terganggu. Akibatnya, jika berjalan tubuh Okky agak sulit untuk menjaga keseimbangan.
Dan, ternyata oh ternyata, yang menabrak Okky adalah keponakan dosen pembimbing skripsinya. Entah, apa skenario Allah di balik semua ini. Lagi, lagi, dan lagi : ”Ajalku belum tiba....”. Dari tiga peristiwa itu, Okky menyimpulkan: “Ajalku belum tiba..”
************************************************** *** *******************
Hanya Allah-lah yang mengetahui kapan ajal seseorang itu. Seseorang tidak bisa memperlambat ataupun mempercepat ajalnya, seperti yang telah di firmankan Allah dalam surat Al-A’raf:34, yang artinya; ”Setiap orang mempunyai ajal. Ketika datang ajal, tak dapat di akhirkan atau dimajukan.” .
Kita tidak tahu, kapan umur dan kehidupan kita berakhir. Tetapi kita yakin, semuanya tak akan lama lagi terjadi. Jika memang sudah ajalnya, tidak mengenal waktu dan tempat, seseorang akan menemui ajalnya, tak dapat dihindari, sepert firman Allah dalam surat Al-Ahzab:16; ”Katakanlah,’Lari itu sekali-kali tidaklah berguna bagimu, jika kamu melarikan diri dari kematian atau pembunuhan, dan jika (kamu terhindar dari kematian) kamu tidak juga akan mengecap kesenangan kecuali sebentar saja’.”.
Lalu bagaimana seharusnya kita menghadapinya??!! Apakah kita akan menjadi orang-orang yang menanti ajal tanpa persiapan??!! Ataukah menjadi orang yang menanti ajal dengan mempersiapkannya??!! Itu adalah pilihan bagaimana kita menyikapi ajal.
”Ya Allah, jadikanlah kami selalu mampu beramal yang menambah keridhaan dan ketaatan kepada-Mu. Wahai Dzat Yang Paling Mengasihi, wafatkanlah kami dalam keadaan Engkau ridha pada kami. Lindungilah kami dari dahsyatnya kegoncangan pada hari kiamat.”
Peristiwa pertama. . . .
Sewaktu Okky pulang kuliah, ia memutuskan untuk menaiki bus 511 ke arah Pulo Gadung. Pada saat itu, pengemudi bus mengemudi dengan sangat kencang. Bahkan, pada saat berada di jalan tol, bus melaju dengan saaaaangat kencang! Sekencang-kencangnya! Ngebut! Akhirnya, karena ngebut-nya sudah keterlaluan, bus tidak dapat di rem. Bus pun terus melaju kencang tanpa bisa dikendalikan. Bus menabrak pembatas jalan dan terguling-guling. Terus berguling hingga akhirnya berhenti sendiri. Bisa dibayangkan bagaimana kondisi para penumpang yang berada di bus tersebut. Letak para penumpang sudah tidak beraturan, bertumpuk-tumpukan! Okky, yang seorang akhwat, bahkan berada di bagian paling bawah di antara tumpukan-tumpukan para penumpang. Okky berusaha untuk mengeluarkan tubuhnya dari bus, khawatir bus akan terbakar atau meledak. Di tengah kesibukan para penumpang lain untuk keluar dari bus, Okky berusaha untuk mendorong tubuh seorang bapak yang berada di atasnya, untuk segera keluar dari bus naas itu. Dengan penumpang yang bertumpukan seperti itu, Okky harus bersabar menunggu para penumpang lain yang berada di atas tubuhnya untuk keluar terlebih dahulu, baru kemudian giliran dia yang keluar. Dengan waktu yang agak lama, akhirnya Okky dan penumpang lain bisa keluar dari bus. Mereka duduk-duduk di pinggiran jalan tol. Alhamdulillah,, semua penumpang selamat, tidak ada korban jiwa, hanya luka-luka.
Keesokan harinya, salah satu teman bertanya kepada Okky: ”Kemarin di jalan tol kamu ngapain, Ky?! ” . Ternyata, ada teman Okky yang melihatnya duduk di pinggiran jalan tol sambil membersihkan luka yang tidak terlalu parah. ”Iya nih,, kecelakaan bus.. Alhamdulillah aku dan penumpang lain selamat.. Ajalku belum tiba....”
Peristiwa kedua. . . .
Saat itu, Okky dan teman-teman kampusnya pergi ke luar kota, di daerah Jawa Barat, karena ada acara kampus. Biasa-lah, aktivis kampus, pasti banyak acara. Di sana, mereka melakukan banyak kegiatan yang cukup melelahkan. Di samping itu, mereka juga melakukan kegiatan baksos. Mereka bermukim di rumah-rumah penduduk di desa A. Mereka juga ingin membagikan bahan sembako ke penduduk desa B, yang berada di seberang desa A. Kedua desa itu di batasi dengan sebuah sungai yang lebarnya kurang lebih 6-8 meter. Tentu, untuk bisa sampai ke desa B, mereka harus menyebrangi sungai. Mereka menyebrangi sungai yang tidak terlau dalam sambil membawa bahan baksos yang cukup berat. Mereka menyebrang sungai satu per satu. Okky berada pada urutan ketiga. Dia menunggu giliran untuk menyebrang sungai. Tiba-tiba, dari arah pegunungan ada air bah yang datang dan menerjang ke arah mereka, dua teman Okky yang berada di depannya ikut terbawa arus bah dan baru dapat ditemukan beberapa hari setelahnya. Insya Allah, mereka syahid dan menjadi bidadari surga. Okky melihat sendiri, di depan mata, bagaimana dua orang temannya terseret arus bah. Mungkin, bila saja dia sudah berada di sungai itu, di-lah yang akan terseret arus. Namun, memang bukan ajalnya.. Lagi-lagi : ”Ajalku belum tiba....”
Peristiwa ketiga. . . .
Okky yang sedang menyelesaikan skripsinya, masih harus bolak balik kampus di semester terakhirnya. Di suatu siang, Okky memutuskan untuk pulang. Untuk menunggu bus menuju rumahnya, Okky harus menyebrangi jalan yang cukup ramai lalu lalang kendaraan. Okky-pun menyebrang jalan. Tiba-tiba dari arah kanan, sebuah motor melaju dengan kencang dan menabrak dirinya. Tubuh Okky tersungkur. Okky tak kuasa bangun. Dari telinga, keluar darah segar. Kata orang, jika sudah seperti itu, biasanya gegar otak. Okky segera dilarikan ke rumah sakit terdekat. Alhamdulillah, Okky selamat. Bahkan, Okky tak gegar otak. Okky hanya bermasalah pada keseimbangan tubuhnya karena telinga yang terdapat pusat keseimbangan sedang terganggu. Akibatnya, jika berjalan tubuh Okky agak sulit untuk menjaga keseimbangan.
Dan, ternyata oh ternyata, yang menabrak Okky adalah keponakan dosen pembimbing skripsinya. Entah, apa skenario Allah di balik semua ini. Lagi, lagi, dan lagi : ”Ajalku belum tiba....”. Dari tiga peristiwa itu, Okky menyimpulkan: “Ajalku belum tiba..”
************************************************** *** *******************
Hanya Allah-lah yang mengetahui kapan ajal seseorang itu. Seseorang tidak bisa memperlambat ataupun mempercepat ajalnya, seperti yang telah di firmankan Allah dalam surat Al-A’raf:34, yang artinya; ”Setiap orang mempunyai ajal. Ketika datang ajal, tak dapat di akhirkan atau dimajukan.” .
Kita tidak tahu, kapan umur dan kehidupan kita berakhir. Tetapi kita yakin, semuanya tak akan lama lagi terjadi. Jika memang sudah ajalnya, tidak mengenal waktu dan tempat, seseorang akan menemui ajalnya, tak dapat dihindari, sepert firman Allah dalam surat Al-Ahzab:16; ”Katakanlah,’Lari itu sekali-kali tidaklah berguna bagimu, jika kamu melarikan diri dari kematian atau pembunuhan, dan jika (kamu terhindar dari kematian) kamu tidak juga akan mengecap kesenangan kecuali sebentar saja’.”.
Lalu bagaimana seharusnya kita menghadapinya??!! Apakah kita akan menjadi orang-orang yang menanti ajal tanpa persiapan??!! Ataukah menjadi orang yang menanti ajal dengan mempersiapkannya??!! Itu adalah pilihan bagaimana kita menyikapi ajal.
”Ya Allah, jadikanlah kami selalu mampu beramal yang menambah keridhaan dan ketaatan kepada-Mu. Wahai Dzat Yang Paling Mengasihi, wafatkanlah kami dalam keadaan Engkau ridha pada kami. Lindungilah kami dari dahsyatnya kegoncangan pada hari kiamat.”