Administrator
Administrator
Pekan lalu, masyarakat dan jajaran Pemerintah Kota Depok terkejut dengan berita tewasnya dua pegawai negeri sipil Pemkot Depok. Mereka, Supayat (48) dan Ine Yuliawati (41), yang masing-masing sudah berkeluarga, ditemukan tidak bernyawa sambil berpelukan ala teletubies oleh pegawai Parunk Hotel and Transit di Kamar A 30, Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat,
Tim penyelidik hanya dapt menduga sejumlah kemungkinan, keduanya mati menenggak obat, kehabisan oksigen, atau dibunuh oleh orang lain.
Setelah peristiwa ini, nama Parung jadi muncul ke publik. Ingatan sebagian orang tentang Parung langsung tertuju pada warung remang-remang tempat mangkal perempuan malam. Di warung yang bercahaya redup itu, para perempuan malam berdiri menawarkan sesuatu. Mereka mengajak tamunya menikmati sajian warung. Jika ada kesepakatan, pertemuan bisa berlanjut ke tempat lain, seperti Hotel Transit (tempat meninggalnya Supayat dan me), ataupun ke kontrakan perempuan tersebut.
Sartini (41), warga Kelurahan Jabon, Kecamatan Parung, mengatakan, perempuan malam itu dikenalnya sebagaijablay. Mereka kebanyakan dari Tasikmalaya dan Sukabumi, yang tinggal di kontrakan di Parung. Mereka datang ke Parung bekerja sama dengan pemiik warung yang ada di sana. Sartini mengetahui ini karena dia pernah menyewakan rumahnya ke orang Sukabumi yang bekerja di warung.
Data Polsek Parung menyebutkan, di sepanjang jalan Kecamatan Parung (jalur Jakarta-Bogor) terdapat 23 warung remang-remang. Pihak kepolisian berusaha mencari solusi kondisi ini karena masyarakat sering main hakim sendiri dengan membakarnya.
Parung menjadi tempat yang memungkinkan sebagai peristirahatan karena letaknya jauh dari pusat keramaian. Wilayah ini berada di tengah-tengah antara Bogor, Depok, dan Ciputat (Tangerang Selatan). Namun, sebagian orang malah menjadikan Parung sebagai tempat tujuan, bukan tempat rehat. Sebagian orang lalu meninggalkan teka-teki, seperti yang dilakukan dua PNS Pemkot Depok itu.
kompas
Tim penyelidik hanya dapt menduga sejumlah kemungkinan, keduanya mati menenggak obat, kehabisan oksigen, atau dibunuh oleh orang lain.
Setelah peristiwa ini, nama Parung jadi muncul ke publik. Ingatan sebagian orang tentang Parung langsung tertuju pada warung remang-remang tempat mangkal perempuan malam. Di warung yang bercahaya redup itu, para perempuan malam berdiri menawarkan sesuatu. Mereka mengajak tamunya menikmati sajian warung. Jika ada kesepakatan, pertemuan bisa berlanjut ke tempat lain, seperti Hotel Transit (tempat meninggalnya Supayat dan me), ataupun ke kontrakan perempuan tersebut.
Sartini (41), warga Kelurahan Jabon, Kecamatan Parung, mengatakan, perempuan malam itu dikenalnya sebagaijablay. Mereka kebanyakan dari Tasikmalaya dan Sukabumi, yang tinggal di kontrakan di Parung. Mereka datang ke Parung bekerja sama dengan pemiik warung yang ada di sana. Sartini mengetahui ini karena dia pernah menyewakan rumahnya ke orang Sukabumi yang bekerja di warung.
Data Polsek Parung menyebutkan, di sepanjang jalan Kecamatan Parung (jalur Jakarta-Bogor) terdapat 23 warung remang-remang. Pihak kepolisian berusaha mencari solusi kondisi ini karena masyarakat sering main hakim sendiri dengan membakarnya.
Parung menjadi tempat yang memungkinkan sebagai peristirahatan karena letaknya jauh dari pusat keramaian. Wilayah ini berada di tengah-tengah antara Bogor, Depok, dan Ciputat (Tangerang Selatan). Namun, sebagian orang malah menjadikan Parung sebagai tempat tujuan, bukan tempat rehat. Sebagian orang lalu meninggalkan teka-teki, seperti yang dilakukan dua PNS Pemkot Depok itu.
kompas
