http://jawapos.co.id/
MEXICO CITY - Kehadiran Keren Dunaway-Gonzales memberi warna berbeda dalam Konferensi AIDS Internasional yang dibuka Minggu waktu setempat (kemarin WIB) di Mexico City, Meksiko. Dengan gaya polos, remaja 12 tahun itu mengisahkan perkenalannya dengan virus mematikan tersebut yang diwariskan orang tuanya di hadapan Sekjen PBB Ban Ki-moon dan Presiden Meksiko Felipe Calderon.
''Saya berusia lima tahun saat orang tua saya menjelaskan tentang virus HIV lewat gambar,'' ujar Keren dalam pidatonya, Minggu waktu setempat (kemarin WIB).
Saat itu, orang tuanya mengungkapkan bahwa mereka berdua mengidap virus HIV. Sebagai anak yang terlahir dari ayah dan ibu penderita AIDS, Keren pun positif mengidap virus HIV dalam tubuhnya.
Namun, ''kabar buruk''dari orang tuanya tersebut tidak lantas membuat Keren patah semangat. Awalnya, dia memang sempat dikucilkan oleh teman-teman sebaya di sekolah dan lingkungan tempat tinggalnya. Sebab, Keren justru menyebarluaskan ''aib'' keluarganya kepada semua orang.
Tanpa beban, dia bercerita kepada orang-orang di sekitarnya bahwa dirinya positif menderita AIDS. Terutama kepada teman-teman sekelas yang usianya hampir sama. Akibatnya, Keren dijauhi rekan-rekan sepergaulannya.
Tapi, hal itu tidak membuat bocah berambut hitam tersebut bersedih atau bahkan putus asa. Dia tetap bersemangat bercerita tentang virus HIV/AIDS. Seiring berjalannya waktu, Keren pun tumbuh menjadi salah seorang pembicara HIV/AIDS kondang di Amerika Latin. Dia juga menjadi editor majalah anak-anak yang khusus membahas virus mematikan tersebut.
''Anak-anak yang harus hidup dengan AIDS berada di sekitar kita. Mereka pun tumbuh besar bersama harapan dan impian masing-masing. Menjadi dokter, artis, guru, berkeluarga, dan memiliki anak,'' ungkap Keren.
Sayangnya, kata dia, harapan dan impian anak-anak yang mengidap virus HIV hanya bisa terwujud dengan dukungan lingkungan sekitar. Juga, jaminan kesehatan karena para penderita AIDS sangat bergantung pada obat-obatan.
Pidato Keren mengundang decak kagum para ilmuwan, pakar kesehatan, serta pejabat negara yang hadir dalam konferensi internasional tersebut. Apalagi, yang dia sampaikan adalah sesuatu yang jujur dan apa adanya, berdasar pengalaman pribadi. Perkenalannya dengan virus HIV sekitar tujuh tahun lalu justru membuat dirinya tegar dan bersemangat menyebarluaskan informasi tentang AIDS.
''Ia (virus HIV) seperti sebuah bola kecil dengan beberapa titik kecil. Ia hidup dan berenang-renang di dalam tubuh saya,'' ujarnya lantas tersenyum.
Pemahaman yang benar tentang HIV/AIDS seharusnya memang ditanamkan sedini mungkin. Sebab, berdasar catatan PBB tentang AIDS hingga akhir 2007, penderita virus mematikan itu kini didominasi kalangan muda. Di seluruh dunia, 45 persen penderita HIV/AIDS berusia 15-24 tahun.
Sumber
MEXICO CITY - Kehadiran Keren Dunaway-Gonzales memberi warna berbeda dalam Konferensi AIDS Internasional yang dibuka Minggu waktu setempat (kemarin WIB) di Mexico City, Meksiko. Dengan gaya polos, remaja 12 tahun itu mengisahkan perkenalannya dengan virus mematikan tersebut yang diwariskan orang tuanya di hadapan Sekjen PBB Ban Ki-moon dan Presiden Meksiko Felipe Calderon.
''Saya berusia lima tahun saat orang tua saya menjelaskan tentang virus HIV lewat gambar,'' ujar Keren dalam pidatonya, Minggu waktu setempat (kemarin WIB).
Saat itu, orang tuanya mengungkapkan bahwa mereka berdua mengidap virus HIV. Sebagai anak yang terlahir dari ayah dan ibu penderita AIDS, Keren pun positif mengidap virus HIV dalam tubuhnya.
Namun, ''kabar buruk''dari orang tuanya tersebut tidak lantas membuat Keren patah semangat. Awalnya, dia memang sempat dikucilkan oleh teman-teman sebaya di sekolah dan lingkungan tempat tinggalnya. Sebab, Keren justru menyebarluaskan ''aib'' keluarganya kepada semua orang.
Tanpa beban, dia bercerita kepada orang-orang di sekitarnya bahwa dirinya positif menderita AIDS. Terutama kepada teman-teman sekelas yang usianya hampir sama. Akibatnya, Keren dijauhi rekan-rekan sepergaulannya.
Tapi, hal itu tidak membuat bocah berambut hitam tersebut bersedih atau bahkan putus asa. Dia tetap bersemangat bercerita tentang virus HIV/AIDS. Seiring berjalannya waktu, Keren pun tumbuh menjadi salah seorang pembicara HIV/AIDS kondang di Amerika Latin. Dia juga menjadi editor majalah anak-anak yang khusus membahas virus mematikan tersebut.
''Anak-anak yang harus hidup dengan AIDS berada di sekitar kita. Mereka pun tumbuh besar bersama harapan dan impian masing-masing. Menjadi dokter, artis, guru, berkeluarga, dan memiliki anak,'' ungkap Keren.
Sayangnya, kata dia, harapan dan impian anak-anak yang mengidap virus HIV hanya bisa terwujud dengan dukungan lingkungan sekitar. Juga, jaminan kesehatan karena para penderita AIDS sangat bergantung pada obat-obatan.
Pidato Keren mengundang decak kagum para ilmuwan, pakar kesehatan, serta pejabat negara yang hadir dalam konferensi internasional tersebut. Apalagi, yang dia sampaikan adalah sesuatu yang jujur dan apa adanya, berdasar pengalaman pribadi. Perkenalannya dengan virus HIV sekitar tujuh tahun lalu justru membuat dirinya tegar dan bersemangat menyebarluaskan informasi tentang AIDS.
''Ia (virus HIV) seperti sebuah bola kecil dengan beberapa titik kecil. Ia hidup dan berenang-renang di dalam tubuh saya,'' ujarnya lantas tersenyum.
Pemahaman yang benar tentang HIV/AIDS seharusnya memang ditanamkan sedini mungkin. Sebab, berdasar catatan PBB tentang AIDS hingga akhir 2007, penderita virus mematikan itu kini didominasi kalangan muda. Di seluruh dunia, 45 persen penderita HIV/AIDS berusia 15-24 tahun.
Sumber