resi_dj
New member
[< Jika Anda seorang wanita dan bekerja pada suatu lingkungan yang mayoritas karyawannya pria,gimana tuh rasanya? seneng karena bakal menjadi primadona ? atau malah bingung takut diremehkan?
Seperti apa pun kemampuan Anda, para pria rekan kerja Anda biasanya tetap cenderung melihat Anda sebagai sesosok manusia yang layak dijadikan "tontonan".>8o Gender lebih berbicara ketimbang apa pun.
Tak heran jika setiap gerak langkah Anda menjadi pembicaraan dan terus disorot. Merasa risih? Mungkin. Namun, begitulah nasib kebanyakan wanita, di belahan bumi mana pun. Anda yang cantik, cerdas dan cekatan akan tetap mengalami kesulitan menembus jajaran para pria ini. Meninggalkan pekerjaan bukanlah jalan keluar yang tepat, apalagi bila perusahaan memang butuh Anda, dan Anda pun suka pekerjaan tersebut. Jadi, apa yang harus Anda lakukan agar bisa masuk ke lingkungan kerja pria, termasuk juga menghadapi klien/pelanggan pria?
Yuk simak tips berikut (hehe, lupa sumbernya dari mana)
1. JADIKAN MEREKA SEBAGAI TEMAN
Ambil kesempatan untuk berbicara dari hati ke hati dengan rekan kerja, terutama pria, yang bekerja di bawah perintah Anda. Jangan kaget bila ada di antara mereka yang tega berkata, "Saya tidak bisa respek terhadap Anda dan tidak ingin diperintah oleh seorang wanita."
Tak perlu berkecil hati. Katakan bahwa Anda menghargai kejujurannya, namun Anda tetap harus menjalankan tugas dan kewajiban yang dibebankan perusahaan. Ajak ia mencari jalan keluar, bila perlu lakukan pekerjaan itu bersama di awalnya. Bila perlu, berikan pula sederet nama rekan kerja Anda yang terdahulu, baik pria maupun wanita. Izinkan dia menghubungi beberapa dari deretan nama itu, agar ia dapat mengenal Anda lebih dalam.
Berikan kepercayaan terkontrol pada rekan pria, apalagi yang kebetulan menjadi bawahan. Selalu dahului dengan kata "Tolong dst." Ini penting bagi kita yang hidup di dunia timur yang menjunjung tinggi tata etika. Bila suatu ketika Anda harus 'bersembunyi' dahulu, berlapang dadalah. Misalnya, tidak langsung tampil sebagai pimpinan dalam suatu tender, misalnya. Bisa jadi, itu karena faktor tertentu. Sepanjang lingkungan Anda, yang mayoritas pria, sepenuhnya mendukung, tidak mustahil Anda akan langsung diperkenalkan begitu tender dimenangkan.
2. BANGUN HUBUNGAN BAIK
Dalam melaksanakan suatu tugas, tentu kita tidak berkutat pada lingkungan kerja yang itu-itu saja. Acapkali, kita butuh dukungan dari bagian lain, biasanya bagian data. Namun begitu, mendapatkan dukungan dari pihak lain sering tidak semulus yang Anda duga. Tidak sedikit yang menimbulkan rasa jengkel, meskipun Anda tahu bahwa Anda dan mereka masih dalam satu perusahaan.
Apalagi bila Anda wanita, dan kepala departemen lainnya itu adalah pria. Barangkali, bahkan, Anda sering merasa dipermainkan. Dilempar seperti bola ping-pong, seolah mereka tidak peduli dengan tugas, hak dan kewajiban Anda sebagai pimpinan pada departemen yang lain.
Nah, dalam kondisi seperti ini, yang perlu Anda lakukan adalah pendekatan yang sedikit tegas tanpa harus sombong. Ingat, pria sering takluk oleh kelembutan wanita. Tak perlu terlalu menonjolkan kelembutan jika tidak ingin dicap genit. Tetaplah bersikap sebagaimana wanita pada umumnya namun tegas. Ini bisa melalui intonasi bicara Anda. Beri intonasi dengan ketegasan pada tiap tekanan kalimat yang perlu.
Kedua, tunjukkan luasnya pengetahuan Anda. Jangan biarkan mereka berpikir, "Cewek, tau apa sih?" Sebagai contoh. Jika Anda wanita yang bekerja pada bidang IT. Sebelum memulai pembicaraan untuk mendapatkan data mutakhir mengenai prosesor misalnya, Anda bisa memulainya dengan, "Saya Anita dari PT Saya ingin mengetahui apa yang sudah Anda rencanakan untuk mengantisipasi keluaran prosesor terbaru," dan seterusnya.
Semakin luas pengetahuan Anda pada bidang yang dianggap 'khas' milik pria, maka Anda akan semakin 'dianggap' oleh mereka!
3. JADIKAN DIRI ANDA SEBAGAI "KAMUS"
Intinya, Anda bisa menempatkan diri sebagai pribadi yang multifungsi, berguna banyak. Pengetahuan yang luas, membuat Anda menjadi 'rebutan' banyak pihak. Menjadi sumber informasi, tempat bertanya bagi solusi berbagai macam masalah.
Bekerja keras seperti pria, misalnya menjadi workaholic, tanpa batas waktu, saat ini tidaklah cukup. Kemampuan fisik tanpa diimbangi kemampuan pikiran, bagi wanita, akan tetap dipandang sebelah mata.
Jelilah juga pada kebutuhan perusahaan. Teliti beberapa masalah krusial yang tidak terpaku hanya pada bidang yang Anda geluti. Bila ada kesempatan, mintalah izin pimpinan agar Anda mendapat kesempatan mengatasi kesulitan tersebut. Lebih baik bila masalah itu di luar bidang Anda. Setiap masalah yang Anda tangani dengan baik bisa menjadi kredit bagi promosi Anda selanjutnya.
4. PEKA TERHADAP PIMPINAN YANG TAK ADIL
Semua usaha seperti disebut di atas tentu dapat berjalan dengan baik jika Anda memiliki pimpinan yang dapat memberi penilaian yang jujur dan adil, terutama pada pekerjaan seorang wanita. Sebagaimana dalam banyak film di bioskop kita dapati, pria cenderung merasa tersaingi oleh wanita yang lebih pandai dari dirinya. Apalagi bila pria itu seorang pimpinan tinggi dan Anda berada di bawah komandonya dalam struktur perusahaan.
Pimpinan seperti ini memang sulit ditembus. Anda mungkin pernah mengalami, ide Anda ditolak mentah-mentah, sementara ide serupa yang dilontarkan rekan kerja Anda yang selevel langsung disambut dengan jawaban: "Ya! Menarik sekali!" Nah, salah satu cara dalam situasi seperti ini adalah mengusahakan untuk pindah dari bagian tersebut. Kemampuan Anda yang seperti kamus tentu memungkinkan untuk dipindah ke bagian mana pun. Departemen apa pun akan cocok untuk Anda, kok.
5. CARILAH MENTOR
Sudah pasti, agar bisa bersinar dalam karier, selain performa harus prima, wanita juga harus menghasilkan pekerjaan yang maksimal. Dengan demikian, prestasinya bisa tercatat dalam perusahaan.
Bila pimpinan Anda kurang dapat mendukung karier Anda, termasuk mereka yang kurang 'adil, sebelum memutuskan pindah bagian, sebaiknya Anda dapat menemukan seorang mentor. Ia bisa juga seorang teman baik di perusahaan. Ia haruslah pria yang pandai dan sukses meniti karier di perusahaan tersebut. Timbalah ilmunya, biarkan ia turut men-support sepak terjang Anda dalam meniti karier. Mintalah advis darinya.
Anda akan memperoleh 2 keuntungan, yakni pengalamannya yang dapat Anda gunakan dalam bekerja, serta seorang "sekutu" yang sangat memahami Anda, terutama pendekatan Anda ketika mengatasi masalah.
6. JELI DAN CERDIK MEMANFAATKAN WAKTU
Banyak masalah yang akhirnya meruncing hanya karena ketidaksabaran. Begitu waktu berlalu, baru terpikir dan timbul penyesalan. Ungkapan seperti: "Ya coba kalau waktu itu begini," dan seterusnya pun sering terdengar.
Misalnya, dalam suatu rapat Anda terus dikonfrontir oleh rekan kerja pria yang selalu menentang dan mematahkan ide Anda. Cobalah menarik napas dan sedikit bersabar. Jangan emosi. Biarkan ia berbicara, setelah itu coba sindir dengan ungkapan yang berbau humor, seperti: "Anda terus berseberangan dengan saya. Tampaknya kita tidak bisa bersatu. Persis seperti saya dan Bapak saya atau mantan suami saya." Tepat mengena, namun Anda coba memancing tawa dari peserta rapat lainnya.
Atau bila suatu ketika ide Anda ditolak mentah-mentah, sementara ide serupa dari rekan pria diberi acungan jempol; sekali lagi, tahanlah emosi Anda. Ingat: JELI DAN CERDIKLAH MEMANFAATKAN WAKTU! Biarkan rapat itu berakhir dan ambil waktu yang tepat untuk menyampaikan langsung protes Anda pada pimpinan. Bila perlu, mintalah dukungan dari mentor Anda.
7. PEKA TERHADAP LINGKUNGAN KERJA
Sepertinya sepele namun sebenarnya sangat penting. Setiap orang memiliki perbedaan. Misalnya, dua staf pria Anda "berseteru." Di depan Anda, memang mereka tampak rukun. Namun, di belakang Anda, mereka akan selalu menjelek- jelekkan. Untuk sebuah ritme kerja perusahaan, tentu ini tidak baik.
Anda harus peka terhadap kebutuhan dan persoalan yang mereka hadapi. Peranan seorang mentor dalam menghadapi kesulitan ini sangat berarti. Sementara pimpinan teratas biasanya hanya berbicara teori, maka Anda yang di level tengah justru lebih rumit, lantaran selain berpikir tentang manajemen bisnis, juga bagaimana memenej manusia yang beragam di dalamnya agar tujuan perusahaan tercapai. Pengalaman dari seorang mentor yang cukup lama di dalam perusahaan tentu akan sangat berarti buat Anda.
8. ILMU DARI KELUARGA DEKAT
Pengalaman orang yang lebih senior, baik dari segi usia maupun pengalaman, bisa menjadi pertimbangan. Dari tahun ke tahun, intrik di lingkungan kerja biasanya tidak akan jauh bergeser. Bahkan tidak mungkin, pengalaman ibu Anda jauh lebih bijaksana bila diterapkan di masa kini yang segala sesuatunya cenderung tidak mengindahkan lagi tata krama. Selain itu, pengalaman dari keluarga sendiri biasanya tanpa filter.
Jadikan semua itu semacam buku pedoman yang berjalan. Jangan dulu menganggap kuno pendekatan yang diterapkan paman/bibi ataupun bapak Anda. Yang penting, mereka pernah mengalami masalah yang sama dengan Anda atau minimal ada kemiripan. Tinggal Anda yang tahu bagaimana menyesuaikannya dengan lingkungan di perusahaan Anda sekarang.
9. SIAP MENANGGUNG RISIKO
Sejak awal, perhitungkan masak-masak apa yang akan Anda lakukan. Sadari pula sejak dini bahwa berkarier di tengah-tengah pria adalah ibarat liliput di tengah-tengah sejumlah raksasa. Penuh tantangan dan pengorbanan. Wanita selalu dipandang lemah, tidak berdaya dan cenderung kurang mampu memimpin.
Sebaiknya siapkan strategi tentang langkah apa saja yang akan ditempuh. Buatlah beberapa rencana. Bila rencana A tidak berjalan mulus, coba perhitungkan rencana B. Jangan bersikap konyol dengan asal terjun tanpa perhitungan. Saat ini, tingkat kompetisi sangatlah tinggi, Anda tidak bisa lagi bermain-main dengan kesempatan.
Kesempatan saja sudah semakin tipis, apalagi wanita yang kadang kurang diperhitungkan untuk bekerja di level manajemen. Wanita dipandang layak untuk hal yang amat sekretarial. Nah, jangan sampai terjebak pada cap yang seperti ini. Sebab itu, sekali lagi, buatlah rencana matang ketika akan mulai bekerja di 'ladang' para pria. Banyaklah bertanya dan membaca beberapa buku yang bermanfaat.
-semoga bermanfaat-
Seperti apa pun kemampuan Anda, para pria rekan kerja Anda biasanya tetap cenderung melihat Anda sebagai sesosok manusia yang layak dijadikan "tontonan".>8o Gender lebih berbicara ketimbang apa pun.
Tak heran jika setiap gerak langkah Anda menjadi pembicaraan dan terus disorot. Merasa risih? Mungkin. Namun, begitulah nasib kebanyakan wanita, di belahan bumi mana pun. Anda yang cantik, cerdas dan cekatan akan tetap mengalami kesulitan menembus jajaran para pria ini. Meninggalkan pekerjaan bukanlah jalan keluar yang tepat, apalagi bila perusahaan memang butuh Anda, dan Anda pun suka pekerjaan tersebut. Jadi, apa yang harus Anda lakukan agar bisa masuk ke lingkungan kerja pria, termasuk juga menghadapi klien/pelanggan pria?
Yuk simak tips berikut (hehe, lupa sumbernya dari mana)
1. JADIKAN MEREKA SEBAGAI TEMAN
Ambil kesempatan untuk berbicara dari hati ke hati dengan rekan kerja, terutama pria, yang bekerja di bawah perintah Anda. Jangan kaget bila ada di antara mereka yang tega berkata, "Saya tidak bisa respek terhadap Anda dan tidak ingin diperintah oleh seorang wanita."
Tak perlu berkecil hati. Katakan bahwa Anda menghargai kejujurannya, namun Anda tetap harus menjalankan tugas dan kewajiban yang dibebankan perusahaan. Ajak ia mencari jalan keluar, bila perlu lakukan pekerjaan itu bersama di awalnya. Bila perlu, berikan pula sederet nama rekan kerja Anda yang terdahulu, baik pria maupun wanita. Izinkan dia menghubungi beberapa dari deretan nama itu, agar ia dapat mengenal Anda lebih dalam.
Berikan kepercayaan terkontrol pada rekan pria, apalagi yang kebetulan menjadi bawahan. Selalu dahului dengan kata "Tolong dst." Ini penting bagi kita yang hidup di dunia timur yang menjunjung tinggi tata etika. Bila suatu ketika Anda harus 'bersembunyi' dahulu, berlapang dadalah. Misalnya, tidak langsung tampil sebagai pimpinan dalam suatu tender, misalnya. Bisa jadi, itu karena faktor tertentu. Sepanjang lingkungan Anda, yang mayoritas pria, sepenuhnya mendukung, tidak mustahil Anda akan langsung diperkenalkan begitu tender dimenangkan.
2. BANGUN HUBUNGAN BAIK
Dalam melaksanakan suatu tugas, tentu kita tidak berkutat pada lingkungan kerja yang itu-itu saja. Acapkali, kita butuh dukungan dari bagian lain, biasanya bagian data. Namun begitu, mendapatkan dukungan dari pihak lain sering tidak semulus yang Anda duga. Tidak sedikit yang menimbulkan rasa jengkel, meskipun Anda tahu bahwa Anda dan mereka masih dalam satu perusahaan.
Apalagi bila Anda wanita, dan kepala departemen lainnya itu adalah pria. Barangkali, bahkan, Anda sering merasa dipermainkan. Dilempar seperti bola ping-pong, seolah mereka tidak peduli dengan tugas, hak dan kewajiban Anda sebagai pimpinan pada departemen yang lain.
Nah, dalam kondisi seperti ini, yang perlu Anda lakukan adalah pendekatan yang sedikit tegas tanpa harus sombong. Ingat, pria sering takluk oleh kelembutan wanita. Tak perlu terlalu menonjolkan kelembutan jika tidak ingin dicap genit. Tetaplah bersikap sebagaimana wanita pada umumnya namun tegas. Ini bisa melalui intonasi bicara Anda. Beri intonasi dengan ketegasan pada tiap tekanan kalimat yang perlu.
Kedua, tunjukkan luasnya pengetahuan Anda. Jangan biarkan mereka berpikir, "Cewek, tau apa sih?" Sebagai contoh. Jika Anda wanita yang bekerja pada bidang IT. Sebelum memulai pembicaraan untuk mendapatkan data mutakhir mengenai prosesor misalnya, Anda bisa memulainya dengan, "Saya Anita dari PT Saya ingin mengetahui apa yang sudah Anda rencanakan untuk mengantisipasi keluaran prosesor terbaru," dan seterusnya.
Semakin luas pengetahuan Anda pada bidang yang dianggap 'khas' milik pria, maka Anda akan semakin 'dianggap' oleh mereka!
3. JADIKAN DIRI ANDA SEBAGAI "KAMUS"
Intinya, Anda bisa menempatkan diri sebagai pribadi yang multifungsi, berguna banyak. Pengetahuan yang luas, membuat Anda menjadi 'rebutan' banyak pihak. Menjadi sumber informasi, tempat bertanya bagi solusi berbagai macam masalah.
Bekerja keras seperti pria, misalnya menjadi workaholic, tanpa batas waktu, saat ini tidaklah cukup. Kemampuan fisik tanpa diimbangi kemampuan pikiran, bagi wanita, akan tetap dipandang sebelah mata.
Jelilah juga pada kebutuhan perusahaan. Teliti beberapa masalah krusial yang tidak terpaku hanya pada bidang yang Anda geluti. Bila ada kesempatan, mintalah izin pimpinan agar Anda mendapat kesempatan mengatasi kesulitan tersebut. Lebih baik bila masalah itu di luar bidang Anda. Setiap masalah yang Anda tangani dengan baik bisa menjadi kredit bagi promosi Anda selanjutnya.
4. PEKA TERHADAP PIMPINAN YANG TAK ADIL
Semua usaha seperti disebut di atas tentu dapat berjalan dengan baik jika Anda memiliki pimpinan yang dapat memberi penilaian yang jujur dan adil, terutama pada pekerjaan seorang wanita. Sebagaimana dalam banyak film di bioskop kita dapati, pria cenderung merasa tersaingi oleh wanita yang lebih pandai dari dirinya. Apalagi bila pria itu seorang pimpinan tinggi dan Anda berada di bawah komandonya dalam struktur perusahaan.
Pimpinan seperti ini memang sulit ditembus. Anda mungkin pernah mengalami, ide Anda ditolak mentah-mentah, sementara ide serupa yang dilontarkan rekan kerja Anda yang selevel langsung disambut dengan jawaban: "Ya! Menarik sekali!" Nah, salah satu cara dalam situasi seperti ini adalah mengusahakan untuk pindah dari bagian tersebut. Kemampuan Anda yang seperti kamus tentu memungkinkan untuk dipindah ke bagian mana pun. Departemen apa pun akan cocok untuk Anda, kok.
5. CARILAH MENTOR
Sudah pasti, agar bisa bersinar dalam karier, selain performa harus prima, wanita juga harus menghasilkan pekerjaan yang maksimal. Dengan demikian, prestasinya bisa tercatat dalam perusahaan.
Bila pimpinan Anda kurang dapat mendukung karier Anda, termasuk mereka yang kurang 'adil, sebelum memutuskan pindah bagian, sebaiknya Anda dapat menemukan seorang mentor. Ia bisa juga seorang teman baik di perusahaan. Ia haruslah pria yang pandai dan sukses meniti karier di perusahaan tersebut. Timbalah ilmunya, biarkan ia turut men-support sepak terjang Anda dalam meniti karier. Mintalah advis darinya.
Anda akan memperoleh 2 keuntungan, yakni pengalamannya yang dapat Anda gunakan dalam bekerja, serta seorang "sekutu" yang sangat memahami Anda, terutama pendekatan Anda ketika mengatasi masalah.
6. JELI DAN CERDIK MEMANFAATKAN WAKTU
Banyak masalah yang akhirnya meruncing hanya karena ketidaksabaran. Begitu waktu berlalu, baru terpikir dan timbul penyesalan. Ungkapan seperti: "Ya coba kalau waktu itu begini," dan seterusnya pun sering terdengar.
Misalnya, dalam suatu rapat Anda terus dikonfrontir oleh rekan kerja pria yang selalu menentang dan mematahkan ide Anda. Cobalah menarik napas dan sedikit bersabar. Jangan emosi. Biarkan ia berbicara, setelah itu coba sindir dengan ungkapan yang berbau humor, seperti: "Anda terus berseberangan dengan saya. Tampaknya kita tidak bisa bersatu. Persis seperti saya dan Bapak saya atau mantan suami saya." Tepat mengena, namun Anda coba memancing tawa dari peserta rapat lainnya.
Atau bila suatu ketika ide Anda ditolak mentah-mentah, sementara ide serupa dari rekan pria diberi acungan jempol; sekali lagi, tahanlah emosi Anda. Ingat: JELI DAN CERDIKLAH MEMANFAATKAN WAKTU! Biarkan rapat itu berakhir dan ambil waktu yang tepat untuk menyampaikan langsung protes Anda pada pimpinan. Bila perlu, mintalah dukungan dari mentor Anda.
7. PEKA TERHADAP LINGKUNGAN KERJA
Sepertinya sepele namun sebenarnya sangat penting. Setiap orang memiliki perbedaan. Misalnya, dua staf pria Anda "berseteru." Di depan Anda, memang mereka tampak rukun. Namun, di belakang Anda, mereka akan selalu menjelek- jelekkan. Untuk sebuah ritme kerja perusahaan, tentu ini tidak baik.
Anda harus peka terhadap kebutuhan dan persoalan yang mereka hadapi. Peranan seorang mentor dalam menghadapi kesulitan ini sangat berarti. Sementara pimpinan teratas biasanya hanya berbicara teori, maka Anda yang di level tengah justru lebih rumit, lantaran selain berpikir tentang manajemen bisnis, juga bagaimana memenej manusia yang beragam di dalamnya agar tujuan perusahaan tercapai. Pengalaman dari seorang mentor yang cukup lama di dalam perusahaan tentu akan sangat berarti buat Anda.
8. ILMU DARI KELUARGA DEKAT
Pengalaman orang yang lebih senior, baik dari segi usia maupun pengalaman, bisa menjadi pertimbangan. Dari tahun ke tahun, intrik di lingkungan kerja biasanya tidak akan jauh bergeser. Bahkan tidak mungkin, pengalaman ibu Anda jauh lebih bijaksana bila diterapkan di masa kini yang segala sesuatunya cenderung tidak mengindahkan lagi tata krama. Selain itu, pengalaman dari keluarga sendiri biasanya tanpa filter.
Jadikan semua itu semacam buku pedoman yang berjalan. Jangan dulu menganggap kuno pendekatan yang diterapkan paman/bibi ataupun bapak Anda. Yang penting, mereka pernah mengalami masalah yang sama dengan Anda atau minimal ada kemiripan. Tinggal Anda yang tahu bagaimana menyesuaikannya dengan lingkungan di perusahaan Anda sekarang.
9. SIAP MENANGGUNG RISIKO
Sejak awal, perhitungkan masak-masak apa yang akan Anda lakukan. Sadari pula sejak dini bahwa berkarier di tengah-tengah pria adalah ibarat liliput di tengah-tengah sejumlah raksasa. Penuh tantangan dan pengorbanan. Wanita selalu dipandang lemah, tidak berdaya dan cenderung kurang mampu memimpin.
Sebaiknya siapkan strategi tentang langkah apa saja yang akan ditempuh. Buatlah beberapa rencana. Bila rencana A tidak berjalan mulus, coba perhitungkan rencana B. Jangan bersikap konyol dengan asal terjun tanpa perhitungan. Saat ini, tingkat kompetisi sangatlah tinggi, Anda tidak bisa lagi bermain-main dengan kesempatan.
Kesempatan saja sudah semakin tipis, apalagi wanita yang kadang kurang diperhitungkan untuk bekerja di level manajemen. Wanita dipandang layak untuk hal yang amat sekretarial. Nah, jangan sampai terjebak pada cap yang seperti ini. Sebab itu, sekali lagi, buatlah rencana matang ketika akan mulai bekerja di 'ladang' para pria. Banyaklah bertanya dan membaca beberapa buku yang bermanfaat.
-semoga bermanfaat-