25 April 2011 (Berita-Sejarah-Tanggal)

Megha

New member
[h=1]Melihat Aktivitas Kaum Ibu di Rawa Buntu
Berantas Linbah Sampah Lewat Kerajinan Tangan[/h]

SERPONG TAPOS. Kekerasan terhadap perempuan dinilai masih tinggi. Hal itu menyusul angka kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) terbilang tinggi.

Setidaknya diungkapkan Ketua Gerakan Wanita Sejahtera (GWS) Pusat Giwo Rubianto saat diskusi perempuan di Hari Kartini di salahsatu rumah makan di kawasan Serpong, Kota Tangsel, Kamis (21/4).

Giwo Rubianto mengatakan perempuan saat ini masih kerap mendapatkan tindak kekerasan dan disayangkan pemerintah belum bisa menjamin perlindungan terhadap perempuan.
“Ditahun 2010, sebanyak 105 ribu laporan kasus KDRT. Artinya penindasan terhadap perempuan masih berlanjut,” ungkapnya.

Dikatakan Giwo yang juga pernah menjabat Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) periode 2004-2007, kekerasan terhadap perempuan diakibatkan beberapa faktor yakni, media dan lingkungan. Keberadaan media saat ini banyak menampilkan tayangan kekerasan dan prilaku hedonisme sehingga diikuti anak maupun orang tuanya.

“Tayangan di media sangat mempengaruhi psikologi dan prilaku dalam kehidupan berkeluarga,” katanya.

Hingga sekarang, sambung Giwo persoalan yang masih perlu perhatian berbagai pihak di antaranya, kasus kekerasan perempuan masih menjadi persoalan serius, karena tidak Sedikit kekerasan yang menimpanya dipandang sebagai persoalan biasa dan tidak melanggar hukum.

Perempuan belum sepenuhnya dipandang sebagai “pelaku pembangunan”, namun dalam banyak kasus perempuan cenderung dipandang sebagai “pendamping suami” dan mengurus anak-anak. Kasus traffick in person, korbannya banyak berjenis kelamin perempuan dan anak. Budaya patriarkhi masih dominan di masyarakat pada umumnya. Diskriminasi perempuan atas nama agama sering terjadi serta sistem penganggaran di beberapa daerah belum berperspektif gender, bahkan secara umum praktiknya masih bias gender.

“Paradigma hal-hal tersebut yang harus dirubah. Perempuan harus bisa mandiri,” ucapnya.
Selain itu juga, lanjut Giwo diskrimantif terhadap kaum perempuan masih terjadi. Ia mencontohkan masih adanya paradigma wanita tidak boleh jadi pemimpin. Padahal, hal tersebut menunjukan kemampuan perempuan dalam bersaing dengan laki-laki.

“Penempuan yang berkualitas yaitu perempuan yang berpendidikan tinggi, memiliki keahlian dibidangnya, memiliki peran sosial-politik-ekonomi yang besar dan dapat berkontribusi bagi bangsa dan negara,” terangnya.

Ditambahkan Ketua GWS Tangerang Raya Tin Komalasari, banyak peran-peran sosial dan politik telah dinikmati perempuan. Tidak sedikit perempuan yang menduduki posisi anggota legislatif baik di pusat dan di daerah, menteri, gubernur, bupati/wakil bupati, walikota, hingga sejumlah jabatan pemerintahan, perusahaan dan organisasi sosial strategis.

“ini artinya, spirit Kartini telah berkembang dan terjadi internalisasi sesuai dengan dimensi perubahan dan dinamika kebutuhan zaman,” ujar Tin. [FOOTNOTE]Tangsel pos, 25 April 2011, fit[/FOOTNOTE]

[h=1]Jembatan di Cikumbueun Nyaris Roboh[/h]

PANDEGLANG BANPOPS. Dua jembatan yang ada di Desa Cikumbueun, Kecamatan Mandalawangi, Kabupaten Pandeglang, rusak parah. Satu jembatan yang berlokasi di Kampung Ramea Lebak atau lebih tepatnya di Kampung Karoya, Gunung Jalu berukuran 4 x 4 meter sudah rusak parah dan nyaris roboh. Sedangkan jembatan di Kampung Cikalir, Turalak berukuran 3 x 2,5 meter sudah roboh. Dengan kondisi rusaknya kedua jembatan itu, berdampak memperlambat aktivitas seharihan masyarakat sekitar.

“Sebab, kedua jembatan itu merupakan sarana infrastruktur yang sangat vital di wilayah itu, terutama dalam mendorong pencepatan ekonomi desa. Makanya, kami berharap Pemkab Pandeglang segera memperbaiki kedua infrastruktur tersebut, karena jika dibiarkan perkembangan pembangunan secara ekonomi akan semakin lambat,” kata Embing, warga Cikumbeun pada Banten Pos, kemarin.

“Kami mengharapkan Kepala Dinas PU Kabupaten Pandeglang segera memerintahkan anak buahnya untuk memperbaharui jembatan di wilayah kami. Karena kami jadi kesulitan saat akan membawa hasil pertanian untuk dibawa dan dijual ke kota.”

Kepala Desa Cikumbueun, Junaedi didampingi Sekretarisnya, Sulaeman, mengatakan kedua jembatan yang ada di desanya itu umumya sudah tua, ditambah pengaruh iklim alam yang bisa mempercepat kerusakan badan jembatan itu, sehingga kini menjadi keropos dan roboh.

“Pak Bupati Erwan yang kini sudah sah menjadi Kepala Daerah Kabupaten Pandeglang diharapkan cepat tanggap dan segera memerintahkan Dinas PU-nya untuk memperbaiki kedua jembatan tersebut, jika dibiarkan berlarut-larut maka rakyat kami akan semakin merasa kesulitan,” ujarnya. [FOOTNOTE]Tangsel pos, 25 April 2011, Im[/FOOTNOTE]

[h=1]Dra, Wiwik Budiasih
Guru SDN 03 Pondok Kacang Barat
Mengajar di Saung[/h]

PENGABDIAN pada dasarnya harus memiliki jiwa sosial yang tinggi. Soalnya, dengan jiwa sosial yang diimpletasikan dalam kehidupan Sehari-hari, dapat memberikan manfaat bagi masyarakat banyak. Seperti dilakukan Dra Wiwik Budiasih, wanita kelahiran Sukabumi 40 tahun silam, untuk menyalurkan aspirasinya dalam dunia pendidikan. Untuk itu dia bersama rekan sesamanya menggagas agar sekolah dimana dia bekerja, semua unsur guru dan orangtua murid juga siswa peduli terhadap lingkungan.

Berangkat dari komitmen dan kebersamaan, dalam pengabdian sebagai guru dan mendorong anak didik bertanggung jawab terhadap lingkungan dan berinteraksi dengan lingkungan. Sehingga nantinya, Sekolah Dasar Negeri 03 Pondok Kacang Barat, mampu menciptakan sekolah yang berbasis ramah lingkungan atau dalam bahasa kerennya disebut Adiwiyata.

“Saya begitu terinspirasi orang tua saya yang gigih dalam menyekolahkan anak-anaknya dan suasana di kampung halaman, sehingga terinpirasi untuk mengajar di saung,” ujar ibu dua anak Radhi Ishar dan Filza Gazani, kepada Tangsel Pos di sela-sela mengawasi anak didiknya yang sedang menghadapi ujian sekolah.

Kesempatan ini tak disia-siakan, manakala siswanya jenuh dalam menerima pelajaran. Mereka diajak belajar dalam suana berbeda, dengan cara belajar tampa meja dan kursi (Lesehan) atau mereka belajar disaung Edukasi yang telah disediakan. [FOOTNOTE]Tangsel pos, 25 April 2011, fit[/FOOTNOTE]

[h=1]Situ Bungur Dijadikan Obyek Wisata[/h]

CIPUTAT,TAPOS. Semakin hari keberadaan situ di Kota Tangsel semakin mengkhawatirkan. Banyak situ mengalami penyempitan karena ulah warga. Padahal, situ merupakan salah satu konservasi air yang sangat efektif.

Untuk melestarikan Situ Bungur yang berlokasi di Jalan Menjangan Raya, Kelurahan Pondok Ranji, Kecaratan Ciputat Timur, pihak kelurahan akan menjadikan Situ Bungur sebagai objek wisata.

“Kami akan melakukan penataan terhadap Situ Bungur, agar bisa dimanfaatkan oleh warga sebagai arena bermain, karena ukuran Situ tidak terlalu besar, maka kami akan menjadikan objek wisata mini. Masalah Situ Bungur ini, kami telah usulkan kepada Dinas Sumberdaya Air Kota Tangsel dan Balai Besar Sungai Ciliwung Cisadane,” kata Lurah Pondok Ranji Mursinah, Untuk saat ini telah dibuat jogging track, warga bisa melakukan aktivitas olahraga joging di sekitar Situ Bungur. Agar lebih indah harus sudah secepatnya dibuatkan fasilitas yang lainnya. Untuk saat ini Situ Bungur hanya dimanfatkan untuk hiburan bagi warga yang hobi

mancing. “Untuk menjadikan Situ Bungur sarana bermain warga, pihak kelurahan sangat serius, bukan hanya wacana,” ujar Mursinah. Pihak kelurahan, lanjut Mursinah, telah melakukan kerjasama dengan komunitas pecinta alam dalam pemelihanaan Situ Bungur.

Penghijauan Situ Bungur telab beberapa kali dilakukan. “Banyak pecinta alam, terutama mahasiswa menawarkan diri untuk melakukan penghijauan sekitar Situ Bungur, kami sangat merespon baik langhkah mereka, situ sangat baik untuk keseimbangan lingkungan,” lanjut Mursinah.

Sementara itu, Sekertaris Jenderal Gugusan Alam Nalar Ekosistem Pemuda (Ganespa) Kota Tangsel Dodi Harianto mengungkapkan, Kota Tangsel memiliki sembilan situ yang kondisinya sangat memperihatinkan. [FOOTNOTE]Tangsel pos, 25 April 2011, irm[/FOOTNOTE]



[h=1]Reference & Resources[/h]
[REFLIST]1[/REFLIST]
 
Back
Top