chickenfighter
New member
IBU yang baru melahirkan idealnya bisa menyusui buah hatinya. Kenyataannya, mereka pun lebih memilih memberikan susu formula. Konon, mereka takut payudaranya kendur akibat menyusui.
Mengenai hal itu, dr Sumarwoto SpA, dari RS Islam, Jakarta Timur, mengatakan hal itu hanyalah mitos belaka. Sejauh ini memang masih banyak orang memilih tidak menyusui anaknya karena percaya dengan mitos.
Berikut ini mitos-mitos tentang menyusui yang masih dipercaya masyarakat, di antaranya:
1. Payudara Kendur Akibat Menyusui
Fakta: Kendur tidaknya payudara tidak ada hubungannya dengan pemberian ASI. Ketika hamil, hormon-hormon membuat payudara penuh berisi ASI. Ukuran payudara pun terlihat lebih besar dari biasanya. Lalu, pascamenyusui ukuran payudara kembali normal. Akibatnya, otot-otot pun mengendur dan membuat payudara tampak sedikit kendur.
2. Makin besar payudara, makin banyak ASI
Fakta: Banyak tidaknya ASI tidak ditentukan oleh besar kecilnya payudara, namun tergantung seberapa banyak kelenjar pembentuk air susu. Jadi, payudara berukuran kecil maupun besar, sama-sama dapat menghasilkan air susu yang banyak.
3. ASI sulit keluar? Berikan bayi cairan lain
Fakta: Memang tidak sedikit ibu yang mengalami kesulitan menyusui di hari pertama dan mengeluhkan ASI-nya tidak bisa keluar. Namun tak perlu cemas, karena pada hari pertama, bayi belum memerlukan cairan tambahan, di dalam tubuhnya pun masih ada cadangan cairan yang cukup.
ASI mengandung 88 persen air. Jadi, kebiasaan memberi cairan seperti susu formula, air putih, teh manis kepada bayi baru lahir tentulah kurang tepat. Apalagi jika cairan tersebut diberikan dengan dot, maka refleks menghisap bayi tidak terasah dan berisiko bingung puting.
4. Sulit turunkan berat badan karena menyusui
Fakta: Menyusui disebut-sebut dapat membuat nafsu makan ibu bertambah. Akibatnya sulit mengatur berat badan. Padahal saat menyusui, timbunan lemak yang terjadi pada waktu hamil diubah menjadi energi. Sebaliknya, timbunan lemak ini sulit disingkirkan jika ibu tidak menyusui.
5. ASI & susu formula = the best
Fakta: Yang terbaik bagi bayi hingga usia 6 bulan adalah hanya menerima ASI saja (ASI eksklusif). ASI mengandung banyak sekali nutrisi yang dibutuhkan bayi.
6. Ibu sakit, tak boleh menyusui
Fakta: Ketika sakit, tubuh ibu membuat zat kekebalan tubuh yang juga disalurkan kepada bayi melalui ASI, sehingga bayi tidak akan tertular sakit. Jika ibu mengidap penyakit ringan seperti flu, masuk angin, panas, diare, masih tidak berpengaruh apa-apa meskipun si ibu minum obat yang dijual di pasaran atau antibiotika ringan.
Obat-obatan yang dapat mempengaruhi ASI adalah obat-obatan yang dikonsumsi ibu dengan penyakit berat. Misalnya ibu penderita HIV/AIDS, penyakit diabetes, kelenjar tiroid.
7. Cairan ASI terbaik tentu berwarna putih
Fakta: ASI pertama atau kolostrum biasanya berwarna kekuningan, atau bahkan tidak berwarna. Kolostrum juga mengandung banyak protein. Meskipun tidak terasa, kolostrum akan keluar langsung setelah kelahiran. Jumlahnya sedikit, tetapi cukup untuk kebutuhan bayi. Kemudian ASI yang berwarna putih adalah yang paling penting bagi kebutuhan bayi hingga 6 bulan pertama.
8. ASI tidak dapat memuaskan bayi “rakus”
Fakta: ASI dapat mencukupi semua kebutuhan asupan makanan dan minuman bayi hingga usia 6 bulan. Rata-rata kebutuhan cairan bayi pada minggu pertama sekitar 80-100 ml/kg per hari, dan meningkat menjadi 140-160 ml/kg pada usia 3-6 bulan. Semuanya cukup dipenuhi hanya dengan ASI. Bahkan bagi bayi super rakus sekalipun.
9. Ibu harus minum susu agar produksi ASI meningkat
Fakta: Banyaknya ASI yang dihasilkan tidak dipengaruhi makanan atau minuman yang dikonsumsi ibu. Ibu yang kurus sekalipun tetap dapat menghasilkan banyak ASI asalkan sering menyusui. Semakin sering bayi menyusu semakin banyak ASI yang dihasilkan. Produksi ASI meningkat seiring dengan gerakan mengisap. Sebaliknya, jika dihentikan maka lambat laun produksi ASI pun berkurang.
10. Menyusui bisa cegah kehamilan
Fakta: Saat menyusui produksi hormon prolaktin meningkat. Hormon ini cukup efektif menghambat ovulasi, menstruasi pun menjadi tertunda. Meskipun efektivitasnya mencapai 98 persen, menyusui tidak menjamin ibu tidak akan hamil. Karena persyaratan menyusui sebagai KB alami (LAM = Lactation Amenorrhoe Methode) sangat ketat. Diantaranya ASI harus diberikan secara eksklusif. Frekuensi pemberiannya harus diatur 10 kali dalam sehari, serta beberapa syarat lain yang harus dipenuhi. Jadi, risiko kehamilan tetap besar terjadi bila ibu tidak dapat mematuhi syarat-syarat tersebut.*akanggalih.wordpress.com
Mengenai hal itu, dr Sumarwoto SpA, dari RS Islam, Jakarta Timur, mengatakan hal itu hanyalah mitos belaka. Sejauh ini memang masih banyak orang memilih tidak menyusui anaknya karena percaya dengan mitos.
Berikut ini mitos-mitos tentang menyusui yang masih dipercaya masyarakat, di antaranya:
1. Payudara Kendur Akibat Menyusui
Fakta: Kendur tidaknya payudara tidak ada hubungannya dengan pemberian ASI. Ketika hamil, hormon-hormon membuat payudara penuh berisi ASI. Ukuran payudara pun terlihat lebih besar dari biasanya. Lalu, pascamenyusui ukuran payudara kembali normal. Akibatnya, otot-otot pun mengendur dan membuat payudara tampak sedikit kendur.
2. Makin besar payudara, makin banyak ASI
Fakta: Banyak tidaknya ASI tidak ditentukan oleh besar kecilnya payudara, namun tergantung seberapa banyak kelenjar pembentuk air susu. Jadi, payudara berukuran kecil maupun besar, sama-sama dapat menghasilkan air susu yang banyak.
3. ASI sulit keluar? Berikan bayi cairan lain
Fakta: Memang tidak sedikit ibu yang mengalami kesulitan menyusui di hari pertama dan mengeluhkan ASI-nya tidak bisa keluar. Namun tak perlu cemas, karena pada hari pertama, bayi belum memerlukan cairan tambahan, di dalam tubuhnya pun masih ada cadangan cairan yang cukup.
ASI mengandung 88 persen air. Jadi, kebiasaan memberi cairan seperti susu formula, air putih, teh manis kepada bayi baru lahir tentulah kurang tepat. Apalagi jika cairan tersebut diberikan dengan dot, maka refleks menghisap bayi tidak terasah dan berisiko bingung puting.
4. Sulit turunkan berat badan karena menyusui
Fakta: Menyusui disebut-sebut dapat membuat nafsu makan ibu bertambah. Akibatnya sulit mengatur berat badan. Padahal saat menyusui, timbunan lemak yang terjadi pada waktu hamil diubah menjadi energi. Sebaliknya, timbunan lemak ini sulit disingkirkan jika ibu tidak menyusui.
5. ASI & susu formula = the best
Fakta: Yang terbaik bagi bayi hingga usia 6 bulan adalah hanya menerima ASI saja (ASI eksklusif). ASI mengandung banyak sekali nutrisi yang dibutuhkan bayi.
6. Ibu sakit, tak boleh menyusui
Fakta: Ketika sakit, tubuh ibu membuat zat kekebalan tubuh yang juga disalurkan kepada bayi melalui ASI, sehingga bayi tidak akan tertular sakit. Jika ibu mengidap penyakit ringan seperti flu, masuk angin, panas, diare, masih tidak berpengaruh apa-apa meskipun si ibu minum obat yang dijual di pasaran atau antibiotika ringan.
Obat-obatan yang dapat mempengaruhi ASI adalah obat-obatan yang dikonsumsi ibu dengan penyakit berat. Misalnya ibu penderita HIV/AIDS, penyakit diabetes, kelenjar tiroid.
7. Cairan ASI terbaik tentu berwarna putih
Fakta: ASI pertama atau kolostrum biasanya berwarna kekuningan, atau bahkan tidak berwarna. Kolostrum juga mengandung banyak protein. Meskipun tidak terasa, kolostrum akan keluar langsung setelah kelahiran. Jumlahnya sedikit, tetapi cukup untuk kebutuhan bayi. Kemudian ASI yang berwarna putih adalah yang paling penting bagi kebutuhan bayi hingga 6 bulan pertama.
8. ASI tidak dapat memuaskan bayi “rakus”
Fakta: ASI dapat mencukupi semua kebutuhan asupan makanan dan minuman bayi hingga usia 6 bulan. Rata-rata kebutuhan cairan bayi pada minggu pertama sekitar 80-100 ml/kg per hari, dan meningkat menjadi 140-160 ml/kg pada usia 3-6 bulan. Semuanya cukup dipenuhi hanya dengan ASI. Bahkan bagi bayi super rakus sekalipun.
9. Ibu harus minum susu agar produksi ASI meningkat
Fakta: Banyaknya ASI yang dihasilkan tidak dipengaruhi makanan atau minuman yang dikonsumsi ibu. Ibu yang kurus sekalipun tetap dapat menghasilkan banyak ASI asalkan sering menyusui. Semakin sering bayi menyusu semakin banyak ASI yang dihasilkan. Produksi ASI meningkat seiring dengan gerakan mengisap. Sebaliknya, jika dihentikan maka lambat laun produksi ASI pun berkurang.
10. Menyusui bisa cegah kehamilan
Fakta: Saat menyusui produksi hormon prolaktin meningkat. Hormon ini cukup efektif menghambat ovulasi, menstruasi pun menjadi tertunda. Meskipun efektivitasnya mencapai 98 persen, menyusui tidak menjamin ibu tidak akan hamil. Karena persyaratan menyusui sebagai KB alami (LAM = Lactation Amenorrhoe Methode) sangat ketat. Diantaranya ASI harus diberikan secara eksklusif. Frekuensi pemberiannya harus diatur 10 kali dalam sehari, serta beberapa syarat lain yang harus dipenuhi. Jadi, risiko kehamilan tetap besar terjadi bila ibu tidak dapat mematuhi syarat-syarat tersebut.*akanggalih.wordpress.com