5 Mei 2011 (Berita-Sejarah-Tanggal)

Megha

New member
[h=1]Asean Sorot Stok Pangan[/h]

Indonesia jangan sampai kecolongan!

JAKARTA—Indonesia bersama negara-negara anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara atau ASEAN sepakat untuk menjaga masalah ketahanan pangan (food security) di wilayah ASEAN. Keamanan pangan menjadi isu penting sebagai upaya dini penanggulangan krisis pangan di kawasan.

Menko Perekonoinian RI Hatta Rajasa mengatakan, Indonesia bersama Malaysia dan Filipina bisa menjadi gudang pangan (food basket) bagi ASEAN. Hal ini, kata Hatta, mengingat cadangan pangan ASEAN bersama tiga negara lain —Cina, Jepang, dan Korea Selatan— mencapai 720 ribu ton. Adapun Indonesia menyumbang kontribusi 14 ribu ton.

Keamanan pangan dirasa penting sebagai upaya mengatasi kemungkinan keadaan darurat pangan karena meroketnya harga kebutuhan bahan pokok di ASEAN dan sekitarnya. “Jadi, bukan hanya mengatasi keadaan darurat, tapi menyediakan food basket sebagai lembaga pangan ASEAN,” kata Hatta seusai bertemu sejumlah pejabat ekonoini ASEAN di sela-sela pertemuan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-18 ASEAN, Jumat (6/5).

Indonesia berharap, anggota ASEAN bersepakat meningkatkan cadangan beras sebagai antisipasi dampak buruk perubahan iklim. “Selain menjaga ketahanan pangan juga dapat dijadikan alat stabilisasi harga,” kata Menteri Pertanian RI Suswono seusni mengikuti pertemuan Komunitas Ekonoini ASEAN (AEC) dan Koinisioner Uni Eropa untuk Perdagangan, Jumat (6/5).

Menurut Suswono, peningkatan cadangan pangan sebagai salah satu isu penting yang dibahas pada KTT ASEAN untuk menciptakan ketahanan pangan berkelanjutan. Thtal cadangan yang disepakati mencapal 878 ribu ton, yang masingmasing negara diberi tanggung jawab menyiapkan cadangan dalam jumlah tertentu.

Sedangkan Jepang, Cina, dan Korea Selatan menyiapkan beras lebih dan 200 ribu ton dan selebihnya disiapkan masing-masing negara ASEAN. “Indonesia diininta bertanggung jawab menyiapkan cadangan beras 12 ribu ton, tapi kita siap hingga 25 ribu ton.”

Menurut Suswono, kesiapan ASEAN untuk memenuhi cadangan beras itu diharapkan dapat menjadi salah satu rekomendasi penyelenggaraan KTT ASEAN kali ini. Dan, diharapkan akan ditandatangani pada pertemuan ke-33 AMAF pada Oktober 2011 di Jakarta. [FOOTNOTE]Republika 5 Mei 2011, Hiru Muhammad/Fitria Andayani[/FOOTNOTE]

[h=2]5 Mei 2011[/h]



[h=1]Sebulan, Tiga Tewas dari KRL, Penumpang di atas gerbong akan diproses hukum[/h]

KEBON SIRIH—Jumlah penumpang tewas yang naik atap kereta rel listrik (KRL) tahun lalu mencapai 40 orang. Kepala Daerah Operasi (Daops) I Jakarta, Purnomo Radiq Y, menyebutkan bahwa jumlah korban yang jatuh dari atap KRL rata-rata tiga orang per bulan.

Semua korban terjatuh saat menumpang KRL ekonomi, dan tewas seketika akibat tersengat listrik. Tabuh mereka terbakar akibat jatuh tersengat listrik tegangan mencapai 1.500 volt.

Untuk mencegah terus bertambahnya korban, Purnorno menginstruksikan jajarannya menggelar operaSi penumpang di atas atap KRL mulai 10 Mei. Pada tahap awal, kata Purnomo, operasi yustisi dilakukan di Stasiun Pasar Minggu. Selanjutnya akan mencakup beberapa titik stasiun di wilayah Jabodetabek.

Operasi itu, sambung Purnomo, akan melibatkan aparat Kementerian Perhubungan, Polda Metro Jaya, garnisun, kejaksaan, dan pengadilan di DKI Jakarta yang jumlah aparatnya meneapai 150 orang. “Operasi yustisi akan dilakukan selama dua pekan,” kata Purnomo, Rabu (4/5).

Setelah operasi yustisi di pagi hari, kegiatan sore hari PT Kereta Api indonesia (KAI) Daops I Jakarta akan langsung memasang penyemprot air secara permanen di beberapa titik persimpangan KRL. Penyemprot air itu, kata Purnomo, diberi pewarna agar baju penumpang di atas kereta yang terkena semprot teridentifikasi melakukan pelanggaran. “Sehingga jika sampai di stasiun, petugas tinggal menangkap dan memproses hukum yang bersangkutan,” ujarnya.

Pihaknya juga akan memasang rambu tanda bahaya yang dipasang di tiang lalu lintas untuk mencegah penumpang naik ke atap KRL. Cara lainnya, dengan menurunkan troli pada kabel listrik aliran atas menjadi rendah. Sehingga tak memberi ruang kepada orang untuk duduk di situ.

Jika tetap nekat, kata Purnomo, keselamatan panumpang bandel itu terancam jika memaksakan diri tak turun. Sebab, yang bersangkutan bisa tertubruk rambu tersebut yang berpotensi menimpa kepalanya.

Dikatakannya, sesuai Pasal 183 ayat 1 dan 207 UU Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian, jika melanggar aturan itu penumpang bisa dikenakan pidana penjara paling lama tiga bulan dan/atau pidana paling besar Rp 15 juta. Purnomo mengatakan, jika dalam operasi yustisi terdapat penumpang yang tahun lalu tercatat melanggar, maka akan langsung dikenakan hukuman maksimal. “Dalam operasi, kami juga siapkan mobil tahanan agar palanggar yang tertangkap bisa langsung dihukum saat itu juga” jelas Purnomo.

Purnomo menyatakan bahwa penumpang di atas atap itu terbagi tiga jenis. Panumpang yang memang soksokan agar terlihat jagoan, penumpang yang menghindari petugas agar tak ditarik

tiket, dan penumpang yang tak terangkut di dalam gerbong yang penuh. Perilaku penumpang naik atap kereta yang sudah puluhan. tahun coba dihentikan itu diakui Purnomo susah ditertibkan. Padahal, pihaknya sudah melakukan berbagai rekayasa teknik untuk mencegahnya.

Ia menyebut bahwa masalah utama itu akibat tarif KRL yang super murah, Dari Jakarta menuju Depok, penumpang hanya membayar Rp 1.000. Akibatnya, gerbong ditambah terus, jika tarif tetap murah pasti tak akan mampu menampung penumpang. Maski begitu, pihaknya akan menertibkan penumpang di atas atap, sebab itu membahayakan diri. “ini untuk menunjukkan citra bangsa Indonesia di mata dunia agar lebih baik,” kata Pumomo. [FOOTNOTE]Republika/c13 5 mei 2011, maghfiroh yenny[/FOOTNOTE]


[h=1]PDB Diprediksi Rp 7.400 T [/h]

Ekonomi Indonesia triwulan I 2011 tumbuh 6,5 persen.

JAKARTA Badan Pusat Statistik (BPS) memperkirakan nominal produk domestik bruto (PDB) Indonesia hingga akhir 2011 ini bisa sekitar Rp 7.400 triliun. Angka proyeksi itu diperoleh dari nilai nominal PDB atas dasar harga berlaku triwulan I 2011 sebesar Rp 1.732,3 triliun.
“Dinamika ekonomi sepanjang 2011 mi akan terjadi. Dengan pertimbangan ekonometrika itu kira-kira PDB pada 2011 kita proyekSi bisa mencapai Rp 7.400 triliun,” ujar Kepala BPS Rusman Heriawan dalam konferensi pers di kantornya, Kamis (5/5).

Sedangkan apabila jumlah penduduk Indonesia sebanyak 241 juta, kata dia, maka PDB per kapita pada 2011 mencapai Rp 30,7 juta atau setara 3.550 dolar AS dengan kurs Rp 8.800 per dolar AS. PDB per kapita sepanjang 2010 masih sekitar 3.000 dolar AS.

Rusnian memberi catatan, PDB per kapita pada 2011 bisa 3.550 dolar AS asalkan kurs tetap stabil. Ia melihat, kecenderungan rupiah terus menguat. “Sekarang bisa 3.550 (dolar AS) asal kurs juga stabil pada tingkatan Rp 8.650 (per satu dolar AS) karena triwulan I mi yang sudah terjadi kurs Rp 8.800 (per satu dolar AS), tapi sekarang semakin menguat,” katanya. Kemudian, nilai tukar rupiah pada akhir 2011 bisa mencapai Rp 8.500 per dolar AS.

Menurutnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan I 2011 sebesar 6,5 persen dibanding tahun sebelumnya. Jika dibandingkan dengan triwulan Sebelumnya, pertumbuhan sebesar 1,5 persen.
Dan pertumbuhan 6,5 persen pada triwulan I 2011, pertumbuhan tertinggi dibanding triwulan sebelurimya terjadi pada sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan sebesar 18,1 persen, diikuti sektor keuangan, real estat, dan jasa perusahaan sebesar 2,7 persen.

“Pada tniwulan 12011, mulai memasuki masa panen untuk pad dan tanaman pangan lain, pada triwulan IV 2010 yang masih paceklik,” ujar Rusman.

Sementara, pertumbuhan tertinggi dibandingkan tahun Sebelumnya (year on year/yoy) terjadi di sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 13,8 persen; perdagangan hotel restoran (7,9 persen); keuangan, real estat, dan jasa perusahaan (7,3 persen).

“Yang paling booming (pertumbuhan tertinggi) itu (penjualan) telepon selular,” kata dia. Selain sektor komunikasi, pertumbuhan tinggi terjadi pada sektor pengangkutan. Dia mencontohkan harga penjualan Sepeda motor yang sangat murah, sehingga sudah tidak bisa disebut lagi sebagai barang konsumtif.

Penyumbang pertumbuhan 6,5 persen pada triwulan I 2011 berasal dari keuangan, jasa real estat, dan perusahaan sebesar 0,7 persen, jasa-jasa (0,7 persen). Ekonom Institute for Development of Economic and Finance (Indef) Ahmad Erani Yustika menilai, pertumbuhan ekonomi 6,5 persen di kuartal I 2011 mi merupakan pencapaian pemerintah. Tapi, ia mengingatkan pertumbuhan ekonomi masih belum merata.

“Persoalannya bukan pada peningkatan pertumbuhan ekonomi, melainkan kualitasnya.”
Menurut dia, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih ditopang sektor-sektor nontradeable, seperti pertanian. “Itu tidak bagus karena sebagian masyarakat kita bekerja di infrastruktur,” katanya.

Pertumbuhan ekonomi hanya dinikmati kalangan tertentu saja. “Pertumbuhan ekonomi hanya dinikmati para elite saja,” tegasnya. Hal itu, katanya, akan menjadi sebuah ketimpangan. [FOOTNOTE]Republika, M Ikhsan Shiddieqy/zaky al hamzah[/FOOTNOTE]

[h=1][Opini] Agenda Mendesak ASEAN[/h]

M Zaki Roushon Fikri
Alumnus Program S2 Hubungan
Internasional UGM

Menjelang digelarnya KTT ASEAN ke-18 pada 7-8 Mei 2011, konflik perbatasan kembali terjadi antara Thailand dan Kamboja yang memperebutkan Kuil Preah Vihear. Konflik antara Thailand dan Kamboja ini kembali terjadi setelah pada 2008 kedua negara terlibat dalam konflik berdarah yang menimbulkan korban Jiwa. Selain Thailand dan Kamboja, Indonesia dan Malaysia adalah negara anggota ASEAN yang sering terlibat konflik di perbatasan. Seperti saat petugas menangkap dua kapal nelayan Malaysia yang menangkap ikan di perairan Indonesia namun dihalang-halangi oleh petugas Malaysia, dan ketegangan yang terjadi di Blok Ambalat.
Ketegangan di perbatasan negara-negara ASEAN telah terjadi sejak lama, bahkan perundingan perbatasan tentang landas kontinen Indonesia-Malaysia yang terkait dengan Pulau Sipadan dan Ligitan telah dimulai sejak 1969 setelah Malaysia secara sepihak memasukkan Pulau Sipadan dan Pulau Ligitan ke dalam wilayahnya.

Beberapa bulan setelah kasus Sipadan—Ligitan, perseteman Indonesia-Malaysia kembali memanas dengan munculnya kasus Blok Ambalat, di mana terjadi overlapping kegiatan eksplorasi ininyak antara Pertainina dan Petronas (Mustaf a Abubakar, 2006). Bahkan, selama Maret-April 2005, baik Indonesia maupun Malaysia telah melakukan show of force kekuatan muter masing-masing di perbatasan.

Sebagai organisasi regional yang didirikan untuk meningkatkan perdamaian dan stabilitas kawasan, ASEAN tidak mampu mencegah konflik antarnegara anggotanya. Hal ini disebabkan karena ASEAN hanya bisa memenuhi dua unsur dan tiga unsur regionalisme. Unsur regionalisme yang pertama adalah region, yaitu adanya pengalaman sejarah yang sama dan rasa meiniliki masalah yang sama di antara kelompok negara dalam wilayah yang berdekatan, Negara-negara anggota ASEAN kecuali Thailand meiniliki pengalaman sejarah yang sama, yaitu sebagai negara yang pernah dijajah oleh negara lain.

Kesamaan pengalaman pahit ini membuat lima negara pendiri ASEAN meiniliki masalah yang sama, dan duduk bersama untuk menyusun dan menyetujui deklarasi Bangkok pada 1967. Namun, pengalaman pahit ini membuat kedaulatan menjadi isu yang sangat sensitif bagi negara anggota ASEAN, dan dalam perkembangannya ASEAN menjadi organisasi yang relatif lemah karena perjanjian-perjanjian ASEAN hanya mengikat secara normatif namun tidak mengikat secara hukum, karena negara-negara anggota ASEAN tidak bersedia menyerahkan sebagian kedaulatannya kepada ASEAN.

Unsur kedua adalah regionalization, yang merupakan sebuah proses menuju terciptanya kerja sama regional di berbagai bidang dalam satu kawasan. Proses ini ditandai oleh interaksi dengan negara yang berada di region, yang sama lebih intensif dibandingkan dengan negara di luar region. Unsur kedua ini telah dipenuhi ASEAN, terbukti dengan intensifnya pertemuan-pertemuan para peinimpin ASEAN. Bahkan, Indonesia akan menjadi tuan rumah KTT ASEAN ke-18 yang akan diselenggarakanpada 7-8 mei 2011.

Unsur ketiga adalah regionalism, yaitu terciptanya organisasi yang memberi bentuk terhadap region di dalam sebuah legal dan institutional sense, dan meiniliki aturan main yang dipatuhi oleh negara-negara di dalam region tersebut. Sebagai organisasi kawasan, ASEAN tidak meiniliki aturan main yang mengikat untuk menyelesaikan konffikkonflik yang terjadi antaranggotanya.

Sejarah mencatat bahwa konflik perbatasan yang terjadi antara negara-negara anggota ASEAN biasanya diselesaikan secara bilateral atau mengundang pihak ketiga di luar ASEAN. Seperti kasus Sipadan-Ligitan yang diselesaikan oleh Mahkamah Internasional, dan konflik Malaysia-Filipina sejak 1970-an yang dimediasi oleh Thailand kemudian digantikan oleh Indonesia.

Salah satu tujuan dibentuknya ASEAN seperti yang trcantum dalam Deklarasi Bangkok adalah untuk meningkatkan perdamaian dan stabilitas kawasan dengan jalan rnenghorrnati keadilan dan tertib hukum di dalarn hubungan antara negara-negara di kawasan, serta mematuhi prinsip-prinsip Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa. Bab VIII Piagam ASEAN pun menyatakan bahwa negara-negara anggota ASEAN untuk menyelesaikan sengketa secara damai melalui dialog, konsultasi, dan negosiasi.

Negara-negara anggota yang terlibat dalam suatu sengketa dapat menyelesaikan sengketanya dengan mekanisme jasa-jasa baik, konsiliasi, atau mediasi, dan meininta kepada peinimpin ASEAN atau sekjen ASEAN untuk menyediakan mekanisme tersebut. Sayangnya, Pasal 20 Piagam ASEAN tidak mengatur lebih rinci mengenai keputusan apa saja yang dapat diambil oleh KTT untuk menangani kasus tersebut. Dengan deinikian mungkin saja terjadi para peinimpin ASEAN memutuskan untuk tidak mengambil tindakan tegas untuk menyelesaikan kasus tersebut.

Bertepatan dengan KTT ASEAN yang akan diselenggarakan pada 7-8 Mei 2011, merevisi Piagam ASEAN menjadi sebuah perjanjian yang mengikat secara hukum, baik persoalan perbatasan antara negara anggota maupun tata cara penyelesaiannya, dan merupakan salah satu agenda mendesak yang harus dilakukan para peinimpin ASEAN. Sehingga, ASEAN bisa menyelesaikan konflik yang terjadi antara negara anggota, dan ke depannya tidak ada lagi konflik yang terjadi antara negara anggota di perbatasan. Dan, cita-cita menjadikan ASEAN organisasi kawasan yang bersatu layaknya Uni Eropa dapat menjadi kenyataan. [FOOTNOTE]Koran Republika 5 Mei 2011[/FOOTNOTE]

[h=1]Pengondisan investasi DORATMANGUN DIRJEN ASEAN KEMLU RI[/h]

Bagaimana Indonesia memanfaatkan KTT ASEAN kali ini?
Untuk jangka pendek, kalau kondisi regional dan nasional aman, investasi ke Indonesia akan mudah masuk sehingga ekonoini sehingga nasional akan berkembang pesat. Sekarang ini banyak kerja sama regional berkembang di kawasan Asia. ASEAN tidak perlu meiniliki kesamaan sikap dalam menanggapi semua isu yang muncul, tapi dengan banyaknya kesamaan kita bisa bergabung..



HENDRI SAPARINI DIREKTUR ECONIT
Pastikan Dulu Kita Siap

Apa goal KTT ke-18
ASEAN dari segi ekonomi?
Ini untuk pembentukan Masyarakat Ekonoini ASEAN atau ASEAN Econoinic Community (AEC) 2015. AEC goalnya dua, yakni penyatuan pasar dan production base (basis produksi). Kita harus cermat melihat benefit dan memastikan atau menegosiasikan kesiapannya, karena ASEAN akan menjalin keinitraan dengan Jepang, Australia, Uni Eropa. Kita jangan hanya terseret arus liberalisasi yang justru merugikan sendiri. [FOOTNOTE]Koran Republika 5 Mei 2011[/FOOTNOTE]


[h=1]Asean Sorot Stok Pangan[/h]
Oleh : Hiru Muhammad, Fitria Andayani


PENGAMANAN KTT ASEAN
Petugas keamanan berjaga di depan Jakarta Convention Center saat acara KU Bisnis ASEAN, Jumat (6/5).
Pengamanan terus diperketat menjelang pelaksanaan KU ASEAN yang diawali rapat para pejabat tinggi
(Senior Officer Meeting-SOM) tanggal 4-6 Mei 2011 dan dilanjutkan dengan pertemuan puncak pada 7-8
Mei 2011 yang akan dihadiri 10 kepala negara ASEAN.

Indonesia jangan sampai kecolongan.

JAKARTA—Indonesia bersama negara-negara anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara atau ASEAN sepakat untuk menjaga masalah ketahanan pangan (food security) di wilayah ASEAN. Keamanan pangan menjadi isu penting sebagai upaya dini penanggulangan krisis pangan di kawasan.

Menko Perekonoinian RI Hatta Rajasa mengatakan, Indonesia bersama Malaysia dan Filipina bisa menjadi gudang pangan (food basket) bagi ASEAN. Hal ini, kata Hatta, mengingat cadangan pangan ASEAN bersama tiga negara lain —Cina, Jepang, dan Korea Selatan— mencapai 720 ribu ton. Adapun Indonesia menyumbang kontribusi 14 ribu ton.

Keamanan pangan dirasa penting sebagai upaya mengatasi kemungkinan keadaan darurat pangan karena meroketnya harga kebutuhan bahan pokok di ASEAN dan sekitarnya. “Jadi, bukan hanya mengatasi keadaan darurat, tapi menyediakan food basket sebagai lembaga pangan ASEAN,” kata Hatta seusai bertemu sejuiniah pejabat ekonoini ASEAN di sela-sela pertemuan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-18 ASEAN, Jumat (6/5).

Indonesia berharap, anggota ASEAN bersepakat meningkatkan cadangan beras sebagai antisipasi dampak buruk perubahan iklim. “Selain menjaga ketahanan pangan juga dapat dijadikan alat stabilisasi harga,” kata Menteri Pertanian RI Suswono seusni mengikuti pertemuan Komunitas Ekonoini ASEAN (AEC) dan Koinisioner Uni Eropa untuk Perdagangan, Jumat (6/5).

Menurut Suswono, peningkatan cadangan pangan sebagai salah satu isu penting yang dibahas pada KTT ASEAN untuk menciptakan ketahanan pangan berkelanjutan. Thtal cadangan yang disepakati mencapal 878 ribu ton, yang masingmasing negara diberi tanggung jawab menyiapkan cadangan dalam juiniah tertentu.

Sedangkan Jepang, Cina, dan Korea Selatan menyiapkan beras lebih dan 200 ribu ton dan selebihnya disiapkan masing-masing negara ASEAN. “Indonesia diininta bertanggung jawab menyiapkan cadangan beras 12 ribu ton, tapi kita siap hingga 25 ribu ton.”

Menurut Suswono, kesiapan ASEAN untuk memenuhi cadangan beras itu diharapkan dapat menjadi salah satu rekomendasi penyelenggaraan KTT ASEAN kali ini. Dan, diharapkan akan ditandatangani pada pertemuan ke-33 AMAF pada Oktober 2011 di Jakarta. [FOOTNOTE]Koran Republika 5 Mei 2011[/FOOTNOTE]





[h=1]Reference & Resources[/h]
[REFLIST]1[/REFLIST]
 
Back
Top