30 Mei 2011 (Berita-Sejarah-Tanggal)

Tomoyo

New member
[h=1]Citibank dan Bank Asing[/h]


Rasa prihatin sepertinya tak pernah muncul dan para eksekutif bank-bank asing yang beroperasi di Indonesia. Laporan Bank Indonesia (BI) yang merilis turunnya kredit yang disalurkan bank-bank asing rata-rata 18 persen dianggap sebagai angin lalu. Kata ‘wajar saja’ yang malah keluar dan mulut sejumlah petinggi bank- bank asing yang mencani laba dan rente di Indonesia.

Kemudian, kita dikejutkan oleh ulah tak manusiawi dan semena-mena sekelompok debt collector suruhan Citibank. Satu nasabah pemegang kartu kredit Citibank tewas dihajar debt collector tersebut terkait tunggakan kartu kredit si nasabah yang terjadi perbedaan perhitungan. Dan setelah itu, Citibank kembali menjadi teror baru industri perbankan di Tanah Air dengan dugaan kasus penggelapan dana nasabah oleh mantan manajernya, MD alias Melinda Dee atau Inong Melinda.

Kabar gembira yang seharusnya terbetik dari operasinya bank-bank asing seperti Citibank, ternyata kini hanya menjadi mitos. Ini belum termasuk cerita-cerita pilu mereka, para nasabah kartu kredit, yang terus diterorhanya karena telat bayar tagihan. Atau sekadar komplain soal besaran utang yang dimiliki.

Kasus yang terjadi di Citibank, terutama pembobolan dana nasabah hingga puluhan miliar itu mencerminkan bahwa bank ternyata masih sangat rentan dirampbk, apalagi jika melibatkan orang dalam. Sistem pengawasan internal dan eskternal dari Bank Indonesia maupun canggihnya tekonologi informasi yang dimiliki, tidak serta merta menjamin amannya bank dari tangan-tangan jahil penjahat kerah putih.

Apalagi, jika prang dalam itu tahu persis historis para nasabah kakapnya yang masuk kategori prioritas. Diperkirakan, banyak nasabah MD yang berlatar belakang pejabat yang mencuci uangnya melalui MD. Perampok dan orang-orang rusak seperti mereka mungkin dalam pikiran sebagian orang bank seperti MD sah-sah saja. Asal-muasal duit mereka juga tidak jelas.

Kita juga melihat ada persoalan prosedur yang diabaikan Citibank. Ini terkait dengan urusan tanda tangan uang besar keluar. Di sejumlah bank, untuk transaksi di atas Rp 1 miliar harus ditandatangani manajer cabangnya juga, bahkan harus ada persetujuan dari pusat. Yang terjadi pada MD sepertinya tidak. Ia bisa mengeluarkan blanko tanpa perlu persetujuan kepala cabang, meski MD adalah seorang manajer relasi. Dan kasus ini kita melihat, kebobrokan pun tidak hanya terjadi di bank-bank lokal. Bank asing sekelas Citibank pun menghadapi persoalan sama. Bahkan, jika tidak ada laporan nasabahnya, kasus MD ini mungkin belum juga akan meledak.

Kita berharap BI lebih ketat dan tegas memberikan rambu-rambu dan sanksi kepada bank-bank asing. Jangan cuma berani menggertak bank-bank lokal, apalagi bank-bank BUMN. BI juga harus berani menggigit bank-bank asing jika memang melanggar dan tidak berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.

Turunnya penyaluran kredit bank-bank asing menunjukkan bahwa mereka tidak pro growth seperti yang didengung-dengungkan Presiden SBY. Bertindak seperti preman dan pembunuh juga mencerminkan bank asing sepenti singa di jalan yang tidak tahu tata krama dan hukum berlaku. Jadi, tegaslah!. [FOOTNOTE]Republika[/FOOTNOTE]

[h=1]Krisis Mesir Rontokkan Bursa Dunia[/h]

Kepanikan picu peningkatan harga minyak untuk pengiriman bulan-bulan mendatang.

JAKARTA Pasar saham dunia turut terseret sebagai imbas krisis yang terjadi di Mesir. Kekhawatiran juga terlihat dari pasar berjangka minyak yang merespons kondisi di Timur Tengah dengan kenaikan harga.

Investor pasar modal meninggalkan portofolio yang dinilai berisiko tinggi, terutama melepas saham—saham di Asia. Perdagangan di lantai bursa di Asia pun terkoreksi cukup tajam akibat aksi jual.

Harga minyak jenis Brent pain pada pasar berjangka untuk bulan mendatang naik mendekati 100 dolar AS per barel. Hal ini dipicu kekhawatiran unjuk rasa yang berakhir kekerasan akan memicu kerusuhan di seluruh Timur Tengah. Ketakutan akan terhambatnya pasokan minyak pada beberapa waktu mendatang membuat investor menghindari aset di kawasan Asia.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia melemah 78,44 poin atau 2,25 persen dari level penutupan akhir pekan lalu di posisi 3.487,61 ke 3.409,17.
Dari 422 saham perusahaan yang menopang indeks, hanya 22 di antaranya yang menguat, sementara 219 lainnya melemah dan 181 sisanya tidak bergerak. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup melemah Rp 9.055 per lembar saham dibandingkan penutupan sebelumnya pada Rp 9.030 per lembar saham.

Saat pembukaan perdagangan kemarin, IHSG langsung anjlok 51,038 poin (1,47 persen) ke level
3.436,572. Pelemahan itu terus berlanjut hingga penutupan perdagangan. Sementara itu, koreksi melanda nyaris semua bursa utama dunia. London FTSE 100 melemah 0,5 persen menjadi 5,851.07. Bursa DAX Jerman dibuka melemah 0,3 persen dan bursa Prancis CAC-40 langsung terkoreksi 0,6 persen.

Di Asia, bursa Nikkei terkoreksi 1,2 persen ke posisi 10.237,92, yang merupakan posisi terendah sejak awal tahun ini. Kospi Korea Selatan turun 1,8 persen menjadi 2.069,73 yang merupakan penurunan terbesar satu hari di tahun ini. Seluruh bursa saham di Singapura, India, Selandia Baru, terkoreksi secara bervariasi.

Hanya indeks gabungan Shanghai yang tercatat meningkat 1,4 persen menjadi 2,790.69 di tengah beberapa menit beli menjelang Tahun Baru Imlek. Bursa saham di Shanghai akan tutup pada 2 hingga 8 Februari.

RI waspadai harga minyak

Pemerintah akan terus mewaspadai kemungkinan kenaikan harga minyak dunia sebagai dampak pergolakan politik di Timur Tengah. “Tentu kenaikan harga minyak harus kita waspadai. Saya kira tidak ada negara yang menginginkan harga tinggi ketika ekonomi dalam keadaan sulit di dunia,” kata Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa.

Ia menambahkan, jika harga mmnyak dunia terlalu tinggi, produksi manufaktur yang sedang tumbuh akan melambat kembali dan berdampak cukup besar terhadap perekonomian meskipun menurutnya kisruh politik di Mesir dan Tunisia belum terlalu berdampak terhadap harga minyak sehingga pemerintah harus mengubah asumsi harga minyak Indonesia (ICP).

“Belum sampai ke situ, dampak sampai ke Indonesia saya kira belum,” ungkap Hatta. Hatta menuturkan, pengelolaan suplai dan permintaan BBM secara baik dan benar menjadi satu hal yang penting dalam mengelola harga minyak.

Pemerintah pun mulai mewaspadai dampak krisis Mesir terhadap sektor ril.” Kita belum bisa melihat atau menilai dari sisi perdagangan kita sekarang. Saya rasa kita berharap yang terbaik saja.” ujar Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu. Meski pemerintah dijadwalkan akan mengadakan pertemuan dengan Mesir, bisa jadi pertemuan itu akan dijadwal ulang mengingat kondisi terakhir.

Pemerintah pun tetap akan melakukan langkah antisipasi dan bila perlu melakukan antisipasi jika kondisi memburuk. Sementara itu, Komite Tetap Kadin Timur Tengah dan OKI Fahri Tayeb mengatakan eksportir dalam negeri cenderung untuk menunggu dan menyetop perdagangannya ke Mesir.

“Sejak satu pekan lalu sudah disetop melihat kepastian kondisi terlebih dahulu,” ujarnya. Kecuali, bagi barang yang sudah berada di perjalanannya. “Mereka juga menyetop impornya terlebih dahulu untuk melihat keadaan, yang sudah telanjur terkirim, akan bertambah ongkos gudangnya,” jelasnya.

Namun, yang perlu membuat pengusaha waswas, kata dia, yakni jika koniflik itu merembet ke kawasan Timur Tengah dan sekitar. Sebab, konflik di Tunisia itu juga bisa berdampak ke Yaman atau Lebanon.

Ekspor Indonesia ke Mesir, antara lain, berupa mmnyak kelapa sawit atau Crude Palm Oil (CPO), elektronik, kertas, dan tekstil, sedangkan neraca perdagangan Indonesia dengan Mesir Januari-Oktober 2010 sebesar 582.6 90 juta dolar AS dengan rincian angka ekspor sebesar 736,581 miliar dolar AS dan impor 153,890 miliar dolar AS. [FOOTNOTE]Republika, Teguh Firmansyah, Wulan Tunjung Palupi[/FOOTNOTE]

[h=1]Pembagian Tauhid[/h]

Pengasuh : Ustaz Bachtlar Nasir



Assalamualaikum wr wb

Ustaz, teman saya mengatakan. pembagian tauhid menjadi tauhid rububiyah, tauhid uluhiyah, dan tauhid asma’ wa sifat Allah itu adalah bid’ah. Katanya, Rasulullah SAW tidak pernah membagi tauhid seperti itu. Mohon penjefasan. terima kasih.

Slamet Riyadi
Cepu, Jawa Tengah




Waalaikumussalam wr wb

Pemagian tauhid menjadi tauhid rububiyah, tauhid uluhiyah, dan tauhid asma’ wa sifat Allah secara nash memang tidak ada dakam Al-quran dan hadis. Namun, bukan bearati hal tersebut adalah bid’ah atau sesat.

pembagian macam-macam tauhid tersebut memang kesimpuIan dan ijtihad para ulama setelah memperhatikan secara cermat beberapa dalil dalam Al-quran, sunah, dan atsar shahaby.

Pembagan tauhid tersebut sangat membantu para penuntut ilmu dan awam dalam upaya mengenal dan menauhidkan Allah. Seperti halnya kita belajar fikih tentang wudhu, ulama Maznab Suafi'i setelah melihat beberapa dalil menyimpulkan bahwa rukun wudhu ada enam, yaitu niat memabasuh muka membasuh tangan, nengusap kepala, membasuh kaki dan tertib. Di masa itu. Wallahu a'lam bish shawab. [FOOTNOTE]Republika[/FOOTNOTE]



















[h=1]Reference & Resources[/h]
[REFLIST]1[/REFLIST]
 
Back
Top