"Berkatalah Sarai kepada Abram: Engkau tahu, Tuhan tidak memberi aku melahirkan anak. Karena itu baiklah hampiri hambaku itu; mungkin oleh dialah aku dapat memperoleh seorang anak. Dan Abram mendengarkan perkataan Sarai" [ Kej. 16:2 ].
Nama Abram berarti bapa yang dimuliakan, dan setelah Allah mengadakan perjanjian sunat dengan Abram, maka namanya diganti menjadi Abraham, yang artinya bapa banyak bangsa. Karena banyak bangsa akan menjadi anak-anak Abraham, oleh karena iman dalam Kristus. Tetapi kita tahu bahwa Abraham belum mempunyai anak sampai mendekati usia 100 tahun, walaupun Allah telah berjanji bahwa keturunannya akan menjadi seperti debu tanah banyaknya. Setelah menanti penggenapan janji Allah kurang lebih 12 tahun, maka Sarai ( Sara ) mengajukan usul untuk mendapatkan anak dengan cara lain.
Apa yang diusulkan Sarai adalah suatu cara manusiawi agar janji Allah tergenapi. Dan seperti ayat diatas, maka Abram mendengarkan perkataan Sarai. Dengan kata lain, Abram setuju bahwa janji Allah digenapi dengan cara seperti diusulkan Sarai. Bahkan Abram pernah berkata, "?Ah, sekiranya Ismael diperkenankan hidup dihadapanMu !" [ Kej. 17:17 ]. Tetapi Tuhan tetap tidak setuju apabila "tangan" manusia turut campur dalam penggenapan janjiNya. Janji Tuhan harus digenapi menurut cara, waktu, dan dengan kekuatan Tuhan.
Kegagalan Abraham merupakan sesuatu yang sangat sering terjadi didalam kehidupan orang percaya. Orang percaya tentu memperoleh janji Tuhan, baik berupa perkara jasmani maupun rohani. Kegagalan banyak orang adalah berusaha dengan kekuatan sendiri untuk menggenapi janji Tuhan. Bagi banyak orang yang penting "mempunyai anak". Tidak persoalan , apakah itu "Ishak" atau "Ismael". Tetapi dihadapan Tuhan, yang penting bukan hanya "punya anak", melainkan apakah itu "Ishak" atau "Ismael".
Sesuatu yang diperoleh orang Kristen dengan kekuatannya sendiri adalah "Ismael", sedangkan yang dengan kekuatan Tuhan adalah "Ishak". Orang Kristen yang memperoleh "Ishak" mendapat kemuliaan Tuhan, sedangkan orang Kristen yang memperoleh "Ismael" mendapat kemuliaan manusia. Masalahnya disini adalah apakah kita hidup dihadapan Allah atau manusia. Jika kita hidup dihadapan Tuhan, maka kita akan bekerja sama dengan Tuhan sedemikian sehingga kita memperoleh "Ishak", baik itu berupa berkat jasmani atau rohani.
Mengapa Abram gagal ? Memang Abram pasti gagal, tetapi Abraham tidak. Abram berubah menjadi Abraham setelah Allah mengadakan perjanjian sunat. Jika keluarga-keluarga Kristen mengalami "sunat" Kristus, maka keluarga-keluarga ini akan melahirkan "Ishak" pada waktunya, dan bukan "Ismael". Dan keluarga-keluarga Kristen ini akan dipenuhi kemuliaan Tuhan dan bukan kemuliaan manusia.
Nama Abram berarti bapa yang dimuliakan, dan setelah Allah mengadakan perjanjian sunat dengan Abram, maka namanya diganti menjadi Abraham, yang artinya bapa banyak bangsa. Karena banyak bangsa akan menjadi anak-anak Abraham, oleh karena iman dalam Kristus. Tetapi kita tahu bahwa Abraham belum mempunyai anak sampai mendekati usia 100 tahun, walaupun Allah telah berjanji bahwa keturunannya akan menjadi seperti debu tanah banyaknya. Setelah menanti penggenapan janji Allah kurang lebih 12 tahun, maka Sarai ( Sara ) mengajukan usul untuk mendapatkan anak dengan cara lain.
Apa yang diusulkan Sarai adalah suatu cara manusiawi agar janji Allah tergenapi. Dan seperti ayat diatas, maka Abram mendengarkan perkataan Sarai. Dengan kata lain, Abram setuju bahwa janji Allah digenapi dengan cara seperti diusulkan Sarai. Bahkan Abram pernah berkata, "?Ah, sekiranya Ismael diperkenankan hidup dihadapanMu !" [ Kej. 17:17 ]. Tetapi Tuhan tetap tidak setuju apabila "tangan" manusia turut campur dalam penggenapan janjiNya. Janji Tuhan harus digenapi menurut cara, waktu, dan dengan kekuatan Tuhan.
Kegagalan Abraham merupakan sesuatu yang sangat sering terjadi didalam kehidupan orang percaya. Orang percaya tentu memperoleh janji Tuhan, baik berupa perkara jasmani maupun rohani. Kegagalan banyak orang adalah berusaha dengan kekuatan sendiri untuk menggenapi janji Tuhan. Bagi banyak orang yang penting "mempunyai anak". Tidak persoalan , apakah itu "Ishak" atau "Ismael". Tetapi dihadapan Tuhan, yang penting bukan hanya "punya anak", melainkan apakah itu "Ishak" atau "Ismael".
Sesuatu yang diperoleh orang Kristen dengan kekuatannya sendiri adalah "Ismael", sedangkan yang dengan kekuatan Tuhan adalah "Ishak". Orang Kristen yang memperoleh "Ishak" mendapat kemuliaan Tuhan, sedangkan orang Kristen yang memperoleh "Ismael" mendapat kemuliaan manusia. Masalahnya disini adalah apakah kita hidup dihadapan Allah atau manusia. Jika kita hidup dihadapan Tuhan, maka kita akan bekerja sama dengan Tuhan sedemikian sehingga kita memperoleh "Ishak", baik itu berupa berkat jasmani atau rohani.
Mengapa Abram gagal ? Memang Abram pasti gagal, tetapi Abraham tidak. Abram berubah menjadi Abraham setelah Allah mengadakan perjanjian sunat. Jika keluarga-keluarga Kristen mengalami "sunat" Kristus, maka keluarga-keluarga ini akan melahirkan "Ishak" pada waktunya, dan bukan "Ismael". Dan keluarga-keluarga Kristen ini akan dipenuhi kemuliaan Tuhan dan bukan kemuliaan manusia.