uRaN
New member
JAKARTA-Penetapan 20 Juli 2008 sebagai hari tanpa televisi mendapat dukungan penuh dan Komnas Perlindungan Anak (KPA). Han tanpa TV adalah momentum tepat untuk mengurangi ketergantungan anak-anak Indonesia terhadap televisi secara negatif.
Kini saatnya mengembalikan peran keluarga secara utuh untuk membentuk generasi masa depan yang lepas dan candu televisi,? tegas Sekjen KPA Arist Merdeka Sirait kepada koran mi kemann (20/7). Berdasar penelitian Yayasan Pengembangan Anak pada 2006, anak-anak usia sekolah dasarrata-rata menonton TV antara 30 jam dan 35 jam seminggu, ditambah sekitar 10 jam untuk bermain Video games.
Padahal, menurut Arist, berdasar penelitian terbaru yang dilakukan KPA, terungkap bahwa di antara 42 judul sinetron dan ikian, 62,7 persen berisimateri nonedukatif dan cenderung mempertontonkan kekerasan. ?Jika orang tua terus mengabaikan hal ini, saya yakin masa depan anak-anak Indonesia kini dipertaruhkan dengan sembrono,? ujarnya Hal senada disampaikan aktivis pembela hak anak Seto Mulyadi. Menurut dia, dengan momentum itu, saatnya telah tiba bagi para insan pertelevisian untuk sekali lagi mengintrospeksi dan menganalisis program tayangan televisi serta fokus pada acara edukatif.
Seto mendasari komentarnya path data Menkominfo yang membeberkan bahwa pada tayangan televisi, 39 persen adalah iklan, 30 persen sinetron, dan hanya 0,07 persen yang bersifat edukatif. Kalau nonton televisi tents, jadi tidak seimbang antarapsikomotorik dan psikososial. Anak-anak akan cenderung tidak kreatif. Han tanpa televisi mi penlu diapresiasi. Sebab, mi adalah langkah awal untuk meningkatkan kualitas generasi bangsa,? ujarnya. (Indopos)
Kini saatnya mengembalikan peran keluarga secara utuh untuk membentuk generasi masa depan yang lepas dan candu televisi,? tegas Sekjen KPA Arist Merdeka Sirait kepada koran mi kemann (20/7). Berdasar penelitian Yayasan Pengembangan Anak pada 2006, anak-anak usia sekolah dasarrata-rata menonton TV antara 30 jam dan 35 jam seminggu, ditambah sekitar 10 jam untuk bermain Video games.
Padahal, menurut Arist, berdasar penelitian terbaru yang dilakukan KPA, terungkap bahwa di antara 42 judul sinetron dan ikian, 62,7 persen berisimateri nonedukatif dan cenderung mempertontonkan kekerasan. ?Jika orang tua terus mengabaikan hal ini, saya yakin masa depan anak-anak Indonesia kini dipertaruhkan dengan sembrono,? ujarnya Hal senada disampaikan aktivis pembela hak anak Seto Mulyadi. Menurut dia, dengan momentum itu, saatnya telah tiba bagi para insan pertelevisian untuk sekali lagi mengintrospeksi dan menganalisis program tayangan televisi serta fokus pada acara edukatif.
Seto mendasari komentarnya path data Menkominfo yang membeberkan bahwa pada tayangan televisi, 39 persen adalah iklan, 30 persen sinetron, dan hanya 0,07 persen yang bersifat edukatif. Kalau nonton televisi tents, jadi tidak seimbang antarapsikomotorik dan psikososial. Anak-anak akan cenderung tidak kreatif. Han tanpa televisi mi penlu diapresiasi. Sebab, mi adalah langkah awal untuk meningkatkan kualitas generasi bangsa,? ujarnya. (Indopos)